Pasuruan, Jawa Timur (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Pasuruan berupaya mencari penyebab puluhan babi mati secara mendadak di Desa Sedaeng dan Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
"Kemarin sudah diambil sampel darah dan sudah diuji lab, kami masih menunggu hasil lab yang akan keluar dalam seminggu ke depan," kata Kepala Disnakkeswan Ainur Alfiyah saat dikonfirmasi di Pasuruan, Selasa.
Berdasarkan data terbaru dari Disnakkeswan Pasuruan, tercatat ada 70 ekor babi yang mati mendadak di dua desa tersebut di mana 50 ekor babi mati di Desa Sedaeng dan 20 ekor di Desa Wonokitri.
Ia menjelaskan bahwa populasi babi yang ada di kedua desa tersebut rata-rata merupakan babi peliharaan warga yang dibeli sejak masih kecil dari peternak di Malang, Jatim.
Ia menyatakan hewan ternak tersebut berpotensi terjangkit virus African Swine Fever (ASF) yang pernah merebak di Pasuruan pada 2021.
Selain itu, ia meminta masyarakat yang memelihara babi untuk menjaga kebersihan kandang, mengingat saat ini belum ada vaksin yang bisa mengatasi virus ASF.
Alfiyah menyarankan masyarakat untuk terus memberikan obat-obatan yang telah dibagikan oleh pemerintah daerah setempat serta pemberian disinfektan untuk menekan laju penyebaran virus tersebut.
"Kalau vaksin memang belum ada, kami hanya memberi obat-obatan serta disinfektan demi mencegah laju penyebaran," kata dia.
Kepala Desa Sedaeng Abdul Hadi menjelaskan dari 700 kepala keluarga (KK) yang tercatat di wilayah itu, umumnya warga memelihara satu hingga dua ekor babi sejak kecil.
Peristiwa babi mati ini, katanya, mengancam populasi babi yang ada di wilayah itu dan dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.
Ia menjelaskan saat ini warga sudah memberikan obat dan vitamin kepada hewan yang ada di wilayah tersebut.
Pihaknya akan terus menyosialisasikan kebersihan kandang sembari menunggu hasil lab dari Disnakkeswan Pasuruan untuk menentukan langkah selanjutnya.