Tabalong (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan menyatakan kesiapan memfasilitasi petani setempat yang membudidayakan kacang Sacha Inchi (Plukenetia volubilis). Kepala Dinas Ketahanan Pangan Perikanan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DKP2TPH) Kabupaten Tabalong Fahrul Razi di Tanjung, Senin (24/7), menyambut baik usaha petani Jaro yang mengembangkan budi daya kacang Sacha Inchi sehingga pihaknya siap memfasilitasi.
Ia mengatakan jenis tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi dan cocok ditanam di Kecamatan Jaro yang juga berbatasan dengan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. "Kami siap memfasilitasi petani Jaro yang membudidayakan kacang Sacha Inchi yang mana tanaman ini punya nilai ekonomis tinggi selain itu Kecamatan Jaro juga berbatasan dengan IKN," katanya.
Seorang petani Desa Nalui, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan Husaini mengaku mengembangkan budi daya kacang Sacha Inchi yang dikenal kaya kandungan asam lemak omega 3, omega 6, dan omega 9.
"Saya mulai tanam kacang Sacha Inchi sejak Januari 2023 dan kini sebanyak 500 batang lebih tumbuh dengan baik," katanya. Husaini mengaku tertarik menanam kacang Sacha inchi atau lebih dikenal sebagai kacang inka atau kacang gunung karena khasiatnya yang cukup banyak untuk mengobati berbagai penyakit, seperti diabetes dan kolesterol.
Selain itu, kacang yang buahnya berbentuk bintang ini, memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi karena harga minyak olahan kacang yang berasal dari hutan Amazon ini mencapai jutaan rupiah per liter. Dalam pengembangan budi daya kacang Sacha Inchi, ia mengaku menjalin kemitraan dengan PT Setia Alam Raya (SAR) di Kabupaten Tanah Laut, selaku pembeli. "Hasil panen kacang Sacha Inchi nantinya kami jual ke PT SAR dengan jumlah tak terbatas sesuai perjanjian kemitraan," katanya.
Ia mengatakan harga jual yang disepakati dalam program kemitraan ini Rp8.000 per kilogram untuk kacang Sacha Inchi belum terpisah kulit dan jenis kupas biji coklat mencapai Rp20 ribu per kilogram. Untuk kemitraan antara PT SAR dan Husaini selaku petani, perjanjian jual beli selama sembilan tahun dengan luas lahan 5.000 meter persegi. Sebagai petani, ia juga berharap, dukungan pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan tanaman kacang Sacha Inchi, seperti alat pencacah sabut kelapa untuk pembuatan pupuk organik.
Baca juga: Antisipasi krisis pangan dengan budidaya sorgum
Baca juga: DKP Mataram membina pembudidaya ikan air tawar tingkatkan produksi
"Peralatan masih minim untuk pembuatan pupuk organik dalam pembuatan bibit kacang Sacha Inchi," katanya. Dia mengaku sebagai satu-satunya petani di Kabupaten Tabalong yang berani membudidayakan kacang Sacha Inchi meski modal yang dibutuhkan dalam satu hektare mencapai Rp99 juta. "Untuk menanam kacang Sacha Inchi kita membutuhkan kayu Ulin untuk tempat merambat tanaman serta kawat karena itu biayanya cukup besar," katanya.
Ia mengatakan jenis tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi dan cocok ditanam di Kecamatan Jaro yang juga berbatasan dengan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. "Kami siap memfasilitasi petani Jaro yang membudidayakan kacang Sacha Inchi yang mana tanaman ini punya nilai ekonomis tinggi selain itu Kecamatan Jaro juga berbatasan dengan IKN," katanya.
Seorang petani Desa Nalui, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan Husaini mengaku mengembangkan budi daya kacang Sacha Inchi yang dikenal kaya kandungan asam lemak omega 3, omega 6, dan omega 9.
"Saya mulai tanam kacang Sacha Inchi sejak Januari 2023 dan kini sebanyak 500 batang lebih tumbuh dengan baik," katanya. Husaini mengaku tertarik menanam kacang Sacha inchi atau lebih dikenal sebagai kacang inka atau kacang gunung karena khasiatnya yang cukup banyak untuk mengobati berbagai penyakit, seperti diabetes dan kolesterol.
Selain itu, kacang yang buahnya berbentuk bintang ini, memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi karena harga minyak olahan kacang yang berasal dari hutan Amazon ini mencapai jutaan rupiah per liter. Dalam pengembangan budi daya kacang Sacha Inchi, ia mengaku menjalin kemitraan dengan PT Setia Alam Raya (SAR) di Kabupaten Tanah Laut, selaku pembeli. "Hasil panen kacang Sacha Inchi nantinya kami jual ke PT SAR dengan jumlah tak terbatas sesuai perjanjian kemitraan," katanya.
Ia mengatakan harga jual yang disepakati dalam program kemitraan ini Rp8.000 per kilogram untuk kacang Sacha Inchi belum terpisah kulit dan jenis kupas biji coklat mencapai Rp20 ribu per kilogram. Untuk kemitraan antara PT SAR dan Husaini selaku petani, perjanjian jual beli selama sembilan tahun dengan luas lahan 5.000 meter persegi. Sebagai petani, ia juga berharap, dukungan pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan tanaman kacang Sacha Inchi, seperti alat pencacah sabut kelapa untuk pembuatan pupuk organik.
Baca juga: Antisipasi krisis pangan dengan budidaya sorgum
Baca juga: DKP Mataram membina pembudidaya ikan air tawar tingkatkan produksi
"Peralatan masih minim untuk pembuatan pupuk organik dalam pembuatan bibit kacang Sacha Inchi," katanya. Dia mengaku sebagai satu-satunya petani di Kabupaten Tabalong yang berani membudidayakan kacang Sacha Inchi meski modal yang dibutuhkan dalam satu hektare mencapai Rp99 juta. "Untuk menanam kacang Sacha Inchi kita membutuhkan kayu Ulin untuk tempat merambat tanaman serta kawat karena itu biayanya cukup besar," katanya.