Mataram, (Antara NTB) - Angka kematian ibu dan anak hingga kini masih relatif cukup tinggi, termasuk di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal ini menjadi perhatian serius dari pemerintah dalam upaya mencapai Millennium Development Goals (MDGs).
Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi, kematian anak, dan angka kematian ibu. Salah satunya adalah dengan menggalakkan sosialisasi pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Perjuangan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak itu terus dilaksanakan tanpa kenal lelah. Dalam kaitan itu, Pemerintah Kota Mataram menggelar gerakan cuci tangan pakai sabun dengan teknik yang benar.
Gerakan mencuci tangan dengan teknik yang benar mampu menekan angka kematian ibu dan anak. Sejatinya dengan membiasakan perilaku hidup sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun dan dengan teknik yang benar akan menghindarkan diri dari berbagai jenis penyakit.
"Mencuci tangan dengan sabun dan teknik yang benar bisa mencegah infeksi akibat bakteri dan kuman," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr. H. Usman Hadi di sela pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun di Mataram, Kamis (29/10).
Angka kematian ibu hingga saat ini tercatat sebanyak delapan kasus. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sembilan kasus. Sementara itu, angka kematian anak saat ini mencapai 20 kasus atau lebih tinggi daripada jumlah kasus tahun 2014 sebanyak 25 kasus.
Menurut dia, terjadinya kasus angka kematian ibu itu disebabkan adanya komplikasi yang dialami ibu sebelum ditangani.
"Komplikasi itu, antara lain darah tinggi, pendarahan, dan infeksi," kata Usman.
Guna mencegah terjadinya infeksi, cuci tangan pakai sabun menjadi makin penting dalam upaya mencegah terjadinya diare, kolera, dan penyakit lainnya.
"Jika ibu sudah bisa menerapkan pola hidup bersih dan sehat mulai dari cuci tangan, insya Allah ibu dan anak bisa sehat," katanya.
Untuk kasus kematian bayi, kata dia, sebagian besar disebabkan lahir sulit napas, berat badan kurang, dan adanya kelainan bawaan bayi.
"Dari kasus-kasus itu, kami terus berupaya melakukan antisipasi dan penanganan cepat terhadap ibu hamil sebagai salah satu upaya menekan angka kematian ibu dan bayi," katanya.
Antusisme para pelajar untuk mengikuti gerakan cuci tangan pakai sabun ternyata cukup tinggi. Hal ini terbukti gerakan cuci tangan yang digelar di Taman Bumi Gora Mataram itu mencapai ratusan ribu orang.
Rekor Muri
Penjabat Wali Kota Mataram Hj. Putu Selly Andayani mengatakan bahwa pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun yang berhasil masuk rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 109.507 orang, salah satunya bertujuan menekan angka kematian ibu dan anak.
"Kematian ibu dan anak salah satunya disebabkan bakteri. Bakteri ini tentunya bersumber dari tangan yang tidak dicuci dengan bersih sebelum mengosumsi makanan," katanya.
Selly mengatakan bahwa penghargaan MURI ini adalah bonus bagi Pemerintah Kota Mataram sekaligus sebagai magnet untuk menarik peran serta masyarakat.
"Kalau sudah ada gerakan seperti ini, anak-anak mulai dari SD, SMP, hingga SMA sederajat bisa menyosialisasikan kepada teman sebayanya tentang tata cara cuci tangan yang baik dan benar," katanya.
Mencuci tangan, kata Selly, bukan hanya sekadar mencuci, melainkan memiliki teknik-teknik tertentu agar tangan benar-benar bersih dari bakteri dan kuman.
Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari gerakan cuci tangan ini, Pemerintah Kota Mataram telah membangikan 500 ember dengan empat keran air untuk ditempatkan di masing-masing sekolah.
"Program pencanangan cuci tangan pakai sabun ini diinisiasi PKK karena sejalan dengan program PKK, yakni penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)," katanya.
Untuk menyukseskan acara tersebut, Pemerintah Kota Mataram menargetkan 100.000 peserta dengan melibatkan siswa se-Kota Mataram. Namun, setelah diverifikasi tim dari Muri ternyata jumlahnya mencapai 109.507 orang peserta, baik dari pelajar, karyawan, pegawai negeri sipil (PNS), maupun TNI/Polri.
Pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun itu dipusatkan di Taman Udayanan dan dilaksanakan pada setiap sekolah di Kota Mataram.
Penghargaan Muri itu diserahkan langsung oleh Direktur Ekesekutif Manager MURI Sri Widayati kepada Penjabat Wali Kota Mataram Hj. Putu Selly Andayani, Ketua TP PKK Kota Mataram Hj. Herawati Eko Saswito, dan Pembina Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Nyayu Ernawati.
Manajer Muri Sri Widayati mengatakan bahwa pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram bersama PKK dan LPA Mataram berhasil menumbangkan rekor MURI sebelumnya.
Rekor MURI sebelumnya diraih oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Jember, Jawa Timur, pada tahun 2004 dengan melibatkan 66.000 peserta.
Diharapkan penghargaan MURI ini dapat memberikan pengaruh pada peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya di Kota Mataram dan NTB pada umumnya.
"Dengan cuci tangan pakai sabun ini mampu meningkatkan derajat kesehatan anak serta mendukung konsentrasi anak dalam belajar," katanya.
Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Nusa Tenggara Barat menyatakan siap mendukung sosialisasi gerakan cuci tangan pakai sabun yang berhasil meraih penghargaan MURI dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 109.507 orang.
"Program ini sangat bagus sebagai gema gerakan hidup bersih dan sehat mulai dari hal sederhana, yakni mencuci tangan pakai sabun," kata Ketua TP PKK Provinsi NTB Hj. Erica Zainul Majdi di Mataram, Kamis.
Ditemui usai menghadiri pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun di Taman Udayana, istri orang nomor satu di NTB itu mengatakan bahwa dukungan sosialisasi yang akan digencarkan PKK adalah dengan melibatkan kader dasawisma yang ada di setiap kabupaten/kota se-NTB.
Menurut dia, dasawisma memiliki peran strategis karena mereka akan menyampaikan berbagai informasi tentang kesehatan dan kondisi setiap kepala keluarga yang menjadi tanggung jawab kader.
"Satu kader dasawisma menghandel 10 kepala keluarga yang terdata dengan baik sehingga mereka bisa dengan mudah menyampaikan informasi program pemerintah dalam berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan," ujarnya.
Kegiatan-kegiatan seperti pencanangan dan Rekor Muri ini juga menjadi salah satu ajang sosialisasi yang efektif sekaligus motivasi untuk menyukseskan gerakan tersebut.
Ia mengatakan bahwa gerakan cuci tangan pakai sabun itu merupakan momentum penting bagi NTB dalam membangkitkan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, mulai dari mencuci tangan.
"Mencuci tangan dengan teknik benar, mampu mereduksi kuman dan infeksi hingga 75 persen," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Erica, gerakan cuci tangan ini diyakini juga mampu menekan angka kematian ibu, bayi, dan balita karena kualitas hidup masyarakat bisa menjadi lebih baik.
"Untuk itu, kita sangat bersyukur Kota Mataram menjadi pionir dalam gerakan cuci tangan pakai sabun ini. Apalagi, Mataram menjadi barometer bagi daerah lainnya," katanya.(*)
Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi, kematian anak, dan angka kematian ibu. Salah satunya adalah dengan menggalakkan sosialisasi pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Perjuangan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak itu terus dilaksanakan tanpa kenal lelah. Dalam kaitan itu, Pemerintah Kota Mataram menggelar gerakan cuci tangan pakai sabun dengan teknik yang benar.
Gerakan mencuci tangan dengan teknik yang benar mampu menekan angka kematian ibu dan anak. Sejatinya dengan membiasakan perilaku hidup sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun dan dengan teknik yang benar akan menghindarkan diri dari berbagai jenis penyakit.
"Mencuci tangan dengan sabun dan teknik yang benar bisa mencegah infeksi akibat bakteri dan kuman," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr. H. Usman Hadi di sela pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun di Mataram, Kamis (29/10).
Angka kematian ibu hingga saat ini tercatat sebanyak delapan kasus. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai sembilan kasus. Sementara itu, angka kematian anak saat ini mencapai 20 kasus atau lebih tinggi daripada jumlah kasus tahun 2014 sebanyak 25 kasus.
Menurut dia, terjadinya kasus angka kematian ibu itu disebabkan adanya komplikasi yang dialami ibu sebelum ditangani.
"Komplikasi itu, antara lain darah tinggi, pendarahan, dan infeksi," kata Usman.
Guna mencegah terjadinya infeksi, cuci tangan pakai sabun menjadi makin penting dalam upaya mencegah terjadinya diare, kolera, dan penyakit lainnya.
"Jika ibu sudah bisa menerapkan pola hidup bersih dan sehat mulai dari cuci tangan, insya Allah ibu dan anak bisa sehat," katanya.
Untuk kasus kematian bayi, kata dia, sebagian besar disebabkan lahir sulit napas, berat badan kurang, dan adanya kelainan bawaan bayi.
"Dari kasus-kasus itu, kami terus berupaya melakukan antisipasi dan penanganan cepat terhadap ibu hamil sebagai salah satu upaya menekan angka kematian ibu dan bayi," katanya.
Antusisme para pelajar untuk mengikuti gerakan cuci tangan pakai sabun ternyata cukup tinggi. Hal ini terbukti gerakan cuci tangan yang digelar di Taman Bumi Gora Mataram itu mencapai ratusan ribu orang.
Rekor Muri
Penjabat Wali Kota Mataram Hj. Putu Selly Andayani mengatakan bahwa pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun yang berhasil masuk rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 109.507 orang, salah satunya bertujuan menekan angka kematian ibu dan anak.
"Kematian ibu dan anak salah satunya disebabkan bakteri. Bakteri ini tentunya bersumber dari tangan yang tidak dicuci dengan bersih sebelum mengosumsi makanan," katanya.
Selly mengatakan bahwa penghargaan MURI ini adalah bonus bagi Pemerintah Kota Mataram sekaligus sebagai magnet untuk menarik peran serta masyarakat.
"Kalau sudah ada gerakan seperti ini, anak-anak mulai dari SD, SMP, hingga SMA sederajat bisa menyosialisasikan kepada teman sebayanya tentang tata cara cuci tangan yang baik dan benar," katanya.
Mencuci tangan, kata Selly, bukan hanya sekadar mencuci, melainkan memiliki teknik-teknik tertentu agar tangan benar-benar bersih dari bakteri dan kuman.
Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari gerakan cuci tangan ini, Pemerintah Kota Mataram telah membangikan 500 ember dengan empat keran air untuk ditempatkan di masing-masing sekolah.
"Program pencanangan cuci tangan pakai sabun ini diinisiasi PKK karena sejalan dengan program PKK, yakni penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)," katanya.
Untuk menyukseskan acara tersebut, Pemerintah Kota Mataram menargetkan 100.000 peserta dengan melibatkan siswa se-Kota Mataram. Namun, setelah diverifikasi tim dari Muri ternyata jumlahnya mencapai 109.507 orang peserta, baik dari pelajar, karyawan, pegawai negeri sipil (PNS), maupun TNI/Polri.
Pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun itu dipusatkan di Taman Udayanan dan dilaksanakan pada setiap sekolah di Kota Mataram.
Penghargaan Muri itu diserahkan langsung oleh Direktur Ekesekutif Manager MURI Sri Widayati kepada Penjabat Wali Kota Mataram Hj. Putu Selly Andayani, Ketua TP PKK Kota Mataram Hj. Herawati Eko Saswito, dan Pembina Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Nyayu Ernawati.
Manajer Muri Sri Widayati mengatakan bahwa pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun yang dilakukan Pemerintah Kota Mataram bersama PKK dan LPA Mataram berhasil menumbangkan rekor MURI sebelumnya.
Rekor MURI sebelumnya diraih oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Jember, Jawa Timur, pada tahun 2004 dengan melibatkan 66.000 peserta.
Diharapkan penghargaan MURI ini dapat memberikan pengaruh pada peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya di Kota Mataram dan NTB pada umumnya.
"Dengan cuci tangan pakai sabun ini mampu meningkatkan derajat kesehatan anak serta mendukung konsentrasi anak dalam belajar," katanya.
Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Nusa Tenggara Barat menyatakan siap mendukung sosialisasi gerakan cuci tangan pakai sabun yang berhasil meraih penghargaan MURI dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 109.507 orang.
"Program ini sangat bagus sebagai gema gerakan hidup bersih dan sehat mulai dari hal sederhana, yakni mencuci tangan pakai sabun," kata Ketua TP PKK Provinsi NTB Hj. Erica Zainul Majdi di Mataram, Kamis.
Ditemui usai menghadiri pencanangan gerakan cuci tangan pakai sabun di Taman Udayana, istri orang nomor satu di NTB itu mengatakan bahwa dukungan sosialisasi yang akan digencarkan PKK adalah dengan melibatkan kader dasawisma yang ada di setiap kabupaten/kota se-NTB.
Menurut dia, dasawisma memiliki peran strategis karena mereka akan menyampaikan berbagai informasi tentang kesehatan dan kondisi setiap kepala keluarga yang menjadi tanggung jawab kader.
"Satu kader dasawisma menghandel 10 kepala keluarga yang terdata dengan baik sehingga mereka bisa dengan mudah menyampaikan informasi program pemerintah dalam berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan," ujarnya.
Kegiatan-kegiatan seperti pencanangan dan Rekor Muri ini juga menjadi salah satu ajang sosialisasi yang efektif sekaligus motivasi untuk menyukseskan gerakan tersebut.
Ia mengatakan bahwa gerakan cuci tangan pakai sabun itu merupakan momentum penting bagi NTB dalam membangkitkan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, mulai dari mencuci tangan.
"Mencuci tangan dengan teknik benar, mampu mereduksi kuman dan infeksi hingga 75 persen," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Erica, gerakan cuci tangan ini diyakini juga mampu menekan angka kematian ibu, bayi, dan balita karena kualitas hidup masyarakat bisa menjadi lebih baik.
"Untuk itu, kita sangat bersyukur Kota Mataram menjadi pionir dalam gerakan cuci tangan pakai sabun ini. Apalagi, Mataram menjadi barometer bagi daerah lainnya," katanya.(*)