Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan pemerintah perlu meningkatkan pelayanan pengangkutan sampah agar menjangkau seluruh wilayah Indonesia sampai ke desa-desa untuk menghindari masyarakat membuang sampah sembarangan ke lingkungan, seperti sungai.
"Tugas pemerintah sebanyak mungkin memperluas dan memperbanyak jaringan pelayanan itu agar semua terjangkau, artinya harus semuanya terangkut ke tempat pembuangan atau pemrosesan akhir," kata Ketua Kelompok Riset Sampah Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN, Wahyu Purwanta saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Wahyu menuturkan rata-rata tingkat pelayanan pengangkutan sampah di Indonesia masih sekitar 40 persen, sehingga 60 persen sampahnya masih belum terangkut ke tempat pembuangan atau pemrosesan akhir. Itu menjadi salah satu masalah yang harus segera diatasi untuk penanganan dan pengelolaan sampah secara menyeluruh. "Pemerintah sedapat mungkin semua terlayani, sehingga sampah tidak ada yang lari ke lingkungan, misalnya lari ke sungai, perairan ujungnya ke laut," ujarnya.
Ia mengatakan untuk kota-kota besar dan maju, layanan pengangkutan sampah bisa mencapai 60 persen, namun tidak demikian dengan kota-kota kecil atau pedesaan yang memiliki jangkauan yang jauh menuju titik pengangkutan sampah.
Biasanya, tersedia bak besar atau tangki truk tempat sampah dikumpulkan dari suatu kelompok masyarakat atau area. Karena jangkauan yang jauh dari area pemukiman warga, masyarakat kerap membuang sampah ke lingkungan.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Winarni Dien Monoarfa mengatakan penguatan partisipasi publik merupakan modal kuat bagi Indonesia untuk menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah.
"Penguatan partisipasi publik adalah modal sosial yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sampah ke depan khususnya, dan persoalan lingkungan pada umumnya," kata Winarni dalam webinar "Pengelolaan Sampah Plastik dalam Upaya Pengendalian Perubahan Iklim" yang diikuti daring dari Jakarta, Selasa (1/11).
Baca juga: Lombok Barat bersama Dompet Dhuafa atasi masalah sampah
Baca juga: Sekolah di Mataram mulai mengelola dan mengolah sampah
Menurut Winarni, di tengah perkembangan teknologi saat ini, publik dapat berpartisipasi dalam pengelolaan sampah melalui platform-platform usaha berbasis digital yang saat ini banyak dibangun oleh anak muda di Indonesia.
Platform-platform tersebut, kata dia, memegang peranan penting dalam industri pengelolaan sampah di Indonesia mulai dari menciptakan sistem pengumpulan sampah hingga sistem pengelolaan sampah.
"Tugas pemerintah sebanyak mungkin memperluas dan memperbanyak jaringan pelayanan itu agar semua terjangkau, artinya harus semuanya terangkut ke tempat pembuangan atau pemrosesan akhir," kata Ketua Kelompok Riset Sampah Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN, Wahyu Purwanta saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Wahyu menuturkan rata-rata tingkat pelayanan pengangkutan sampah di Indonesia masih sekitar 40 persen, sehingga 60 persen sampahnya masih belum terangkut ke tempat pembuangan atau pemrosesan akhir. Itu menjadi salah satu masalah yang harus segera diatasi untuk penanganan dan pengelolaan sampah secara menyeluruh. "Pemerintah sedapat mungkin semua terlayani, sehingga sampah tidak ada yang lari ke lingkungan, misalnya lari ke sungai, perairan ujungnya ke laut," ujarnya.
Ia mengatakan untuk kota-kota besar dan maju, layanan pengangkutan sampah bisa mencapai 60 persen, namun tidak demikian dengan kota-kota kecil atau pedesaan yang memiliki jangkauan yang jauh menuju titik pengangkutan sampah.
Biasanya, tersedia bak besar atau tangki truk tempat sampah dikumpulkan dari suatu kelompok masyarakat atau area. Karena jangkauan yang jauh dari area pemukiman warga, masyarakat kerap membuang sampah ke lingkungan.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Winarni Dien Monoarfa mengatakan penguatan partisipasi publik merupakan modal kuat bagi Indonesia untuk menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah.
"Penguatan partisipasi publik adalah modal sosial yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sampah ke depan khususnya, dan persoalan lingkungan pada umumnya," kata Winarni dalam webinar "Pengelolaan Sampah Plastik dalam Upaya Pengendalian Perubahan Iklim" yang diikuti daring dari Jakarta, Selasa (1/11).
Baca juga: Lombok Barat bersama Dompet Dhuafa atasi masalah sampah
Baca juga: Sekolah di Mataram mulai mengelola dan mengolah sampah
Menurut Winarni, di tengah perkembangan teknologi saat ini, publik dapat berpartisipasi dalam pengelolaan sampah melalui platform-platform usaha berbasis digital yang saat ini banyak dibangun oleh anak muda di Indonesia.
Platform-platform tersebut, kata dia, memegang peranan penting dalam industri pengelolaan sampah di Indonesia mulai dari menciptakan sistem pengumpulan sampah hingga sistem pengelolaan sampah.