Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa IBangga merupakan indikator keberhasilan dari kebijakan pembangunan keluarga yang sesuai dengan RPJMN 2020-2024 milik Pemerintah Indonesia.

"IBangga sebagai paradigma baru dalam pembangunan nasional dibentuk untuk melakukan pendekatan koordinasi antara pendekatan individu dan keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Sosialisasi Indeks Pembangunan Keluarga di Jakarta, Selasa.

Hasto menuturkan bahwa IBangga merupakan indeks pengukuran kualitas keluarga yang ditujukan melalui tiga dimensi yaitu dimensi ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga.

Pada tahun 2020, IBangga menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) ada pada angka 53,57 dan diharapkan meningkat menjadi 61,00 pada tahun 2024.

IBangga di beberapa negara merupakan suatu data terkait capaian kinerja pemerintah, mengenai keluarga dan relatif masih baru. Namun demikian, skriningnya adalah mengkombinasikan antara yang sifatnya individu pada unit terkecil yaitu keluarga.

Sedangkan sebelumnya, paradigma pembangunan nasional yang dilakukan pemerintah adalah menggunakan pendekatan individu secara terpisah atau independen dalam bentuk aspek sosial ekonomi, psikologis atau dikenal sebagai IPM.

Menurut Hasto, IBangga juga telah menjadi dasar bagi para pemangku kepentingan dalam merumuskan dan mengukur kebijakan pembangunan keluarga di tingkat nasional maupun daerah.

Contohnya, dalam rangka mengukur target capaian IPM, BKKBN telah melakukan pengukuran IBangga melalui Pendataan Keluarga Tahun 2021 (PK21). “Keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat memiliki peran yang sangat signifikan bagi suatu bangsa, terutama untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul,” katanya.

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti menambahkan, pada tahun 2021, BKKBN telah melakukan pendataan keluarga dan berhasil mengumpulkan data keluarga sebanyak 68.478.139 keluarga, di luar Provinsi DKI Jakarta. "Perolehan data itu sudah melebihi target yang ditetapkan sebelumnya, di mana target sebelumnya adalah sebesar 66.828.571 keluarga atau capaiannya 102 persen," katanya.

Dari pendataan tersebut, berdasarkan capaian IBangga tahun 2021 diketahui jika keluarga-keluarga di Indonesia berada pada kondisi belum tangguh atau berkategori berkembang atau cukup baik "Baik dari sisi dimensi kebahagiaan 53,96, kemudian ketenteraman 55,99, dan kemandirian 52,09,” ujar Nopian.

Baca juga: BKKBN Lombok Tengah menggelar pelayanan KB gratis
Baca juga: Cegah stunting sejak remaja dengan konsumsi makanan bergizi

Asisten Deputi Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kemenko PMK Nia Reviani mengatakan, keluarga merupakan bimbingan pertama yang dimulai dari anak usia dini sampai dengan dewasa. Berhasil atau tidaknya meningkatkan kualitas SDM tergantung dari peran keluarga.

Nia merinci, saat ini jumlah keluarga yang ada di Indonesia berdasarkan pendataan iBangga 2021 sebanyak 68,4 juta dari total 275 juta jiwa penduduk di Indonesia. Besarnya jumlah keluarga tersebut menjadi keunggulan bagi Indonesia. Nia berharap semua pihak saling bergotong royong untuk mengejar angka IPM Indonesia menjadi yang tertinggi di negara-negara kawasan ASEAN dalam waktu dekat melalui IBangga.



 


Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024