Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan bahwa industri tetap ekspansif di tengah pertumbuhan perekonomian global yang diprediksi melambat pada 2022 dan masih akan berlanjut pada 2023.
 

Hal itu tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur oleh S&P Global yang menunjukkan posisi 50,3 pada November 2022. “Kondisi PMI manufaktur yang ekspansif ini patut disyukuri di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini berarti pelaku industri di Tanah Air tetap optimistis dengan kondisi bisnisnya dan terus berekspansi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.

Menurut S&P Global, tercatat di atas tanda tidak ada perubahan 50,0, headline konsisten dengan lima belas bulan berturut-turut perbaikan kesehatan sektor manufaktur Indonesia. Penurunan PMI manufaktur dari bulan sebelumnya terjadi di sejumlah negara ASEAN, seperti Vietnam (50,6 turun ke 47,4), Malaysia (48,7 turun ke 47,9), dan Myanmar (45.7 turun ke 44,6).

Kondisi PMI manufaktur Indonesia juga lebih baik bila dibandingkan dengan Jepang (50,7 turun ke 49,0) maupun China dan Korea Selatan yang masih menunjukkan kontraksi di angka 49,4 dan 49.

Kondisi PMI manufaktur Indonesia pada November lalu dipengaruhi oleh permintaan baru dan output yang turun, namun masih terdapat pelaku industri yang melaporkan bahwa kondisi permintaan utama dan pemenangan klien baru mendukung keseluruhan ekspansi bisnis baru.

Kondisi ini sejalan dengan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dilakukan oleh Kemenperin. Hasil survei IKI pada November 2022 yang telah dirilis pada 30 November 2022 juga menunjukkan penurunan produksi yang disebabkan oleh turunnya pesanan.

Meski demikian, industri manufaktur masih memiliki optimisme terhadap bisnisnya, dengan didukung daya beli masyarakat yang masih terjaga, tercermin dari inflasi pada Oktober sebesar 5,71 persen. Selain itu, persiapan perayaan Natal dan tahun baru di bulan ini juga mendukung peningkatan pesanan.

“Pertumbuhan ekonomi yang positif pada sejumlah negara mitra di triwulan III 2022, di antaranya China, Jepang, dan Amerika Serikat, juga menjadi sinyal yang mendukung kepercayaan diri para pelaku industri,” kata Menperin.

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menjelaskan bahwa kenaikan biaya terus terjadi meskipun inflasi harga kembali melambat pada November, yang memberikan sedikit kelegaan bagi perusahaan manufaktur. Menurut dia, harga juga terus naik karena perusahaan meneruskan biaya tambahan kepada klien, sehingga mungkin memerlukan perhatian kebijakan moneter lanjutan dalam waktu dekat.

Baca juga: Kemenperin dorong peningkatan penggunaan produk negeri
Baca juga: Industri nonmigas jadi motor penggerak roda perekonomian

Sementara itu, Indeks Kepercayaan Industri yang dirilis oleh Kemenperin menunjukkan angka 50,89 pada November 2022, yang artinya berada dalam fase ekspansi. Dari 23 subsektor industri yang disurvei, 11 subsektor yang mewakili 71,3 persen dari keseluruhan sektor industri mengalami ekspansi.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menjelaskan, 31,8 persen perusahaan industri yang disurvei menjawab bahwa terjadi peningkatan kegiatan usaha secara umum pada November 2022, sedangkan 36,5 persen menjawab tetap, dan 31,7 persen menurun. “Kemudian, mayoritas (58,1 persen) menjawab pandangan kondisi enam bulan ke depan optimis, 2,8 persen menjawab stabil, dan 18,1 persen pesimis,” kata Febri.
 


Pewarta : Sella Panduarsa Gareta
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024