Mataram (ANTARA) - Pasar Seni Senggigi, Lombok Barat saat ini menunggu sentuhan dari pemerintah daerah setempat untuk mengembalikan popularitasnya seperti era 1990-an.
Pasar seni yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Mataram tersebut, dahulunya menjadi tempat favorit para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk melihat-lihat maupun berbelanja produk seni lokal Pulau Lombok.
Dari pantauan ANTARA, Rabu, nuansa lesu dan kusam Pasar Seni Senggigi tersebut sudah terasa sejak dari pintu masuk atau plang nama yang tertulis di tembok kecil. Lorong kios kurang mengenakkan pandangan mata, karena banyak kios yang ditutup.
Pengunjung tidak terlihat sama sekali. Hanya terlihat, sejumlah pedagang yang duduk-duduk santai saja sembari bercengkerama guna membuang waktu kosong mereka. Jika melihat potensi sebenarnya masih bisa bangkit, mengingat di belakangnya terhampar Pantai Senggigi yang berpasir putih hingga akan memanjakan mata wisatawan.
Dolah, karyawan toko di Pasar Seni Senggigi, mengatakan, pasar tersebut mulai sepi pengunjung semenjak pandemi COVID-19.
"Sebenarnya dari Juni sampai Agustus kemarin, pengunjung sudah mulai kembali berdatangan dari wisatawan lokal hingga wisatawan mancanegara, tetapi tidak seramai sebelumnya," katanya.
Hal tersebut mengakibatkan, kata dia, omset atau pendapatan para pedagang di pasar seni itu menurun drastis. Dari sebelumnya berpenghasilan per bulan mencapai Rp20 juta, menjadi Rp2 juta per bulan. Akibat kondisi demikian, banyak pedagang yang beralih profesi ke bidang lain.
Sementara itu, Azim, warga Kota Mataram, menyayangkan kondisi Pasar Seni Senggigi saat ini, padahal jika dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat bisa menjadi destinasi wisata unggulan.
"Posisi pasar seni ini benar-benar strategis dengan latar belakang pantai dan air laut yang indah dan bersih. Sayang sekali jika tidak dikelola dengan maksimal," katanya.
Pasar seni yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Mataram tersebut, dahulunya menjadi tempat favorit para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk melihat-lihat maupun berbelanja produk seni lokal Pulau Lombok.
Dari pantauan ANTARA, Rabu, nuansa lesu dan kusam Pasar Seni Senggigi tersebut sudah terasa sejak dari pintu masuk atau plang nama yang tertulis di tembok kecil. Lorong kios kurang mengenakkan pandangan mata, karena banyak kios yang ditutup.
Pengunjung tidak terlihat sama sekali. Hanya terlihat, sejumlah pedagang yang duduk-duduk santai saja sembari bercengkerama guna membuang waktu kosong mereka. Jika melihat potensi sebenarnya masih bisa bangkit, mengingat di belakangnya terhampar Pantai Senggigi yang berpasir putih hingga akan memanjakan mata wisatawan.
Dolah, karyawan toko di Pasar Seni Senggigi, mengatakan, pasar tersebut mulai sepi pengunjung semenjak pandemi COVID-19.
"Sebenarnya dari Juni sampai Agustus kemarin, pengunjung sudah mulai kembali berdatangan dari wisatawan lokal hingga wisatawan mancanegara, tetapi tidak seramai sebelumnya," katanya.
Hal tersebut mengakibatkan, kata dia, omset atau pendapatan para pedagang di pasar seni itu menurun drastis. Dari sebelumnya berpenghasilan per bulan mencapai Rp20 juta, menjadi Rp2 juta per bulan. Akibat kondisi demikian, banyak pedagang yang beralih profesi ke bidang lain.
Sementara itu, Azim, warga Kota Mataram, menyayangkan kondisi Pasar Seni Senggigi saat ini, padahal jika dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat bisa menjadi destinasi wisata unggulan.
"Posisi pasar seni ini benar-benar strategis dengan latar belakang pantai dan air laut yang indah dan bersih. Sayang sekali jika tidak dikelola dengan maksimal," katanya.