Sumbawa Barat, NTB,  (ANTARA) - Pameran Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi (PPAD) tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat di Sumbawa Barat, kurang diminati pelajar maupun kalangan pendidik di daerah setempat.

         "Kami jarang melihat kunjungan pelajar dan para guru. Padahal, kami menilai momen ini penting dan sarat dengan ilmu pengetahuan. Mungkin kurang sosialisasi," kata penjaga stand Kota Bima, Dra Siti Rufiah Lalu Hasan, di lokasi pameran (21/7).

         Pendapat yang sama juga diungkapkan staf Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Lombok Timur, Samudin, bahwa pameran yang sudah dibuka sejak 20 Juli itu sepi dari kunjungan pelajar dan para guru.

         "Hanya beberapa pelajar saja yang singgah dan tak banyak rasa ingin tahu mereka. Kalaupun ada, mungkin dapat dihitung. Hari kedua mebukaan pameran ini, pengunjung pelajar sepi," katanya.

         Menanggapi hal itu, Ketua Panitia PPAD Sumbawa  Barat, Hj Siti Maisaroh, Rabu, mengakui tingkat kunjungan pelajar dan para guru di pameran yang menampilkan arsip dan dokumentasi mengenai sejarah dan kebudayaan yang berkembang di NTB itu belum sesuai harapan.

         Padahal, pameran yang tidak hanya menampilkan data foto dan arsip sejarah masa lampau tapi juga buku-buku tentang teknologi, muatan lokal yang berisi sastra-sastra lokal tersebut diharapkan bisa menambah pengetahuan pelajar dan pendidik mengenai NTB secara lebih luas.

        Ia tidak menampik jika sosialisasi serta persiapan pameran yang dilakukan panitia belum maksimal meskipun ia menolak kalau dikatakan tidak siap.

        Menurut dia, sepinya pengunjung, khususnya kalangan pelajar dan para guru itu, kemungkinan belum terkoordinasinya seluruh pemangku kepentingan serta terbatasnya anggaran, sehingga tidak banyak agenda yang bisa dijalankan.

        Sementara itu, di lokasi pameran banyak arsip dan dokumen sejarah dipamerkan. Masing-masing kabupaten/kota menampilkan buku sejarah berikut catatan silsilah keturunan kerajaan mereka.

        Contoh, Kota Bima menampilkan berbagai silsilah keturunan Raja Bima termasuk mulai bergantinya pemerintahan  dari kesultanan menjadi daerah Swapraja. Sultan Muhammad Salahuddin tercatat sebagai sultan terkhir yang memimpin kesultanan Bima pada tahun 1915.

        Dari arsip yang ada, kesultanan Bima ternyata memiliki keterkaitan silsilah yang kuat dengan kerajaan Sumbawa, terbukti dari pernikahan Sultan Kaharuddin III (Raja Sumbawa) dengan Putri ke III Sultan Salahuddin. (*)




Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024