Jakarta (ANTARA) - Organisasi keagamaan Islam Nahdlatul Ulama (NU) mendukung upaya pengurangan risiko merokok yang dilakukan oleh banyak penduduk di Indonesia melalui gerakan pemanfaatan tembakau alternatif.
“Kami terus menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pengurangan risiko lingkungan dan tembakau, serta isu-isu strategis nasional lainnya melalui jaringan NU yang luas,” kata Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2015-2021 Rumadi Ahmad dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengatakan pengurangan risiko tembakau dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif perlu dimaksimalkan mengingat tingginya angka perokok di Indonesia.
Sejak tahun 1995 sampai 2018, jumlah prevalensi merokok tumbuh signifikan mencapai angka 36,3 persen. Kondisi tersebut menjadi tantangan serius bagi pemerintah untuk menghadapi penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok.
“Potensi produk tembakau alternatif yang inovatif dan risiko yang lebih rendah memotivasi kami untuk menyederhanakan pendekatan dalam pengurangan risiko tembakau. Pemerintah perlu memaksimalkan manfaatnya demi kesehatan masyarakat yang lebih baik,” kata Rumadi.
Dukungan PBNU terhadap pemanfaatan produk tembakau alternatif dapat dilihat melalui kajian yang dilakukan Lakpesdam sebelumnya dengan buku berjudul "Fikih Tembakau-Kebijakan Produk Tembakau Alternatif di Indonesia".
Rumadi menuturkan pihaknya berfokus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pro dan kontra dengan mengandalkan bukti ilmiah dan empiris. Hal ini untuk memastikan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga meminimalkan potensi dalam berbagai aspek dan menerapkan pendekatan produk tembakau alternatif supaya relevan.
Sementara itu, Wakil Direktur AOI Universal Hospital Jepang Hiroya Kumamaru mengatakan pendekatan berhenti merokok secara total ternyata sulit dilakukan bagi perokok dewasa di Jepang. Menurut dia, produk tembakau yang dipanaskan dapat membantu perokok dewasa di Jepang beralih dari kebiasaan merokok.
“Mengobati penyakit yang berkaitan dengan merokok membutuhkan biaya sekitar 4,3 triliun yen. Pengeluarannya hampir dua kali lipat pendapatan pajak, yaitu 2,8 triliun yen per tahun," kata Hiroya.
Baca juga: Menag Yaqut Cholil tegaskan peran penting keluarga dalam peradaban
Baca juga: Ketum PBNU Gus Yahya mengajak publik ciptakan hidup harmonis di ASEAN IIDC
Baca juga: Menag Yaqut Cholil tegaskan peran penting keluarga dalam peradaban
Baca juga: Ketum PBNU Gus Yahya mengajak publik ciptakan hidup harmonis di ASEAN IIDC
"Produk tembakau yang dipanaskan membantu sepertiga jumlah pria dan seperempat jumlah wanita di Jepang untuk mulai berhenti merokok," katanya.