Mataram (ANTARA) - Kawasan Gunung Rinjani merupakan komplek gunung berapi aktif di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat yang menjadi destinasi idaman kaum petualang.
Gunung api setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut itu adalah penerus Gunung Samalas yang meletus dahsyat pada tahun 1257, lalu menyebabkan perubahan iklim global akibat selimut abu dari erupsi yang menyelubungi planet Bumi.
Letusan Gunung Samalas yang terjadi 768 tahun silam meruntuhkan sebagian besar tubuhnya dan menciptakan kaldera Segara Anak yang diikuti pembentukan gunung api baru bernama Gunung Barujari.
Mata uang pecahan Rp10.000 yang diterbitkan Bank Indonesia pada 1998 memuat keindahan kaldera Danau Segara Anak sedalam 230 meter, Gunung Barujari, dan puncak Gunung Rinjani yang terbentuk dari sisa letusan Gunung Samalas.
Pesona alam yang lengkap mulai dari hutan hujan tropis, padang savana, keragaman fauna, air terjun, hingga danau memikat orang-orang dari seluruh dunia untuk melakukan wisata pendakian ke Gunung Rinjani.
Selama dua bulan terakhir pada Juni dan Juli 2025, Gunung Rinjani semakin dikenal luas oleh masyarakat dunia. Namun, bukan karena keindahan dan jalur pendakian yang ekstrem, melainkan terjadinya kecelakaan fatal yang dialami oleh sejumlah turis asing.
Direktur Politeknik Pariwisata Lombok Ali Muhtasom mengatakan pemerintah harus cepat belajar dari peristiwa kecelakaan yang terjadi dan segera meningkatkan kualitas keamanan pada titik-titik paling rawan agar tidak ada lagi turis terluka atau bahkan meninggal dunia saat berwisata di Gunung Rinjani.
Aktivitas mendaki gunung adalah wisata berbahaya dan penuh risiko. Oleh karena itu, kegiatan mendaki gunung butuh persiapan matang, tidak hanya fisik dan mental melainkan juga peralatan keamanan sesuai standar hingga pemandu wisata yang punya kompetensi khusus.
Pendekatan holistik berbasis kolaborasi, regulasi wisata berkualitas, dan adaptasi terhadap kondisi alam menjadi kunci untuk mewujudkan Gunung Rinjani sebagai salah satu destinasi wisata berkelas dunia.
Tim penyelamat terlatih
Pada 16 Juli 2025 di Sembalun, Lombok Timur, sekelompok orang mengenakan kaos lengan panjang berwarna hijau-hitam duduk melipat tangan di atas meja. Sorot mata mereka menatap tajam ke arah tiga orang instruktur yang membuat simpul tali-temali saat kegiatan pelatihan penyelamatan dengan evakuasi vertikal.
Kegiatan pelatihan penyelamatan dengan evakuasi vertikal tersebut dilakukan selama lima hari sampai tanggal 20 Juli 2025.
Kegiatan tersebut amat penting mengingat keberadaan tim penyelamat yang terlatih menjadi aspek penting dalam pengelolaan Gunung Rinjani sebagai destinasi wisata petualangan di Indonesia.
Sebanyak 22 orang dilatih menggunakan berbagai alat perlengkapan kedaruratan agar kelak dapat menjadi petugas penyelamat yang bersertifikat untuk menghadapi situasi medan vertikal. Setiap pendaki yang mengayunkan langkah menyusuri jalan setapak dari pintu masuk pendakian hingga menuju puncak gunung berhak mendapatkan rasa aman.
Gubernur Nusa Tenggara Barat Lalu Muhammad Iqbal mengatakan Gunung Rinjani memang bertempat di Pulau Lombok, tapi gunung itu merupakan miliki masyarakat dunia. Status geopark dan cagar biosfer yang disematkan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) memperkuat posisi Gunung Rinjani sebagai destinasi wisata global.
"Kami berhasil melakukan pelatihan untuk 22 orang vertical rescue. Target kami tidak selesai di situ, kami akan tambah lagi batch berikutnya agar lebih banyak orang yang certified (untuk melakukan penyelamatan)," ujar Gubernur Iqbal dalam forum penjaringan masukan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan Gunung Rinjani berstandar global di Kantor Bappeda NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 22 Juli 2025.
Kecelakaan fatal yang menewaskan turis asal Brazil bernama Juliana Marins pada akhir Juni 2025, menyadarkan semua orang tentang aspek keselamatan dan keamanan dalam pengelolaan wisata pendakian di Gunung Rinjani. Insiden itulah yang akhirnya melatarbelakangi pelatihan tim penyelamat lokal agar bisa sigap jika sewaktu-waktu ada turis mengalami kecelakaan saat proses pendakian.
Gunung Rinjani awalnya adalah kawasan Suaka Marga Satwa yang ditetapkan Gubernur Hindia Belanda pada tahun 1941. Separuh abad kemudian tepatnya pada tahun 1990, Menteri Kehutanan Hasjrul Mustafa Kemaludin Harahap mengumumkan Gunung Rinjani sebagai Taman Nasional.
Gunung api bertipe stratovulkanik itu lantas menjadi objek wisata alam dan laboratorium pendidikan. Ratusan ribu orang dari berbagai belahan dunia berkunjung setiap tahun ke Gunung Rinjani untuk mendaki, berwisata, bahkan melakukan penelitian ilmiah.
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani menyebut jumlah wisatawan yang mendaki Gunung Rinjani ada sebanyak 36.523 orang terhitung sejak Januari sampai Juni 2025. Dari keseluruhan jumlah pendaki tersebut sebanyak 51,39 persen atau sekitar 18.768 orang adalah pendaki mancanegara yang didominasi turis negara-negara Eropa, sedangkan 48,61 persen atau sekitar 17.755 orang merupakan pendaki domestik.
Wisata pendakian memberikan pemasukan cukup besar melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selama lima tahun terakhir setoran PNBP meningkat signifikan dari hanya Rp276 juta pada tahun 2020 menjadi Rp577 juta pada 2021, kemudian naik lagi ke angka Rp4,91 miliar pada 2022 dan bertambah menjadi Rp14,76 miliar pada 2023, hingga akhirnya mencapai Rp22,56 miliar pada 2024.
Pemerintah tak hanya meningkatkan keahlian tim penyelamat, tetapi juga membenahi seluruh tata kelola dan menyusun rencana kontinjensi untuk mengantisipasi serta merespon kejadian tak terduga agar meminimalkan dampak negatif saat situasi darurat di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.
Jalur pendakian kian aman
Keindahan lanskap dan keunikan sosial budaya menempatkan Taman Nasional Gunung Rinjani dalam posisi strategis dan menjadi destinasi pariwisata prioritas nasional.
Jalur menuju puncak Gunung Rinjani dapat ditempuh melalui enam pintu masuk pendakian, yakni Pintu Sembalun dengan jarak ke puncak sejauh 13,9 kilometer, Pintu Torean sejauh 19,4 kilometer, Pintu Senaru sejauh 18,2 kilometer, Pintu Timbahu sejauh 11,9 kilometer, Pintu Aikberik sejauh 11,1 kilometer, dan Pintu Tetebatu sejauh 9,9 kilometer.
Selama sepekan terakhir, pemerintah bersama berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat lokal melakukan perbaikan jalur pendakian pada titik-titik rawan kecelakaan, terkhusus jalur Pelawangan Sembalun hingga ke Danau Segara Anak. Langkah itu untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan pendaki yang berwisata di Gunung Rinjani.
Jalur bebatuan yang terjal dipapas menggunakan mesin bor agar berbentuk seperti anak tangga alami, sehingga tidak lagi curam dan licin. Upaya itu dilakukan lantaran banyak pendaki tergelincir ketika melewati jalur bebatuan terutama saat hujan.
Selain pembuatan tangga alami juga dipasang pegangan besi dan tangga besi untuk memudahkan wisatawan saat mendaki maupun menuruni jalur pendakian curam di Gunung Rinjani. Proses ujicoba tangga besi sudah dilakukan dengan dilalui oleh dua porter yang mengangkat mesin genset seberat 80 kilogram.
Anggota Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring yang melakukan kunjungan kerja untuk melihat berbagai perbaikan jalur pendakian mengapresiasi upaya yang sudah dilakukan dalam memastikan keamanan dan kenyamanan jalur pendakian. Dia memasang tiga papan imbauan dan informasi di Pelawangan Sembalun.
Papan tanda atau signage berwarna kuning itu berisi tidak hanya petunjuk atau imbauan, tapi juga pesan moral kepada setiap pendaki agar selalu menjaga alam, menghormati nilai-nilai spiritual yang dianut penduduk lokal, dan mematuhi aturan keselamatan.
Pemerintah menargetkan pemasangan papan tanda dilakukan mulai dari pintu masuk pendakian hingga ke puncak Gunung Rinjani, termasuk membangun posko kedaruratan yang dekat puncak agar memudahkan proses evakuasi korban kecelakaan.
"Saya naik ke sini dengan usia yang lumayan. Dan sebetulnya (jalur pendakian) cukup aman bagi para pendaki dan wisatawan," ucap Tifatul Sembiring yang kini berusia 63 tahun.
Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas 41.330 hektare merupakan rumah bagi 19 spesies mamalia, 8 spesies reptil, 8 spesies burung, 25 spesies kupu-kupu, 447 spesies pohon, 59 spesies paku-pakuan, 117 spesies jamur, 80 spesies anggrek, 28 spesies liana, 6 spesies rotan, dan 153 spesies tanaman obat.
Bahkan ekosistem peralihan Asia-Australia dalam garis Wallace juga ada di Gunung Rinjani, termasuk hulu dari 90 persen daerah aliran sungai di Pulau Lombok.
Pemerintah terus berupaya untuk menghadirkan kebijakan yang benar-benar dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat dan memastikan Gunung Rinjani semakin aman, bersih, dan lestari di masa-masa mendatang.
