Jakarta (ANTARA) - PT Bank Mandiri Tbk. (Persero) atau Bank Mandiri memperkirakan inflasi pada tahun 2022 akan meningkat hingga mencapai 6,27 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) usai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Perkiraan ini sudah memperhitungkan dampak langsung dan tidak langsung dari kenaikan harga BBM," kata Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina dalam acara Media Gathering and Presentasi Macroeconomic Outlook secara daring di Jakarta, Selasa.
Ke depan di tahun 2023 dengan berbagai respons kebijakan yang diambil oleh pemerintah maupun Bank Indonesia, ia memproyeksikan inflasi akan termoderasi menuju angka 4 persen, sehingga dampak dari kenaikan harga BBM tersebut hanya sementara.
Berdasarkan perhitungan Tim Ekonomi Bank Mandiri, kenaikan harga BBM jenis pertalite memberi dampak terhadap inflasi sebesar 1,24 persen (yoy), solar 0,17 persen (yoy), dan pertamax 0,11 persen (yoy). Dengan demikian totalnya adalah 1,67 persen (yoy) ditambah perhitungan kemungkinan kesalahan statistik sebesar 0,15 persen.
Angka tambahan dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM menyebabkan perkiraan inflasi Bank Mandiri di tahun ini menjadi 6,27 persen (yoy) dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,6 persen (yoy). Sebaliknya, Bank Mandiri menemukan kenaikan harga BBM justru menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2022 sebesar 0,33 persen (yoy).
Baca juga: Bank Mandiri optimistis kinerja stabil pada tahun 2023
Baca juga: Digitalisasi cara tercepat tingkatkan inklusi ekonomi
Dian pun menuturkan inflasi Indonesia per September 2022 sudah berada di level 5,95 persen (yoy) akibat penyesuaian harga BBM oleh pemerintah sebagai dampak kenaikan harga minyak dunia. "Namun ini patut kita apresiasi karena angka 5,95 persen (yoy) merupakan di bawah konsensus, artinya memang upaya-upaya pemerintah untuk meminimalisir dampak dari penyesuaian harga BBM ini sudah terlihat," ucap dia.
Di sisi lain, dirinya mengungkapkan level inflasi Indonesia masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Perkiraan ini sudah memperhitungkan dampak langsung dan tidak langsung dari kenaikan harga BBM," kata Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina dalam acara Media Gathering and Presentasi Macroeconomic Outlook secara daring di Jakarta, Selasa.
Ke depan di tahun 2023 dengan berbagai respons kebijakan yang diambil oleh pemerintah maupun Bank Indonesia, ia memproyeksikan inflasi akan termoderasi menuju angka 4 persen, sehingga dampak dari kenaikan harga BBM tersebut hanya sementara.
Berdasarkan perhitungan Tim Ekonomi Bank Mandiri, kenaikan harga BBM jenis pertalite memberi dampak terhadap inflasi sebesar 1,24 persen (yoy), solar 0,17 persen (yoy), dan pertamax 0,11 persen (yoy). Dengan demikian totalnya adalah 1,67 persen (yoy) ditambah perhitungan kemungkinan kesalahan statistik sebesar 0,15 persen.
Angka tambahan dampak inflasi akibat kenaikan harga BBM menyebabkan perkiraan inflasi Bank Mandiri di tahun ini menjadi 6,27 persen (yoy) dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,6 persen (yoy). Sebaliknya, Bank Mandiri menemukan kenaikan harga BBM justru menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2022 sebesar 0,33 persen (yoy).
Baca juga: Bank Mandiri optimistis kinerja stabil pada tahun 2023
Baca juga: Digitalisasi cara tercepat tingkatkan inklusi ekonomi
Dian pun menuturkan inflasi Indonesia per September 2022 sudah berada di level 5,95 persen (yoy) akibat penyesuaian harga BBM oleh pemerintah sebagai dampak kenaikan harga minyak dunia. "Namun ini patut kita apresiasi karena angka 5,95 persen (yoy) merupakan di bawah konsensus, artinya memang upaya-upaya pemerintah untuk meminimalisir dampak dari penyesuaian harga BBM ini sudah terlihat," ucap dia.
Di sisi lain, dirinya mengungkapkan level inflasi Indonesia masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.