Mataram (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Mataram menyebutkan guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) di daerah itu mulai menggunakan batik khas tiga suku di Provinsi Nusa Tenggara Barat yakni batik Sasambo (Sasak, Samawa, Mbojo).
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram Yusuf Zain di Mataram, Selasa, mengatakan untuk tahap awal penggunaan batik Sasambo diharuskan bagi guru dengan status ASN minimal sekali sebulan.
Penggunaan batik Sasambo itu sebagai ajang promosi mengenalkan hasil kreativitas para perajin, mengangkat kearifan lokal sekaligus meningkatkan ekonomi daerah.
"Jumlah guru ASN di Mataram sekitar 3.000 orang. Sementara, untuk guru non-ASN, masih kita toleransi boleh menggunakan batik nasional," katanya.
Penggunaan batik Sasambo bagi guru ASN diatur setiap minggu pertama setiap bulan. Sedangkan minggu ketiga diharuskan menggunakan batik tenun khas NTB.
"Sementara minggu kedua dan keempat bisa menggunakan batik nasional," katanya.
Menyinggung tentang penggunaan batik Sasambo untuk siswa tingkat SD dan SMP, lanjutnya, akan mengadopsi ikon Kota Mataram dengan pemenang lomba desain seni kriya batik Sasambo yang akan dilombakan.
Mataram memiliki banyak ikon seni kearifan lokal yang dapat dituangkan dalam kriya batik. Misalnya seperti, ikon Gapura Taman Sangkareang, Gapura Tembolak, dan Tugu "Mentaram" atau Tugu Mutiara.
"Itulah yang akan dilombakan dulu. Jadi mungkin untuk siswa butuh waktu lebih lama," katanya.
Pertimbangannya, kata Yusuf, karena masing-masing sekolah harus menyesuaikan desain yang ada dengan identitas masing-masing sekolah.
"Jadi untuk penerapan secara masif bagi siswa SD dan SMP tahapannya masih lama. Jadi kita mulai dari guru," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram Yusuf Zain di Mataram, Selasa, mengatakan untuk tahap awal penggunaan batik Sasambo diharuskan bagi guru dengan status ASN minimal sekali sebulan.
Penggunaan batik Sasambo itu sebagai ajang promosi mengenalkan hasil kreativitas para perajin, mengangkat kearifan lokal sekaligus meningkatkan ekonomi daerah.
"Jumlah guru ASN di Mataram sekitar 3.000 orang. Sementara, untuk guru non-ASN, masih kita toleransi boleh menggunakan batik nasional," katanya.
Penggunaan batik Sasambo bagi guru ASN diatur setiap minggu pertama setiap bulan. Sedangkan minggu ketiga diharuskan menggunakan batik tenun khas NTB.
"Sementara minggu kedua dan keempat bisa menggunakan batik nasional," katanya.
Menyinggung tentang penggunaan batik Sasambo untuk siswa tingkat SD dan SMP, lanjutnya, akan mengadopsi ikon Kota Mataram dengan pemenang lomba desain seni kriya batik Sasambo yang akan dilombakan.
Mataram memiliki banyak ikon seni kearifan lokal yang dapat dituangkan dalam kriya batik. Misalnya seperti, ikon Gapura Taman Sangkareang, Gapura Tembolak, dan Tugu "Mentaram" atau Tugu Mutiara.
"Itulah yang akan dilombakan dulu. Jadi mungkin untuk siswa butuh waktu lebih lama," katanya.
Pertimbangannya, kata Yusuf, karena masing-masing sekolah harus menyesuaikan desain yang ada dengan identitas masing-masing sekolah.
"Jadi untuk penerapan secara masif bagi siswa SD dan SMP tahapannya masih lama. Jadi kita mulai dari guru," katanya.