Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras di Nusa Tenggara Barat mencapai 829.790 ton pada 2022 atau meningkat sebanyak 21.280 ton dibandingkan tahun sebelumnya.

"Kami memperkirakan produksi beras di NTB pada 2022 meningkat 2,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 808.510 ton," kata Kepala BPS NTB Wahyudin, di Mataram, Selasa.

Ia mengatakan meningkatnya produksi beras tersebut disebabkan produksi gabah kering giling diperkirakan sebanyak 1,46 juta ton dari luas panen mencapai 269.830 hektare pada 2022.

Produksi gabah kering giling pada 2022 diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 37.360 ton atau sebesar 2,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,42 juta ton.

Wahyudin mengatakan penghitungan luas lahan panen padi didasarkan pada Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan (BPN) Nomor 686 tahun 2019 tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah (LBS).

"Lahan baku sawah NTB mencapai 234.542 hektare. Informasi luas lahan baku sawah tersebut digunakan sebagai dasar perhitungan luas panen padi," ucapnya.

Sementara itu, Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Abdul Muis Sayyed Ali, mengatakan pihaknya terus melakukan pembelian gabah dan beras untuk menjaga kestabilan harga di tingkat petani, sekaligus untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Ia menyebutkan ketahanan stok beras NTB saat ini mencapai 1.035 ton dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama 11 bulan ke depan.Stok tersebut disimpan sebanyak 18.941 ton di gudang Kantor Wilayah Bulog NTB yang tersebar di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Lombok Tengah.

Selain itu, terdapat Kantor Cabang Sumbawa sebanyak 17.749 ton, Kantor Cabang Bima sebanyak 9.228 ton, dan Kantor Cabang Lombok Timur sebanyak 5.116 ton.

"Stok nasional paling aman itu NTB. Bahkan, NTB sudah melaksanakan penugasan untuk pemenuhan stok beras di sejumlah provinsi, seperti Jakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Timur," kata Abdul.

Pewarta : Awaludin
Editor : Riza Fahriza
Copyright © ANTARA 2024