Kolombia (ANTARA) - Presiden Kolombia Gustavo Petro mendesak warga Israel untuk memprotes pemerintah mereka dan menuntut agar berhenti melakukan genosida terhadap anak-anak Palestina. Menyusul protes anti-pemerintah di Israel pada Senin (17/6), sebagaimana dilaporkan Sputnik pada Rabu, Gustavo Petro melancarkan kritik baru terhadap Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu di tengah perang di Gaza.
“Rakyat Israel mulai merespons. 150.000 warga Israel dalam demonstrasi menuntut pembebasan tahanan internasional Netanyahu,” kata Petro.
Petro menyambut baik demonstrasi di Tel Aviv dan Yerusalem di mana ribuan warga Israel menyerukan pemilu baru dan gencatan senjata di Gaza serta kesepakatan untuk pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok Palestina Hamas.
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Knesset, parlemen Israel, sebelum berbaris ke rumah pribadi Netanyahu. Mengacu pada permintaan Ketua Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Karim Khan untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Kepala Otoritas Israel dan Kepala Pertahanannya Yoav Gallant, Petro menilai keduanya memikul tanggung jawab pidana atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
“Saat ini rakyat Israel lah yang berada di garis depan yang membutuhkan respons terhadap perdamaian dunia dan kehidupan... Saya bertanya kepada Anda, lakukan apa yang harus Anda lakukan untuk menghentikan genosida terhadap anak-anak,” ucapnya.
Ini bukan pertama kalinya Petro memprotes berkepanjangan terhadap perang Gaza. Pada Mei, ia memutuskan hubungan dagang dengan Israel dan menangguhkan pembelian senjata yang diproduksi di negara tersebut, salah satu pemasok terbesar pasukan Kolombia. Seminggu lalu, dia juga berbicara tentang penangguhan ekspor batu bara ke Israel.
Baca juga: Menteri Pendidikan Jerman Bettina Stark tolak mundur terkait demo Gaza
Baca juga: Indonesia awaits UN mandate for Gaza peacekeeping mission
Tak sampai di situ, Petro telah mengadvokasi ICC untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu karena penolakannya untuk menghentikan pemboman di Gaza meskipun ada tuntutan dari Dewan Keamanan PBB.
Sementara itu, tekanan meningkat terhadap Netanyahu yang membubarkan Kabinet Perang pada Senin setelah saingannya Benny Gantz mengundurkan diri karena kurangnya strategi perang.
Sumber : Anadolu