Banjir dan angin kencang di Bima, terjang 13 desa di 5 kecamatan

id Banjir Bima, Bencana Hidro Meteorologi, Siaga Bencana, BPBD Kabupaten Bima, Bima Darurat Bencana

Banjir dan angin kencang di Bima, terjang 13 desa di 5 kecamatan

Serangkaian badai hidrometeorologi berupa banjir dan angin kencang menghantam 13 desa di lima kecamatan se-Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Senin (10/11/2025), menyebabkan ribuan warga terdampak dan ratusan rumah terendam. (ANTARA/HO-BPBD Kabupaten Bima)

Bima (ANTARA) - Hujan deras disertai angin kencang yang melanda Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, pada Senin (10/11), memicu rangkaian bencana hidrometeorologi yakni banjir dan angin kencang yang menerjang 13 desa di lima kecamatan. Bahkan lebih kurang 2.347 jiwa terdampak, ratusan rumah terendam, serta sejumlah infrastruktur rusak akibat luapan air dan hempasan angin.

Demikian laporan harian Sementara Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Bima, yang diterima ANTARA pada Senin (10/11) pukul 23.50 Wita.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bima, Nurul Huda, mengungkapkan bahwa bencana tersebut dipicu curah hujan tinggi di daerah perbukitan yang menyebabkan air bah meluap dari sungai-sungai kecil ke permukiman warga.

"Sebagian besar wilayah sudah surut, namun tim masih melakukan pendataan dan kaji cepat di lapangan,” ujarnya saat dihubungi, Selasa dini hari.

Dikatakannya, wilayah Kecamatan Sanggar menjadi wilayah paling parah terdampak. Banjir merendam empat desa, masing-masing Desa Boro, Kore, Sandue, dan Taloko, dengan ketinggian air bervariasi antara 20 hingga 80 sentimeter.

"Di Desa Boro, banjir melanda 54 kepala keluarga (KK) atau 54 rumah di empat RT. Sementara di Desa Kore, sebanyak 138 KK atau 417 jiwa terdampak di enam RT. Di Desa Sandue, 61 rumah tergenang, sedangkan di Desa Taloko tercatat 54 rumah terendam," katanya.

Sementara itu, lanjut Nurul Huda, angin kencang menerjang dua desa di Kecamatan Wawo, yakni Desa Pesa dan Maria. Sebanyak 15 rumah mengalami kerusakan, sebagian besar pada bagian atap.

"Tiang listrik dan pohon juga roboh menimpa rumah warga di Desa Pesa, namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut," ujarnya.

Selanjutnya, banjir juga terjadi di tiga desa di Kecamatan Bolo yakni Nggembe, Tumpu, dan Rada.

"Di Desa Nggembe, 204 KK atau 612 jiwa terdampak, dua dusun di desa itu terendam air setinggi 30 hingga 60 sentimeter. Di Desa Tumpu, banjir menggenangi 32 rumah, sementara akses jalan provinsi lintas Sila-Donggo sempat tergenang setinggi 40 sentimeter. Di Desa Rada, air bah dari arah Gunung Donggo menyebabkan drainase meluap, merendam 47 KK atau 145 jiwa," bebernya.

Berikutnya, di Kecamatan Soromandi juga mengalami banjir di Desa Lewintana dan Bajo. Di Lewintana, 121 KK atau 382 jiwa terdampak, dan jalur provinsi lintas Sila-Donggo tergenang sepanjang 65 meter. Sedangkan di Bajo, genangan air menutup jalan hingga 30 sentimeter dan merendam empat lapak milik warga.

Baca juga: Terpopuler: Jejak seorang sultan, banjir di Kota Bima, hingga seleksi jabatan eselon III Pemprov NTB

Sementara di Kecamatan Wera, banjir menyebabkan tebing sungai di Desa Mandala dan Nangawera ambrol sepanjang lebih dari 200 meter akibat derasnya arus air dari perbukitan.

BPBD Kabupaten Bima memastikan, tidak ada korban jiwa. Namun, sejumlah kebutuhan mendesak masih diperlukan di lapangan, antara lain bantuan tanggap darurat, logistik dan peralatan (logpal), atap seng/spandek, perbaikan infrastruktur darurat, serta alat berat excavator untuk pembersihan material lumpur dan sampah.

"Tim kami terus berkoordinasi dengan camat, aparat desa, TNI-Polri, serta dinas terkait untuk mempercepat penanganan," kata Nurul Huda.

Baca juga: Angin kencang terjang Bima, enam rumah rusak dan tiang listrik roboh

BPBD Kabupaten Bima juga berkoordinasi dengan BPBD Provinsi NTB dan instansi teknis lainnya untuk memastikan penanganan darurat berjalan cepat dan tepat sasaran.

Selain itu, Nurul Huda mewanti-wanti mengingatkan warga agar segera melapor ke posko desa, Babinsa, atau Babinkamtibmas jika terjadi peningkatan debit air atau kerusakan infrastruktur akibat cuaca ekstrem.

"Waspadai perubahan cuaca mendadak dan aliran air dari perbukitan. Cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi beberapa hari ke depan," pungkasnya.

Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.