Houston (ANTARA) - Harga minyak menguat lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data ketenagakerjaan AS lebih baik dari perkiraan, meskipun kedua harga acuan minyak turun lebih dari tiga persen untuk minggu ini karena kekhawatiran kenaikan suku bunga AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei terangkat 1,19 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 82,78 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April bertambah 95 sen atau 1,3 persen, menjadi menetap pada 76,68 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut di ekonomi terbesar dunia dan di Eropa telah mengaburkan prospek pertumbuhan global dan mendorong penurunan kedua harga acuan minyak mentah minggu ini.
Namun, Federal Reserve AS mungkin memiliki lebih sedikit alasan untuk menaikkan suku bunga seagresif yang ditakutkan beberapa orang, setelah laporan pemerintah pada Jumat (10/3/2023) menyalakan kembali harapan untuk mengurangi inflasi di tengah tanda-tanda normalisasi pasar tenaga kerja yang terganggu pandemi.
Ketua Fed Jerome Powell telah memperingatkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat, dengan mengatakan bahwa bank sentral pada awalnya salah mengira inflasi bersifat "sementara". Pertemuan kebijakan moneter berikutnya direncanakan pada 21-22 Maret. "Harga minyak berfluktuasi liar di tengah kekhawatiran baru kenaikan suku bunga Fed," kata analis Price Group, Phil Flynn.
Penguatan dolar juga membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Saham global, yang sering bergerak seiring dengan harga minyak, mencapai level terendah dua bulan karena investor membuang saham-saham bank.
Data ketenagakerjaan AS yang lebih luas untuk Februari mengalahkan ekspektasi dengan data penggajian non-pertanian naik 311.000, dibandingkan dengan ekspektasi penambahan 205.000 pekerjaan, menurut survei Reuters. Ini kemungkinan akan memastikan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga lebih lama, yang menurut para analis akan membebani harga minyak.
Di sisi pasokan, produsen minyak utama Arab Saudi dan Iran, keduanya anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), menjalin kembali hubungan setelah berhari-hari melakukan pembicaraan yang sebelumnya dirahasiakan di Beijing. Rig minyak AS turun 2 menjadi 590 rig minggu ini, terendah sejak Juni, menurut data dari Baker Hughes.
Baca juga: Produksi lumpur pengeboran SF-05 Kilang Balikpapan
Baca juga: Kremlin sebut tak akui batas harga Barat minyaknya
Amerika Serikat dilaporkan secara pribadi mendesak beberapa pedagang komoditas untuk menghilangkan kekhawatiran tentang pengiriman minyak Rusia yang dibatasi harga dalam upaya untuk menopang pasokan.
Investor memantau dengan cermat pemotongan ekspor dari Rusia, yang memutuskan untuk memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari pada Maret. Pada Kamis (9/3/2023), Presiden AS Joe Biden mengusulkan anggaran yang akan memangkas miliaran dolar subsidi industri minyak dan gas.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei terangkat 1,19 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 82,78 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April bertambah 95 sen atau 1,3 persen, menjadi menetap pada 76,68 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut di ekonomi terbesar dunia dan di Eropa telah mengaburkan prospek pertumbuhan global dan mendorong penurunan kedua harga acuan minyak mentah minggu ini.
Namun, Federal Reserve AS mungkin memiliki lebih sedikit alasan untuk menaikkan suku bunga seagresif yang ditakutkan beberapa orang, setelah laporan pemerintah pada Jumat (10/3/2023) menyalakan kembali harapan untuk mengurangi inflasi di tengah tanda-tanda normalisasi pasar tenaga kerja yang terganggu pandemi.
Ketua Fed Jerome Powell telah memperingatkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat, dengan mengatakan bahwa bank sentral pada awalnya salah mengira inflasi bersifat "sementara". Pertemuan kebijakan moneter berikutnya direncanakan pada 21-22 Maret. "Harga minyak berfluktuasi liar di tengah kekhawatiran baru kenaikan suku bunga Fed," kata analis Price Group, Phil Flynn.
Penguatan dolar juga membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Saham global, yang sering bergerak seiring dengan harga minyak, mencapai level terendah dua bulan karena investor membuang saham-saham bank.
Data ketenagakerjaan AS yang lebih luas untuk Februari mengalahkan ekspektasi dengan data penggajian non-pertanian naik 311.000, dibandingkan dengan ekspektasi penambahan 205.000 pekerjaan, menurut survei Reuters. Ini kemungkinan akan memastikan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga lebih lama, yang menurut para analis akan membebani harga minyak.
Di sisi pasokan, produsen minyak utama Arab Saudi dan Iran, keduanya anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), menjalin kembali hubungan setelah berhari-hari melakukan pembicaraan yang sebelumnya dirahasiakan di Beijing. Rig minyak AS turun 2 menjadi 590 rig minggu ini, terendah sejak Juni, menurut data dari Baker Hughes.
Baca juga: Produksi lumpur pengeboran SF-05 Kilang Balikpapan
Baca juga: Kremlin sebut tak akui batas harga Barat minyaknya
Amerika Serikat dilaporkan secara pribadi mendesak beberapa pedagang komoditas untuk menghilangkan kekhawatiran tentang pengiriman minyak Rusia yang dibatasi harga dalam upaya untuk menopang pasokan.
Investor memantau dengan cermat pemotongan ekspor dari Rusia, yang memutuskan untuk memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari pada Maret. Pada Kamis (9/3/2023), Presiden AS Joe Biden mengusulkan anggaran yang akan memangkas miliaran dolar subsidi industri minyak dan gas.