Virus corona kelelawar mirip virus COVID-19 ditemukan di China

id China,Wuhan,Virus corona,Covid-19,Reseptor manusia,ACE2,SARS,Virus corona kelelawar

Virus corona kelelawar mirip virus COVID-19 ditemukan di China

Peneliti dari Professor Nidom Foundation (PNF) melakukan proses pemisahan cairan (ekstraksi) struktur pernafasan (respirasi) kelelawar asal Kepulauan Riau di Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/2/2020). Penelitian respirasi kelelawar tersebut untuk memastikan apakah di dalamnya terdapat virus corona 2019-n CoV dan kemungkinan untuk dibuatkan vaksin pada tahapan proses penelitian berikutnya. ANTARA FOTO/Moch Asim/aww.

Istanbul (ANTARA) - Tim ilmuwan China dalam studi terbaru menemukan virus corona kelelawar baru yang berisiko menular dari hewan ke manusia karena menggunakan reseptor manusia yang sama seperti virus COVID-19, lapor sebuah harian Hong Kong pada Kamis.

Studi yang dilakukan Laboratorium Guangzhou bersama Akademi Saints Guangzhou, Universitas Wuhan dan dan Institut Virologi Wuhan tersebut diterbitkan dalam jurnal ilmiah Cell pada Selasa, South China Morning Post melaporkan.

Baca juga: Varian baru virus corona Arcturus muncul Rusia

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa virus corona yang baru ditemukan itu menggunakan reseptor manusia seperti pada virus COVID-19 dan SARS yaitu enzim pengubah angiotensin manusia (ACE2).

Virus tersebut, yang juga disebut HKU5-CoV-2, adalah turunan baru virus corona HKU5 yang ditemukan pada kelelawar pipistrelle Jepang di Hong Kong.

Uji lab mengungkapkan bahwa virus tersebut dapat menginfeksi sel manusia dan dan jaringan paru-paru dan usus yang dibudidayakan di laboratorium.

Virus itu juga dapat mengikat reseptor ACE2 pada manusia, kelelawar, dan hewan lainnya, sehingga meningkatkan kemungkinan penularan lintas spesies.

Baca juga: Afrika Selatan deteksi varian baru virus corona

Namun, para peneliti menekankan bahwa meskipun HKU5-CoV-2 memiliki kemampuan pengikatan yang lebih kuat daripada strain aslinya dengan rentang inang yang lebih luas, strain ini jauh lebih lemah daripada SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dengan risiko penularan luas antar manusia yang rendah.

China sebelumnya menolak “teori yang didukung CIA” bahwa pandemi COVID-19 berasal dari kebocoran laboratorium yang tidak disengaja di Wuhan, dan bukan penularan alami di pasar tradisional.

Kasus pertama virus COVID-19 dilaporkan di Wuhan, China bagian tengah, pada Desember 2019. Virus tersebut kemudian menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan karantina wilayah nasional dan menyebabkan hampir tujuh juta kematian.

Baca juga: China mengibaratkan manusia dan virus corona laksana Tom dan Jerry
Baca juga: AS kecewa China menolak penyelidikan asal usul COVID-19
Baca juga: Vaksin AstraZeneca efektif menghadapi varian Delta

Sumber: Anadolu