Jakarta (ANTARA) - Bisnis Bruule yang didirikan oleh sepasang suami istri Reza Harisky dan Sarila Danubrata serta rekannya Chaka Ramadhan menyajikan hidangan spaghetti panggang atau juga dikenal dengan nama spaghetti brulee berbekal dari resep turun-temurun warisan keluarga.
Bruule didirikan pada Maret 2020 ketika Reza dan Sarila memutuskan untuk membuat usaha dibidang makanan dan minuman setelah bisnis perhotelan yang mereka jalani sebelumnya tumbang akibat pandemi.
"Awalnya suami bisnis operator F&B (makanan dan minuman) perhotelan cuma pas pandemi bener-bener stop apalagi hotel kita harus tutup bahkan harus layoff teman-teman dan saat itu keadaan kita udah bukan nol lagi tapi minus, ada hutang bahkan," kata Sarila saat ditemui wartawan di Setiabudi, Jakarta.
Kondisi ekonomi ketika pandemi membuat mereka mencari peluang bisnis baru hingga akhirnya memutuskan untuk mendirikan Bruule yang menjual hidangan spaghetti brulee berbekal resep turun-temurun warisan keluarga.
Setelah berjalan selama tiga tahun, Bruule mengalami pertumbuhan pesat dalam bisnisnya dimana saat ini Bruule membuka 23 titik penjualan dan 11 diantaranya adalah gerai fisik yang tersebar di beberapa mall di Jakarta.
Dalam sebulan Bruule bisa memperoleh 11.000 transaksi dan memproduksi 3000 loyang spaghetti per hari. Untuk menjalankan bisnisnya, saat ini Bruule telah mempekerjakan sekitar 160 karyawan. Selama tiga tahun berdiri Bruule mengalami rata-rata pertumbuhan bisnis mencapai 70 persen per tahun.
Bruule menawarkan berbagai variasi menu spaghetti dan menu dessert serta burger hasil kolaborasi dengan beberapa merek seperti AURS Cakery dan Lawless Burger. Harga produk yang dijual Bruule berkisar dari Rp 65 ribu hingga sekitar Rp 200 ribu.
"Dari kita turunan spaghetti itu ada spaghetti brulee, mac and cheese, lasagna, kita juga punya cruuff itu kayak pie nya brulee, terus kalau misalnya (kue) manis kita sama AURS Cakery kita ada Dreamy Chocolate sama Dreamy Tiramisu terus sama Lawless kita punya Sliders, burger yang besar itu kita juga ada," kata Sarila.
Baca juga: Festival kuliner Ubud usung pentingnya konservasi tanah
Baca juga: Mencicipi kuliner ala Sumatera saat mudik Lebaran
Sarila mengatakan salah satu kunci dari berkembangnya bisnis Bruule adalah dengan memperhatikan tren konsumen. "Baca data customer lihat permintaan customer seperti apa, apa yang dibutuhkan, apakah market-nya (pasar) Bruule bergeser yang tadinya netizen (warganet) yang lebih mudah bergeser ke ibu-ibu yang udah agak lebih mature, sekarang bergeser lagi ke umur 50-an," ujar Sarila.
Saat ini Bruule telah memperluas bisnisnya dengan membuka Bruule House yang mengedepankan konsep makan di tempat (dine in) dan Rumah Makan Lokiin yang menyajikan berbagai hidangan khas Indonesia.
Bruule didirikan pada Maret 2020 ketika Reza dan Sarila memutuskan untuk membuat usaha dibidang makanan dan minuman setelah bisnis perhotelan yang mereka jalani sebelumnya tumbang akibat pandemi.
"Awalnya suami bisnis operator F&B (makanan dan minuman) perhotelan cuma pas pandemi bener-bener stop apalagi hotel kita harus tutup bahkan harus layoff teman-teman dan saat itu keadaan kita udah bukan nol lagi tapi minus, ada hutang bahkan," kata Sarila saat ditemui wartawan di Setiabudi, Jakarta.
Kondisi ekonomi ketika pandemi membuat mereka mencari peluang bisnis baru hingga akhirnya memutuskan untuk mendirikan Bruule yang menjual hidangan spaghetti brulee berbekal resep turun-temurun warisan keluarga.
Setelah berjalan selama tiga tahun, Bruule mengalami pertumbuhan pesat dalam bisnisnya dimana saat ini Bruule membuka 23 titik penjualan dan 11 diantaranya adalah gerai fisik yang tersebar di beberapa mall di Jakarta.
Dalam sebulan Bruule bisa memperoleh 11.000 transaksi dan memproduksi 3000 loyang spaghetti per hari. Untuk menjalankan bisnisnya, saat ini Bruule telah mempekerjakan sekitar 160 karyawan. Selama tiga tahun berdiri Bruule mengalami rata-rata pertumbuhan bisnis mencapai 70 persen per tahun.
Bruule menawarkan berbagai variasi menu spaghetti dan menu dessert serta burger hasil kolaborasi dengan beberapa merek seperti AURS Cakery dan Lawless Burger. Harga produk yang dijual Bruule berkisar dari Rp 65 ribu hingga sekitar Rp 200 ribu.
"Dari kita turunan spaghetti itu ada spaghetti brulee, mac and cheese, lasagna, kita juga punya cruuff itu kayak pie nya brulee, terus kalau misalnya (kue) manis kita sama AURS Cakery kita ada Dreamy Chocolate sama Dreamy Tiramisu terus sama Lawless kita punya Sliders, burger yang besar itu kita juga ada," kata Sarila.
Baca juga: Festival kuliner Ubud usung pentingnya konservasi tanah
Baca juga: Mencicipi kuliner ala Sumatera saat mudik Lebaran
Sarila mengatakan salah satu kunci dari berkembangnya bisnis Bruule adalah dengan memperhatikan tren konsumen. "Baca data customer lihat permintaan customer seperti apa, apa yang dibutuhkan, apakah market-nya (pasar) Bruule bergeser yang tadinya netizen (warganet) yang lebih mudah bergeser ke ibu-ibu yang udah agak lebih mature, sekarang bergeser lagi ke umur 50-an," ujar Sarila.
Saat ini Bruule telah memperluas bisnisnya dengan membuka Bruule House yang mengedepankan konsep makan di tempat (dine in) dan Rumah Makan Lokiin yang menyajikan berbagai hidangan khas Indonesia.