Mataram (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, menyiapkan skema paket wisata menyelam dengan tarif terjangkau untuk menarik minat wisatawan lokal berkunjung ke kawasan wisata tiga gili.
Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Disbudpar Kabupaten Lombok Utara Setiadi, di Lombok Utara, Rabu, mengatakan upaya menarik minat wisatawan lokal dengan tawaran paket wisata menyelam permukaan (snorkling) dan menyelam ke bawah laut (diving) sudah dibahas dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lombok Utara beberapa waktu lalu.
"Kami mau menyasar wisatawan lokal dengan membuat paket menyelam karena selama ini paket tersebut terkesan eksklusif untuk orang asing. Sekarang kita coba memanfaatkan paket itu untuk orang lokal," katanya.
Terkait masalah tarif, kata Setiadi, pihaknya masih harus berkoordinasi dengan para instruktur menyelam atau dive shop yang ada di Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan, agar diperoleh kepastian harga pelayanan sebelum paket dipromosikan.
"Jangan sampai wisatawan lokal ke sana (gili), ternyata harga tidak tepat. Kami masih menunggu kepastian harga dengan dive shop karena berkaitan dengan biaya operasional juga," ujarnya.
Disbudpar Lombok Utara, lanjut dia, juga berkoordinasi dengan para pelaku wisata di tiga gili, terutama pengelola hotel untuk bangkit dan mempromosikan kesiapannya menerima kunjungan karena sudah menerapkan CHSE.
CHSE adalah penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan).
Saat ini, hanya sebagian kecil hotel yang berani beroperasi karena kondisi sepi, terutama tamu mancanegara. Sebagian besar hotel di tiga gili masih tutup sejak pandemi COVID-19 pada Maret 2020.
"Kalau kita dari pemerintah, khususnya di pariwisata terus berupaya bagaimana kita menceritakan dan mempromosikan destinasi yang sudah menerapkan CHSE," ucap Setiadi.
Ia mengatakan pihaknya juga menggandeng Pemerintah Provinsi NTB untuk ikut menceritakan kondisi Kabupaten Lombok Utara, khususnya destinasi wisata tiga gili yang aman untuk dikunjungi, namun tetap dengan protokol kesehatan.
"Bappeda juga mengusulkan agar kegiatan pemerintahan dilakukan di tiga gili sekali waktu untuk memberikan fakta yang bisa membantu bangkitnya pariwisata tiga gili," kata Setiadi.
Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Disbudpar Kabupaten Lombok Utara Setiadi, di Lombok Utara, Rabu, mengatakan upaya menarik minat wisatawan lokal dengan tawaran paket wisata menyelam permukaan (snorkling) dan menyelam ke bawah laut (diving) sudah dibahas dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lombok Utara beberapa waktu lalu.
"Kami mau menyasar wisatawan lokal dengan membuat paket menyelam karena selama ini paket tersebut terkesan eksklusif untuk orang asing. Sekarang kita coba memanfaatkan paket itu untuk orang lokal," katanya.
Terkait masalah tarif, kata Setiadi, pihaknya masih harus berkoordinasi dengan para instruktur menyelam atau dive shop yang ada di Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan, agar diperoleh kepastian harga pelayanan sebelum paket dipromosikan.
"Jangan sampai wisatawan lokal ke sana (gili), ternyata harga tidak tepat. Kami masih menunggu kepastian harga dengan dive shop karena berkaitan dengan biaya operasional juga," ujarnya.
Disbudpar Lombok Utara, lanjut dia, juga berkoordinasi dengan para pelaku wisata di tiga gili, terutama pengelola hotel untuk bangkit dan mempromosikan kesiapannya menerima kunjungan karena sudah menerapkan CHSE.
CHSE adalah penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan).
Saat ini, hanya sebagian kecil hotel yang berani beroperasi karena kondisi sepi, terutama tamu mancanegara. Sebagian besar hotel di tiga gili masih tutup sejak pandemi COVID-19 pada Maret 2020.
"Kalau kita dari pemerintah, khususnya di pariwisata terus berupaya bagaimana kita menceritakan dan mempromosikan destinasi yang sudah menerapkan CHSE," ucap Setiadi.
Ia mengatakan pihaknya juga menggandeng Pemerintah Provinsi NTB untuk ikut menceritakan kondisi Kabupaten Lombok Utara, khususnya destinasi wisata tiga gili yang aman untuk dikunjungi, namun tetap dengan protokol kesehatan.
"Bappeda juga mengusulkan agar kegiatan pemerintahan dilakukan di tiga gili sekali waktu untuk memberikan fakta yang bisa membantu bangkitnya pariwisata tiga gili," kata Setiadi.