Mataram (ANTARA) - Pimpinan Pondok Pesantren Dea Malela, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Prof Din Syamsuddin, mengajak para tokoh tana samawa untuk tetap kompak, supaya tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak benar.
"Kegiatan silatulfikri ini diharapkan bisa menjadi silatulqalbi. Kita jangan sampai dirusak oleh info yang tidak benar," katanya saat acara temu 99 Tokoh Samawa di Pondok Pesantren Dea Malela Pamangong Sumbawa, Jumat (22/9).
Hadir dalam acara tersebut, Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah, Bupati Sumbawa Barat Dr Musyafirin, Tokoh Sumbawa Fahri Hamzah, Prof Syarifuddin Iskandar, dan para pengurus Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat.
"Pertemuan ini merupakan pertemuan pikiran dan hati. Meeting of mind dan meetting of hard, yang nantinya dapat melahirkan Maklumat Olat Utuk," katanya.
Maklumat tersebut nantinya mengandung beberapa butir yang meneguhkan bahwa di tahu sama baik yang terlahir dari orang tua maupun pendatang yang sudah menginjak tanah Samawa dan sudah meminum air tanah Samawa adalah tau tana samawa dan bisa disebut sebagai Al Ukhuwah Assamawia.
"Kita pada dasarnya bersaudara. 'Ada ano siup dan ada juga ano rawi', dan kita harus jaga nilai-nilai keutamaan samawa. Khususnya tahun tahun politik. Merajut persaudaraan kekeluargaan, walaupun berbeda pilihan. Kita jangan terpecah belah karena persoalan politik," katanya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Sumbawa Barat Dr Musyafirin mengatakan, dengan silaturrahmi semua bisa saling berbagi informasi, menyatukan pikiran. Bagaimana setelah ini ada pegangan ada pedoman untuk di tau Samawa, karena masyarakat Sumbawa sebenarnya sangat egaliter dan sangat terbuka.
"Salah satu kelemahan kita orang Sumbawa yang membuat kita sulit maju dalam bidang perekonomian terutama sektor holtikuktura adalah bahwa ketika kita mulai menekuni bidang pertanian hortikultura, baik itu di rumah atau di perkebunan, kita lebih dominan ke motif sosialnya daripada motif ekonomi," katanya .
Contohnya kalau kita menanam sayur-sayuran, buah dan lainnya di rumah maupun di kebun, kalau ada keluarga, teman, yang minta pasti diberikan saja, sehingga nilai sosialnya yang muncul di situ.
"Demikian pula berkenaan dengan hak milik. Kalau kita punya 50.000, akan habis tanpa mau berpikir bagaimana kita mau mengembangkan uang yang ada tersebut," katanya.
Hal itulah, kata dia, di Kabupaten Sumbawa Barat menamakannya bagaimana membangun jalan pikiran.
"Kita harus ubah mindset kita, seperti yang tertuang dalam lawas, 'Mana ujan Barat siwa, lamin sala si panyomo mu kenang bajarip no kawan. Mana si ka adal subuh, lamin balong si panyomo mu kenang mani kawan si," katanya.
"Kegiatan silatulfikri ini diharapkan bisa menjadi silatulqalbi. Kita jangan sampai dirusak oleh info yang tidak benar," katanya saat acara temu 99 Tokoh Samawa di Pondok Pesantren Dea Malela Pamangong Sumbawa, Jumat (22/9).
Hadir dalam acara tersebut, Bupati Sumbawa Mahmud Abdullah, Bupati Sumbawa Barat Dr Musyafirin, Tokoh Sumbawa Fahri Hamzah, Prof Syarifuddin Iskandar, dan para pengurus Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat.
"Pertemuan ini merupakan pertemuan pikiran dan hati. Meeting of mind dan meetting of hard, yang nantinya dapat melahirkan Maklumat Olat Utuk," katanya.
Maklumat tersebut nantinya mengandung beberapa butir yang meneguhkan bahwa di tahu sama baik yang terlahir dari orang tua maupun pendatang yang sudah menginjak tanah Samawa dan sudah meminum air tanah Samawa adalah tau tana samawa dan bisa disebut sebagai Al Ukhuwah Assamawia.
"Kita pada dasarnya bersaudara. 'Ada ano siup dan ada juga ano rawi', dan kita harus jaga nilai-nilai keutamaan samawa. Khususnya tahun tahun politik. Merajut persaudaraan kekeluargaan, walaupun berbeda pilihan. Kita jangan terpecah belah karena persoalan politik," katanya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Sumbawa Barat Dr Musyafirin mengatakan, dengan silaturrahmi semua bisa saling berbagi informasi, menyatukan pikiran. Bagaimana setelah ini ada pegangan ada pedoman untuk di tau Samawa, karena masyarakat Sumbawa sebenarnya sangat egaliter dan sangat terbuka.
"Salah satu kelemahan kita orang Sumbawa yang membuat kita sulit maju dalam bidang perekonomian terutama sektor holtikuktura adalah bahwa ketika kita mulai menekuni bidang pertanian hortikultura, baik itu di rumah atau di perkebunan, kita lebih dominan ke motif sosialnya daripada motif ekonomi," katanya .
Contohnya kalau kita menanam sayur-sayuran, buah dan lainnya di rumah maupun di kebun, kalau ada keluarga, teman, yang minta pasti diberikan saja, sehingga nilai sosialnya yang muncul di situ.
"Demikian pula berkenaan dengan hak milik. Kalau kita punya 50.000, akan habis tanpa mau berpikir bagaimana kita mau mengembangkan uang yang ada tersebut," katanya.
Hal itulah, kata dia, di Kabupaten Sumbawa Barat menamakannya bagaimana membangun jalan pikiran.
"Kita harus ubah mindset kita, seperti yang tertuang dalam lawas, 'Mana ujan Barat siwa, lamin sala si panyomo mu kenang bajarip no kawan. Mana si ka adal subuh, lamin balong si panyomo mu kenang mani kawan si," katanya.