Walhi berdayakan masyarakat kelola lingkungan melalui ekonomi Nusantara

id Ekonomi Nusantara,Lingkungan,Ekonomi restoratif,Walhi,World Water Forum 2024,Pala,Gambut,KUPS,Nagari,Kopi,Petani kopi,Ja

Walhi berdayakan masyarakat kelola lingkungan melalui ekonomi Nusantara

Petani kopi di kebun perbukitan Kamojang, Desa Ibun, Jawa Barat, saat menunjukkan hasil budidaya tanamannya. Daerah yang dulunya rentan terbakar kini kembali hijau karena dikelola secara bertanggung jawab oleh masyarakat lokal. ANTARA/HO-WALHI.

Jakarta (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) bekerja sama dengan Ford Foundation memberdayakan masyarakat di 28 provinsi Indonesia melalui ekonomi Nusantara, yakni model ekonomi restoratif yang mengedepankan kedaulatan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan atau sumber daya alam.

"Skema ekonomi Nusantara mendukung praktik-praktik ekonomi lokal yang berkelanjutan dan menyatukan nilai-nilai ekologi, sosial, serta ekonomi secara seimbang," kata Direktur Eksekutif Nasional Walhi Zenzi Suhadi dalam temu media di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, ekonomi Nusantara menumbuhkan ekosistem baru yang di dalamnya mencakup jaringan ekonomi komoditas yang dihasilkan oleh komunitas dari wilayahnya, dengan tujuan untuk memulihkan hak-hak rakyat, ekosistem, dan ekonomi. Menurut Zenzi, pemerintah kini sudah mulai memulihkan lingkungan, dengan akses masyarakat lewat tata kelola lahan yang terus diperbarui.

"Tata kelola sudah dikembalikan ke masyarakat, sehingga perlahan hutannya sudah pulih. Jadi bisa kita lihat, ketika masyarakat diberi kesempatan untuk mengelola lahan, maka ekonomi, lingkungan, dan sosial mereka pulih," katanya.

Ia menekankan, saat ini pekerjaan rumah pemerintah yakni memperbaiki sistem hilirisasi petani, sehingga mereka dapat memahami pasar dengan baik untuk menjual produk-produk hasil ekonomi Nusantara yang mengedepankan konservasi lingkungan.

"Kalau pasar petani diurus, mereka bisa ekspor secara langsung, dan pengelolaannya itu baik, kami sudah hitung, petani sebelumnya untuk masuk ke kriteria sejahtera mereka dapat tiga hektare, tetapi kalau mereka dapat pasar secara langsung, dan mereka bisa mengelola produksi mereka dengan baik, dengan kualitas ekspor, untuk pendapatan setara tiga hektare, mereka cukup mengelola satu hektare," katanya.

Berdasarkan laporan penelitian Walhi di lima lanskap ekologis yakni gambut, hutan dataran tinggi, perbukitan hutan dataran rendah, dan pesisir yang dilakukan di Sumatera Selatan, Bengkulu, Bali, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa praktik ekonomi Nusantara tetap eksis dan menopang kehidupan rakyat.

Baca juga: Flores Timur angkat kearifan lokal dalam Festival Bale Nagi
Baca juga: Tujuan pembangunan IKN untuk pemerataan pertumbuhan ekonomi


"Di tingkat tapak, praktik ekonomi Nusantara hanya mungkin dilakukan dengan baik jika ada pengakuan dan perlindungan wilayah kelola rakyat. Hingga saat ini, Walhi mendampingi 1,3 juta lahan yang dikelola oleh komunitas. Dari pendampingan tersebut, Walhi berhasil mengidentifikasi 77 jenis sumber pangan dan komoditas potensial sebagai sumber kesejahteraan komunitas, basis pembangunan ekonomi nasional, dan pangan global," katanya.

Sementara itu, Perwakilan dari Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Bayang Bungo Sumatera Barat, Sri Hartati menceritakan praktik ekonomi nusantara dalam menghasilkan produk turunan hasil tanaman hutan, yakni sirup pala. Produk tersebut menjadi unggulan pemerintah Nagari Kapujan dan berhasil menjuarai Kompetisi Produk UMKM tingkat Kabupaten Pesisir Selatan.

"Sebelumnya, kulit palanya dibuang, tidak tahu kalau itu bisa diolah. Sekarang, sirup palanya sudah kami olah, dan itu sudah dipakai untuk welcome drink di hotel-hotel, memberdayakan ibu-ibu petani yang kini semuanya bisa bekerja," kata Sri.

Program ekonomi Nusantara yang digagas oleh Walhi tersebut sejalan dengan salah satu misi yang dibawa dalam World Water Forum 2024, yakni ketahanan pangan dan energi. Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan forum air global tersebut pada 18-25 Mei 2024 di Bali.