Surabaya (ANTARA) - Akhir pekan ini, Saya pergi ke Mall yang tidak terlalu besar di Rizhao. Rizhao adalah (Kota Tier 4) di China. Kotanya kecil dan jauh dari hingar bingar kepadatan penduduk seperti Beijing dan Shanghai. Penduduknya sekitar 3 juta orang. Hari Sabtu ini, saya iseng-iseng ke toko buku yang ada di Mall tesebut.
Saya terkejut melihat banyaknya anak kecil dan remaja yang duduk di toko buku dan membaca dengan santainya. Mereka boleh membawa makanan dan minuman dari luar sembari duduk *lesehan* ("ndelosor") di lantai. Saya tanya sudah berapa lama mereka di sana, mereka jawab sudah sejak 2 jam yang lalu. Wah sudah cukup lama ternyata.
Jika kita berkaca di negara kita, Indonesia, kita menjumpai kondisi yang berbeda. Banyak toko buku yang sudah tutup dan tidak beroperasi lagi. Dulu saya sering pergi ke Gramedia dan Gunung Agung. Ada juga toko buku lain di Surabaya seperti Kharisma, toko buku Manyar, Uranus, Toga Mas, dan lain-lain. Saya tidak tahu persis sekarang toko mana yang masih buka dan mana yang sudah tutup. Satu hal yang pasti, sekarang saya jarang menjumpai toko buku di Mall-Mall kota besar di Indonesia .
Beberapa alasan mungkin karena sekarang banyak toko buku online dan e-book gratisan di Internet. Sehingga banyak toko buku offline bangkrut karena sepi pengunjung, sehingga tidak beroperasi lagi.
Saya sangat menyayangkan hal tersebut. Jika kita melihat China sebagai _role model_ negara maju dan juga beberapa negara lainnya. Mereka masih memiliki toko buku bagus dan beroperasi 24 jam. Mereka membuat toko buku yang sangat nyaman sehingga pengunjung toko buku serasa di rumah mereka sendiri.
Mereka bebas membaca buku apa saja, di mana saja dan toko buku menyediakan fasilitas seperti meja, kursi, dan sofa. Mereka bahkan membuat cafe di dalam toko buku. Sehingga pengunjung terutama anak-anak semakin betah membaca di sana. Mereka membudidayakan membaca sebagai kebiasaan tanpa mengurangi esensi dari kemajuan teknologi.
Banyak pepatah tentang membaca yang sungguh menarik seperti "*Reading is a bird forever on the wing; Life is short and reading is long; You are what you read*".
Dulu orang tua mengajarkan kita bahwa buku adalah jendela dunia. Dan kita sudah membuktikannya, hanya dengan membaca buku, pengetahuan bisa bertambah. Mari kita kembalikan lagi budaya membaca di negara kita agar anak-anak Indonesia bisa membuka cakrawala dunia.
Rizhao, 23 November 2024
Catatan akhir pekan saat fellowship
*) Penulis adalah seorang dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RSUD Brebes Jawa Tengah yang kini ambil konsultan di China 1 tahun
Berita Terkait
SMPN 6 Mataram terapkan budaya literasi mengaji dan membaca
Kamis, 6 Oktober 2022 15:26
Masih banyak guru malas membaca hingga turunkan kualitas pendidikan
Jumat, 27 Desember 2019 21:24
Menteri Puan ajak Ibu Indonesia budayakan membaca
Jumat, 14 Desember 2018 10:41
Bupati Lombok Barat minta pengelola perpustakaan berinovasi
Jumat, 27 April 2018 10:38
Legislator NTB Mendorong Budaya Membaca Melalui Perpustakaan
Jumat, 25 Agustus 2017 23:52
Beijing kecam AS batasi visa pejabat Hong Kong
Sabtu, 23 November 2024 6:44
Rencana pemimpin Taiwan ke negara Pasifik bentuk provokasi
Sabtu, 23 November 2024 6:26
Pemerintah China perluas bebas visa hingga 38 negara
Sabtu, 23 November 2024 6:08