"Pria kreatif", julukan itu agaknya cocok disandang pria berambut gondrong yang bernama lengkap Lalu Mandra Rama Dwi Surya (41). Dalam usianya yang sudah kepala empat  beberapa peralatan  berhasil diciptakan dan berbagai pekerjaan telah dilakoninya.
        Ketika bekerja sebagai tukang sumur bor, ia juga menciptakan mesin bor untuk digunakan sendiri dalam menjalankan usahanya. Pria yang hanya lulusan SMA swasta di Kota Mataram ini juga menciptakan mesin penghancur sampah.
        Bahkan putra asli kelahiran Kota Mataram pada 20 November 1971 ini juga pernah membuat mesin pemecah batu atau "stone crusher" dan berencana membuat mesin penghancur karang. Alat ini diciptakan agar potongan karang tajam yang ada di obyek wisata pantai tidak menusuk kaki wisatawan.
        Ketika para petani tembakau virginia di Pulau Lombok dilanda keresahan dan menjerit karena sulit dan mahalnya harga bahan bakar minyak pada setiap musim pengovenan atau pengeringan tembakau, Surya merasa terpanggil untuk berkreasi bagaimana menciptakan kompor yang irit bahan bakar.
         Setelah melalui "perenungan" panjang dan serangkaian uji coba selama setahun, pria yang pernah menekuni pekerjaan sebagai tukang tato yang mangkal di objek wisata Senggigi, Lombok ini akhirnya menemukan kompor serbaguna berbahan bakar air yang bisa digunakan untuk pengovenan tembakau virginia.
         "Awalnya saya membuat kompor berbahan bakar LPG atau  Liquefied Petroleum Gas. Namun ternyata masih boros bahan bakar, sehingga tidak memberikan jalan keluar terbaik bagi petani yang menghadapi kesulitan akibat minyak tanah dan solar sejak dicabutnya subsidi bahan bakar oleh pemerintah," pria berambut gondrong ini.
         Karena itu Surya kemudian mencoba merekayasa kembali kompor berbahan bakar minyak tanah yang pernah digunakan petani ketika harga minya tanag masih murah, namun tetap juga boros bahan bakar dan kalau dikalkulasi belum menguntungkan petani.
         Pria yang pernah menggeluti usaha pembuatan sumur bor selama delapan tahun ini terus memutar otak untuk bagaimana menciptakan kompor yang irit dengan merekayasa kompor berbahan bakar minyak tanah agar menjadi benar-benar irit bahan bakar.
        Ia mengaku nyaris putus asa, kompor yang dibuatnya dengan susah payah itu ternyata masih boros bahan bakar. Beberapa kali melakukan uji coba selalu gagal dan kandas di tengah jalan. Namun kegagalan  demi kegagalan itu tidak membuat ia putus asa.   
       Pikirannya menerawang ke masa silam. Ketika masih duduk dibangku sekolah ia pernah membaca buku pelajaran mengenai penemuan mesin uap. Sekitar  244 tahun silam, tepatnya pada 1769, seorang jenius James Watt, yang lahir 19 Januari 1763 di Greenock Skotlandia menemukan penyempurnaan mesin uap yang kemudian menjadi permulaan penemuan kereta api uap.
      "Penemuan mesin uap yang kemudian mengawali penciptaan kereta api uap itu yang menginspirasi saya untuk mencoba membuat kompor berbahan bakar air. Dari pelajaran di sekolah saya ingat bahwa air mengandung unsur H2O yang kalau diuraikan akan membentuk unsur hidrogen atau H2," kata pria yang mengaku hobi membuat gambar mesin ini.
        Atas dasar itulah Surya dibantu temannya terus melakukan penelitian kecil-kecilan tentang bagaimana merekayasa air agar bisa menjadi bahan bakar kompor yang sudah dibuatnya. Selama setahun ia berkutat dengan penelitian yang oleh orang lain dianggap tidak masuk akal itu.
        Berkat ketekunan dan kerja keras pria yang mengaku awam ilmu kimia ini kemudian berhasil membuktikan bahwa setelah dipanaskan air ternyata bisa menjadi bahan bakar yang berkalori tinggi. Bahkan titik didihnya bisa mencapai 800 derajat celcius.
       "Berangkat dari temuan James Watt, sang pencipta kereta uap itu saya menyimpulkan bahwa air bisa menjadi bahan bakar yang menghasilkan panas dan tekanan sangat tinggi," tutur bapak dari dua anak ini yang selalu mengikat rambutnya yang sebahu itu.
       Cara kerja kompor tersebut, menurut Surya, adalah air yang dipanaskan akan menimbulkan uap yang kemudian kalau disemprotkan minyak akan terbakar dan menghasilkan api dengan panas dan tekanan sangat tinggi.
       "Uap air yang telah bercampur dengan minyak tanah itu akan sangat mudah terbakar dan menghasilkan panas dan tekanan sangat tinggi," kata "pria kreatif" ini menuturkan cara kerja kompor berbahah air ciptaannya.
        Kompor berbahan air temuannya itu menggunakan tabung air bertekanan tinggi dan kompor yang dilengkapi dengan sejenis karburator yang berfungsi untuk mengatur semprotan minyak tanah atau solar dan jerigen plastik untuk tempat minyak.
       Untuk kelengkapan kompor serbaguna ciptaannya Surya menggunakan tabung air bertekanan dua hingga tiga "bar" yang mampu menghasilkan panas atau kolri mencapai 800 derajat celcius. Dari hasil uji coba kalori yang dihasilkan kompor itu bisa melelehkan aluminium.
       Bagi Surya, perjuangan panjang dan melelahkan serta kerja keras untuk menciptakan kompor berbahan bakar air itu, bukan karena ia ahli fisika atau kimia. Namun perjuangan itu karena didorong oleh semangat tinggi agar bisa membantu petani mengoven atau mengeringkan tembakau virginia dengan biaya murah.
      "Untuk menghasilkan kalori dengan titik didih 800 derajat celcius itu hanya dibutuhkan 1,5 liter air dan 1 liter minyak tanah atau solar. Kami belum menemukan komposisi campuran antara air dan minyak yang bisa diuji secara ilmiah. Kami mencoba mengatur dan ternyata berhasil kompor bisa tetap menyala," kata Surya dengan penuh semangat.
        Menurut "Profesor" kompor asal Mataram, agar kompor bisa menghasilkan panas lebih tinggi ternyata vbolume air yang ditambah, bukan bahan bakar minyak. Dengan cara ini panas yang dihasilkan akan lebih tinggi karena dorongan uap air.
    
                              Hemat 50 persen
       Kompor serbaguna ciptaan Surya memberikan "angin segar"  bagi petani tembakau virginia di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat yang selama ini menjerit, karena mengalami kesulitan mendapatkan minyak tanah atau solar untuk bahan bakar oven tembakau mereka
        Kalaupun tersedia bahan bakar, namun harganya meroket, sehingga kalau menggunakan bahan bakar nonsubsidi itu mereka tidak akan mendapat untung, bahkan banyak yang menanggung kerugian jutaan rupiah pada setiap musim panen tembakau virginia.
         "Saya berjuang keras untuk menciptakan kompor irit bahan bakar tersebut agar bisa  membantu petani yang selama ini mengalami kesulitan bahan bakar minyak untuk oven tembakau virginia dan terpaksa membeli bahan bakar dengan  harga mahal.       
        Ketika mendaftarkan hak paten kompor serbaguna berbahan bakar air di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi NTB, dia mengatakan, kompor tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk oven tembakau, tetapi juga keperluan lain, seperti pengering gabah dan oven kopra.
         "Profesor" kompor  berpenampilan sederhana ini mengaku yakin kompor ciptaannya akan meringankan beban petani yang menghadapi persoalan sulit dan mahalnya harga bahan bakar oven tembakau pada setiap musim panen.
         "Kalau menggunakan kompor biasa petani membutuhkan dua setengah drum minyak tanah atau solar untuk bahan bakar oven tembakau mereka dengan waktu pengomprongan atau pengeringan selama empat hari," kata pria dengan gaya rambut kuncir kuda ini.
          Sementara dengan kompor serbaguna berbahan bakar campuran air dan minyak tanah atau solar hanya membutuhkan paling banyak satu drum bahan bakar.
         "Dengan menggunakan kompor hasil ciptaan saya petani bisa mengurangi biaya bahan bakar hingga 50 persen. Karena bahan bakar yang digunakan lebih banyak air," kata pria kreatif yang hanya lulusan SMA ini.
         Menurut Surya, kompor ciptaannya itu sudah diuji coba di hadapan petani tembakau virginia di Kabupaten Lombok Timur. Para petani menyatakan berminat untuk membeli dan menggunakan kompor tersebut, karena dinilai lebih menguntungkan.
         "Setelah saya melakukan uji coba, sekitar 100 orang petani tembakau virginia di Lombok menyatakan berminat bahkan mereka meminta segera dibuatkan agar bisa digunakan pada musim panen mendatang," kata Surya dengan nada penuh semangat.
         Namun bisa ia mengaku belum bisa menyanggupi permintaan para petani tembakau itu,  karena harus didaftarkan terlebih dahulu untuk mendapatkan hak paten.
         Mengenai harga kompor serbaguna itu, Surya mengaku belum bisa memastikan harga, karena masih menghitung harga komponen bagan baku, namun diperkirakan tidak lebih dari Rp1,5 juta per unit.
          "Para petani berani membeli dengan harga tersebut, karena harga kompor yang selama ini mereka gunakan untuk oven tembakau mencapai Rp5 juta per unit, lebih murah dari kompor ciptaan saya yang relatif irit bahan bakar," ujarnya optimis.
          Teknologi tepat guna karya Lalu Mandra Rama Dwi Surya, "Profesor" kompor kelahiran Kota Mataram ini nampaknya bisa dijadikan solusi dalam  mengatasi kesulitan yang dihadapi petani karena dihadapkan padan persoalan sulit dan mahalnya harga bahan bakar minyak dan setiap musi panen tembakau virginia.
(*)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024