Menlu AS tiba di Mesir bahas gencatan senjata

id gencatan senjata gaza,amerika serikat,israel,gaza,palestina,antony blinken

Menlu AS tiba di Mesir bahas gencatan senjata

Arsip foto - Orang-orang menunggu untuk menerima bantuan makanan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/pri.

Kairo (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken tiba di Mesir pada Senin untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan menengahi kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Kunjungan tersebut merupakan perhentian pertama Blinken dalam tur regional yang juga akan membawanya ke Yordania dan Qatar. Utusan Amerika Sertikat itu akan bertemu dengan Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi selama kunjungannya, saluran berita Al-Qahera News yang berafiliasi dengan negara melaporkan.

Kunjungan tersebut dilakukan menyusul proposal gencatan senjata tiga tahap yang didukung oleh Presiden AS Joe Biden untuk mengakhiri konflik di Gaza. Usulan tersebut mencakup penghentian serangan Israel, pembebasan tawanan Hamas dengan imbalan tahanan Palestina, dan rekonstruksi wilayah yang rata.

Pada Jumat (7/6), Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan Blinken akan berdiskusi dengan mitra regional tentang perlunya mencapai perjanjian gencatan senjata yang menjamin pembebasan semua tahanan dan mencegah konflik lebih lanjut.

Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir sejauh ini gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen.

Baca juga: Menlu: Negara anggota D-8 harus bersatu bantu Palestina
Baca juga: Uni Eropa desak Lebanon hentikan Hizbullah konflik di Timteng


Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Lebih dari 37.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza dengan sebagian besar korbannya adalah wanita dan anak-anak. Sedangkan hampir 84.500 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Sumber : Anadolu