PEMPROV LINDUNGI BATIK NTB DARI POLITIK DUMPING

id

Mataram, (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akan berupaya melindungi batik lokal dari politik dumping Cina, terutama setelah diterapkannya perjanjian perdagangan bebas negara anggota ASEAN dengan Cina.

"Kita akan coba memantau batik yang dijual di pasaran terutama yang diimpor dari Cina. Apakah produk batik Cina menerapkan politik dumping atau tidak," ujar Kepala Bidang Pengembangan Industri Kecil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB, Setia Budi, di Mataram (27/4).

Menurut dia, pihaknya akan berupaya mengamankan pasar lokal dengan mencoba menginventarisasi batik Cina jenis apa saja yang sudah masuk ke NTB, karena batik khas NTB juga memiliki kualitas standar mutu yang bagus.

Jika kualitas dan mutunya yang disandang batik NTB setara dengan batik Cina, tetapi dengan harga yang jauh lebih mahal dari batik Cina, tentu akan merugikan perajin karena pasti kalah bersaing.

"Dalam perdagangan bebas saat ini, kebijakan standar perdagangan mendepankan aspek mutu produk. Sebab di sisi lain, kuota dan tarif yang awalnya berlaku antar negara kini sudah dihapus dalam sistem perdagangan bebas," katanya.

Ia mengaku bahwa batik NTB yang dikenal dengan batik "Sasambo" akan diarahkan jaminan mutunya ke dalam standar produk yakni Standar Nasional Indonesia (SNI).

Dengan adanya SNI, maka NTB tidak akan ragu untuk memasarkan produknya ke berbagai daerah bahkan apabila produk tersebut diperdagangkan ke luar negeri.

"Namun untuk memenuhi SNI itu, langkah yang harus kita penuhi dulu adalah mematenkan hak atas kekayaan intelektualnya (HAKI)," ujarnya.

Setia Budi menambahkan, pihaknya akan mempromosikan batik "Sasambo" secara gencar mulai 2011 mendatang. Promosi akan dimulai dari berbagai hotel berbintang di NTB maupun promosi eksibisi (pameran) yang digelar di luar daerah.

Menurut dia, ketertarikan terhadap batik mulai terlihat. Terbukti batik yang dihasilkan oleh perajin Bima (batik khas Mbojo) sudah banyak dipesan oleh pelaku pariwisata asal Bali dan Jawa.

"Menurut pengusaha dari Bali dan Jawa tersebut batik dari Bima memiliki kualitas baik. Mereka juga beranggapan harga yang dikenakan perajin juga relatif murah," ujarnya.
(*)