Mataram (ANTARA) - Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Nusa Tenggara Barat mencatat sebanyak 500 anggotanya yang masih aktif terdampak wabah virus corona (COVID-19) yang menyerang ratusan negara, termasuk Indonesia.
"Ada sekitar 500 anggota yang masih aktif sebagai pramuwisata, semuanya terdampak. Itu belum termasuk 'porter' pendakian Gunung Rinjani," kata Ketua HPI NTB, Ainuddin di Mataram, Rabu.
Pihaknya sudah melakukan pendataan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah anggota yang terdampak sekaligus meminta masukan terkait dengan kebutuhan apa yang diperlukan selama berdiam diri di rumah.
Dari hasil pendataan, lanjut Ainuddin, seluruh anggotanya sudah tidak lagi bekerja karena tidak ada wisatawan yang datang berkunjung.
Sebagian anggota HPI NTB mencoba mencari rezeki dengan cara berjualan produk secara daring (online), menjual kebutuhan pokok di rumah, dan ada yang memberikan kursus bahasa Inggris secara online.
"Namun upaya kecil-kecilan yang dilakukan tidak begitu berdampak terhadap pemasukan karena persaingan penjualan online juga ketat. Begitu juga yang mau kursus bahasa Inggris tidak begitu banyak," ujarnya.
Kondisi tersebut, kata dia sudah dikomunikasikan dengan pengurus HPI Pusat di Jakarta, melalui komunikasi lewat video jarak jauh.
Menurut pria yang juga berprofesi sebagai pengacara tersebut, apa yang dialami oleh pelaku jasa pramuwisata di seluruh Indonesia, termasuk NTB, akan disampaikan ke pemerintah pusat, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
"Harapan kami, kegiatan bagi-bagi kebutuhan pokok oleh Presiden Joko Widodo ke ojek online juga bisa dilakukan kepada pelaku jasa pramuwisata yang juga terdampak COVID-19 secara langsung," kata Ainuddin.
"Ada sekitar 500 anggota yang masih aktif sebagai pramuwisata, semuanya terdampak. Itu belum termasuk 'porter' pendakian Gunung Rinjani," kata Ketua HPI NTB, Ainuddin di Mataram, Rabu.
Pihaknya sudah melakukan pendataan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah anggota yang terdampak sekaligus meminta masukan terkait dengan kebutuhan apa yang diperlukan selama berdiam diri di rumah.
Dari hasil pendataan, lanjut Ainuddin, seluruh anggotanya sudah tidak lagi bekerja karena tidak ada wisatawan yang datang berkunjung.
Sebagian anggota HPI NTB mencoba mencari rezeki dengan cara berjualan produk secara daring (online), menjual kebutuhan pokok di rumah, dan ada yang memberikan kursus bahasa Inggris secara online.
"Namun upaya kecil-kecilan yang dilakukan tidak begitu berdampak terhadap pemasukan karena persaingan penjualan online juga ketat. Begitu juga yang mau kursus bahasa Inggris tidak begitu banyak," ujarnya.
Kondisi tersebut, kata dia sudah dikomunikasikan dengan pengurus HPI Pusat di Jakarta, melalui komunikasi lewat video jarak jauh.
Menurut pria yang juga berprofesi sebagai pengacara tersebut, apa yang dialami oleh pelaku jasa pramuwisata di seluruh Indonesia, termasuk NTB, akan disampaikan ke pemerintah pusat, melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
"Harapan kami, kegiatan bagi-bagi kebutuhan pokok oleh Presiden Joko Widodo ke ojek online juga bisa dilakukan kepada pelaku jasa pramuwisata yang juga terdampak COVID-19 secara langsung," kata Ainuddin.