Mataram, 26/5 (ANTARA) - Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) gagal mencapai target masuk rangking 10 besar ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2011/2012 karena nilai rata-rata tertinggi siswa SMA/MA hanya 53,65.
"Belum bisa mencapai target utama. Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya nilai dua mata pelajaran bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris," kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Provinsi NTB, H Lalu Syafi'i, di Mataram, Sabtu.
Ia menyebutkan, nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk seluruh jurusan berada di kisaran tujuh ke atas, sedangkan Bahasa Inggris di kisaran delapan ke atas.
Menurut Syafi'i, untuk bisa masuk rangking 10 besar nasional nilai tertinggi UN tingkat nasional, nilai dua mata pelajaran bahasa tersebut minimal 9,6 sehingga jumlah rata-rata nilai seluruh mata pelajaran mencapai 56 ke atas.
"Nilai Bahasa Indonesia tidak begitu menggembirakan pada UN tahun ini. Tidak seperti lima mata pelajaran lainnya yang berada di atas rata-rata delapan dan sembilan ke atas," ujarnya.
Ia mengatakan, NTB berada di rangking 14 nasional dalam perolehan nilai tertinggi UN.
Rangking pertama diraih Provinsi Bali dengan nilai rata-rata mencapai 8,40, diikuti Sumatera Utara 8,17, Bengkulu 8,11, Jawa Barat 8,08, Jawa Timur 8,05, Sumatera Selatan 7,96, dan Sulawesi Utara 7,94, sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni 6,87.
Meskipun belum mencapai target, kata Syafi'i, pihaknya sudah bersyukur karena persentase kelulusan UN SMA/MA pada 2012 mengalami peningkatan 0,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah siswa SMA/MA yang tidak lulus UN pada tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 184 orang dari 43.967 peserta UN, menurun jika dibandingkan tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 244 orang dari 43,221 peserta UN.
Untuk jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK), persentase kelulusan UN pada 2012 mencapai 98,88 persen. Angka itu mengalami kenaikan 0,64 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 98,25 persen.
"Jumlah siswa SMK yang tidak lulus UN pada 2012 sebanyak 150 orang dari 13.440 peserta, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 209 siswa dari 11.929 peserta," katanya. (*)
"Belum bisa mencapai target utama. Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya nilai dua mata pelajaran bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris," kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Provinsi NTB, H Lalu Syafi'i, di Mataram, Sabtu.
Ia menyebutkan, nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk seluruh jurusan berada di kisaran tujuh ke atas, sedangkan Bahasa Inggris di kisaran delapan ke atas.
Menurut Syafi'i, untuk bisa masuk rangking 10 besar nasional nilai tertinggi UN tingkat nasional, nilai dua mata pelajaran bahasa tersebut minimal 9,6 sehingga jumlah rata-rata nilai seluruh mata pelajaran mencapai 56 ke atas.
"Nilai Bahasa Indonesia tidak begitu menggembirakan pada UN tahun ini. Tidak seperti lima mata pelajaran lainnya yang berada di atas rata-rata delapan dan sembilan ke atas," ujarnya.
Ia mengatakan, NTB berada di rangking 14 nasional dalam perolehan nilai tertinggi UN.
Rangking pertama diraih Provinsi Bali dengan nilai rata-rata mencapai 8,40, diikuti Sumatera Utara 8,17, Bengkulu 8,11, Jawa Barat 8,08, Jawa Timur 8,05, Sumatera Selatan 7,96, dan Sulawesi Utara 7,94, sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni 6,87.
Meskipun belum mencapai target, kata Syafi'i, pihaknya sudah bersyukur karena persentase kelulusan UN SMA/MA pada 2012 mengalami peningkatan 0,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah siswa SMA/MA yang tidak lulus UN pada tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 184 orang dari 43.967 peserta UN, menurun jika dibandingkan tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 244 orang dari 43,221 peserta UN.
Untuk jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK), persentase kelulusan UN pada 2012 mencapai 98,88 persen. Angka itu mengalami kenaikan 0,64 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 98,25 persen.
"Jumlah siswa SMK yang tidak lulus UN pada 2012 sebanyak 150 orang dari 13.440 peserta, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 209 siswa dari 11.929 peserta," katanya. (*)