Mataram, 17/9 (ANTARA) - Presiden ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) Marzuki Ali yang juga Ketua DPR-RI mengatakan, AIPA berupaya memperkecil kesenjangan ekonomi dan perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antarwarga ASEAN.
"AIPA telah mencatat bahwa untuk mencapai kesetaraan ekonomi, memang memerlukan berbagai instrumen antara lain, memperkuat peran usaha kecil dan menengah yang bertujuan untuk dapat memperkecil kesenjangan diantara para anggotanya," kata kata Marzuki pada pembukaan Sidang Umum ke-33 AIPA, yang digelar di Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin malam.
Sidang Umum AIPA itu dibuka oleh Wakil Presiden Boediono, dan juga dihadiri Ketua ASEAN Samdech Akka Moha Sena Pedai Techo Hun Sen, yang juga Perdana Menteri Kerajaan Kamboja, dan para delegasi AIPA.
Pembukaan Sidang Umum AIPA itu, akan berlangsung di Gedung Graha Bhakti Kantor Gubernur NTB, di Mataram. Sedangkan sidang-sidang AIPA digelar di Hotel Santosa, kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.
Marzuki mengatakan, kesenjangan ekonomi dan perbedaan tingkat kemajuan ekonomi warga di negara-negara ASEAN itu memerlukan pencerahan yang meyakinkan masyarakat kawasan atas urgensi keberadaan ASEAN dalam jangka panjang.
Menurut dia, keinginan politik para kepala pemerintahan negara-negara anggota ASEAN, harus didukung oleh keinginan sosial politik masyarakat untuk memiliki identitas yang sama yang sekaligus mencerminkan identitas ke-ASEAN-an, sebagaimana tercermin di dalam dialog dan konsultasi antarpara pemimpin ASEAN dengan para ketua parlemen ASEAN yang sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.
Dari sudut pandang sosial dan budaya, pencarian dan pengembangan identitas ASEAN akan dimiliki dengan rasa bangga oleh seluruh masyarakat ASEAN.
"Tantangan yang perlu mendapat perhatian yakni masalah kesenjangan ekonomi dan perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antarmsyarakat ASEAN," ujarnya.
Marzuki juga menyebut tantangan ASEAN lainnya yakni isu-isu keamanan konvensional yang meliputi isu penyelundupan manusia, obat-obatan terlarang, pengrusakan lingkungan, dan masalah bencana serta perubahan iklim.
Ia mengatakan, AIPA selama ini telah memberikan kontribusi dalam upaya menanggulangi berbagai isu keamanan konvensional, terutama melalui dialog-dialog yang secara rutin dilakukan oleh AIPA, yang antara lain baru digelar di Yogyakarta hampir bersamaan waktu dengan pertemuan AIPA lainnya.
"AIPA juga telah mendorong implementasi regulasi yang akan mengurangi kasus perdagangan narkoba di kawasan Asia Tenggara," ujarnya. (*)
"AIPA telah mencatat bahwa untuk mencapai kesetaraan ekonomi, memang memerlukan berbagai instrumen antara lain, memperkuat peran usaha kecil dan menengah yang bertujuan untuk dapat memperkecil kesenjangan diantara para anggotanya," kata kata Marzuki pada pembukaan Sidang Umum ke-33 AIPA, yang digelar di Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin malam.
Sidang Umum AIPA itu dibuka oleh Wakil Presiden Boediono, dan juga dihadiri Ketua ASEAN Samdech Akka Moha Sena Pedai Techo Hun Sen, yang juga Perdana Menteri Kerajaan Kamboja, dan para delegasi AIPA.
Pembukaan Sidang Umum AIPA itu, akan berlangsung di Gedung Graha Bhakti Kantor Gubernur NTB, di Mataram. Sedangkan sidang-sidang AIPA digelar di Hotel Santosa, kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.
Marzuki mengatakan, kesenjangan ekonomi dan perbedaan tingkat kemajuan ekonomi warga di negara-negara ASEAN itu memerlukan pencerahan yang meyakinkan masyarakat kawasan atas urgensi keberadaan ASEAN dalam jangka panjang.
Menurut dia, keinginan politik para kepala pemerintahan negara-negara anggota ASEAN, harus didukung oleh keinginan sosial politik masyarakat untuk memiliki identitas yang sama yang sekaligus mencerminkan identitas ke-ASEAN-an, sebagaimana tercermin di dalam dialog dan konsultasi antarpara pemimpin ASEAN dengan para ketua parlemen ASEAN yang sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.
Dari sudut pandang sosial dan budaya, pencarian dan pengembangan identitas ASEAN akan dimiliki dengan rasa bangga oleh seluruh masyarakat ASEAN.
"Tantangan yang perlu mendapat perhatian yakni masalah kesenjangan ekonomi dan perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antarmsyarakat ASEAN," ujarnya.
Marzuki juga menyebut tantangan ASEAN lainnya yakni isu-isu keamanan konvensional yang meliputi isu penyelundupan manusia, obat-obatan terlarang, pengrusakan lingkungan, dan masalah bencana serta perubahan iklim.
Ia mengatakan, AIPA selama ini telah memberikan kontribusi dalam upaya menanggulangi berbagai isu keamanan konvensional, terutama melalui dialog-dialog yang secara rutin dilakukan oleh AIPA, yang antara lain baru digelar di Yogyakarta hampir bersamaan waktu dengan pertemuan AIPA lainnya.
"AIPA juga telah mendorong implementasi regulasi yang akan mengurangi kasus perdagangan narkoba di kawasan Asia Tenggara," ujarnya. (*)