Kompetensi guru ciptakan pembelajar sepanjang hayat

id Pembelajar sepanjang hayat,Profil Pelajar Pancasila,Merdeka Belajar

Kompetensi guru ciptakan pembelajar sepanjang hayat

Tangkapan layar Direktur Sekolah Dasar Muhammad Hasbi dalam Gelar Wicara Peringatan Hari Buku Nasional 2024 di Jakarta, Jumat (17/5/2024). (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan guru, kepala sekolah, hingga lingkungan sekolah sangat berpengaruh dalam membentuk pembelajar sepanjang hayat.

“Untuk mewujudkan pembelajar sepanjang hayat kita butuh berbagai aspek, terutama aspek pendidik dan lingkungan sekolah,” kata Direktur Sekolah Dasar Muhammad Hasbi dalam Gelar Wicara Peringatan Hari Buku Nasional 2024 di Jakarta, Jumat.

Hasbi menuturkan pemerintah saat ini memiliki target mencetak pembelajar sepanjang hayat dan memiliki karakter berlandaskan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila melalui kebijakan Merdeka Belajar.

Di sisi lain, cita-cita itu turut membutuhkan peran pendidik seperti guru dan kepala sekolah yang memiliki semangat dan kompetensi untuk selalu melakukan refleksi. Selain itu, guru dan kepala sekolah juga harus gemar menjadi pembelajar sepanjang hayat dan gemar berkolaborasi sehingga di dalam sekolah tercipta lingkungan pembelajar sepanjang hayat.

Tak hanya itu, Hasbi menuturkan sekolah yang aman, inklusif, dan menghargai kebhinekaan pada akhirnya akan mampu menciptakan pembelajaran di sekolah berpusat pada murid.

“Ini diharapkan dapat menjadi cara untuk menciptakan sekolah yang dicita-citakan,” ujarnya.

Ia menegaskan guru dan kepala sekolah harus mampu mewujudkan langkah tersebut karena pandemi COVID-19 telah mengakibatkan terjadinya kehilangan kesempatan belajar bagi siswa sehingga menyebabkan learning loss bahkan learning gap.

Baca juga: Gerakan Merdeka Belajar tingkatkan keterampilan siswa
Baca juga: Merdeka Belajar upaya kembalikan marwah pendidikan RI


Beberapa pakar pun menyebutkan apabila learning loss dan learning gap tidak teratasi secara tuntas maka sangat berpotensi menyebabkan learning gap generation pada masa depan.

“Kita perlu keluar dari krisis ini agar dapat mewujudkan SDM yang kita cita-citakan terutama pada 2045 yakni SDM yang memiliki kompetensi dan karakter yang baik,” kata Hasbi.