Mataram, 11/1 (ANTARA) - Balai Arkelologi Denpasar pada 2012 akan melanjutkan penggalian benda purbakala Situs Tambora di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, yang merupakan bekas tiga kesultanan kecil yang tertimbun letusan Gunung Tambora pada 10 dan 11 April 1815.

     Arkeolog dari Balai Arkeologi Denpasar Made Griya yang dihubungi dari Mataram, Rabu mengatakan, pada Juli 2011 pihaknya melakukan penggalian di kompleks situs tiga kesultanan yang kini masuk wilayah Kabupaten Dompu itu terkait dengan pembuatan film "Ring of Fire" (Cincin Api) bekerja sama dengan Harian Kompas.

     "Pada penggalian di situs kompleks tiga kerajaan kecil, yakni Kesultanan Tambora, Pekat dan Kesultanan Sanggar itu kami menemukan pondasi bangunan berpola linier dengan material geologis berupa rumah panggung dengan bahan kayu dan bambu dan atap bambu yang diduga merupakan rumah milik masyarakat umum, karena bentuknya sederhana," katanya.

     Ia mengatakan, pada penggalian selanjutnya akan difokuskan untuk mencari pusat tiga kesultanan yang terkubur akibat letusan dahsyat Gunung Tambora pada 10 dan 11 April 1815. Lokasi itu diperkirakan berada di sekitar lokasi bangunan berupa pabrik kopi peninggalan penjajah Belanda di sekitar Gunung Tambora.

     Di lokasi tersebut pernah ditemukan sejumlah benda bersejarah berupa keramik kuno ketika perusahaan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) PT Veneer Production membuka jalan untuk mengangkut kayu dari hutan Tambora di Dompu pada tahun 1980.

     Temuan itu ditindaklanjuti dengan penelitian oleh gabungan  arkeolog dari Balai Arkeologi Denpasar Bali dan Museum Geologi Bandung yang melibatkan ahli gunung api dan ahli geologi serta ahli paleontologi (ilmu tentang fosil) pada 2006.      

    Menurut dia, dari berbagai temuan selama ini tiga kerajaan kecil itu memang ada, hanya saja belum ditemukan lokasi yang pasti. Karena itu penggalian pada 2012 akan difokuskan untuk mencari lokasi tiga kerajaan kecil tersebut.

    Pada awalnya ekskavasi atau penggalian dilakukan oleh Discovery Cannel bersama tim ahli arkeologi dari Amerika Serikat yang melakukan penggalian tahun 2004 dan menemukan kerangka manusia, rumah dan peralatan rumah tangga berupa keramik. Selain itu peralatan makan sirih.

    Menurut para ahli geologi itu, bekas bangunan rumah tersebut bukan rumah biasa, karena pada saat tertimbun pada tahun 1815 di dalamnya ada perkakas keramik yang bernilai tinggi dan harganya mahal, selain itu atap rumah yang diikat dengan tali ijuk dengan ikatan cukup rapi.

    Situs Tambora bisa disejajarkan dengan Situs Pompeii di Kota Romawi Kuno yang dikunjungi sedikitnya dua juta wisatawan dari berbagai negara setiap tahun. Karena itu kalau Situs Tambora berhasil digali, maka tidak menutup kemungkinan menjadi objek wisata internasional yang menyedot banyak wisatawan.

     Situs Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja.

     Letusan Gunung Tambora pada 10 dan 11 April 1815 tidak hanya menyisakan bukti keberadaan gunung yang letusannya menguncang dunia dan pernah mempengaruhi perubahan iklim dunia seperti menimbulkan bencana kelaparan di Eropa dan menelan seikitnya 90.000 korban jiwa.

     Akibat letusan Gunung Tambora, langit di atas negara-negara Eropa tertutup debu panas yang mengakibatkan matahari tidak bisa menyinari bumi menyebabkan bahan makanan rusak, sehingga menimbulkan bencana kelaparan. (*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024