Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, memasang penerang jalan lingkungan (PJL) dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram M Nazaruddin Fikri di Mataram, Selasa, mengatakan, pemasangan PJL PTLS sesuai dengan usulan dari 50 kelurahan.
"Saat ini kami hampir menyelesaikan pemasangan PJL PTLS sebanyak 54 paket, tersebar di beberapa kelurahan," katanya.
Menurut dia, sebelum ke-54 paket PJL PTLS tersebut dipasang, usulan PJL dari kelurahan dihimpun dan dilakukan seleksi sekaligus survei ke lapangan.
Tim pemasangan harus memastikan bawa PJL dengan sistem PTLS yang akan dipasang sesuai dengan kondisi di lapangan, antara lain adalah untuk jalan lingkungan dan tidak ada pohon yang menutup PJL.
"Pasalnya, kalau PTLS tertutup pohon maka PJL PTLS tidak bisa berfungsi," katanya.
Nazaruddin sebelumnya mengatakan, penggunaan PJL dengan tenaga surya sudah dicoba pada 2022 di 13 titik rumah susun sewa di Kota Mataram.
"PJL dari tenaga surya memang bagus, tapi pemeliharaan harus rutin agar bertahan lama," katanya.
Menurut dia, untuk satu unit penerang jalan umum (PJU) dengan menggunakan tenaga surya memang relatif mahal yakni berkisar Rp27 juta sampai Rp30 juta per titik, tapi jauh lebih hemat karena bisa digunakan hingga sekitar lima tahun.
"Yang penting panelnya tetap dirawat dan dilap. Kita tinggal ganti baterai lima tahun sekali," katanya.
Sementara jika menggunakan PJU konvensional memang jauh lebih murah, tapi ada beban pembayaran tagihan bulanan. "Karena itu, jika menggunakan PJU konvensional kita minta diterapkan sistem meter agar penggunaan bisa terukur," katanya.
Data Disperkim sebelumnya menyebutkan kebutuhan PJL di Mataram sekitar 5.000 titik di 325 lingkungan.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram M Nazaruddin Fikri di Mataram, Selasa, mengatakan, pemasangan PJL PTLS sesuai dengan usulan dari 50 kelurahan.
"Saat ini kami hampir menyelesaikan pemasangan PJL PTLS sebanyak 54 paket, tersebar di beberapa kelurahan," katanya.
Menurut dia, sebelum ke-54 paket PJL PTLS tersebut dipasang, usulan PJL dari kelurahan dihimpun dan dilakukan seleksi sekaligus survei ke lapangan.
Tim pemasangan harus memastikan bawa PJL dengan sistem PTLS yang akan dipasang sesuai dengan kondisi di lapangan, antara lain adalah untuk jalan lingkungan dan tidak ada pohon yang menutup PJL.
"Pasalnya, kalau PTLS tertutup pohon maka PJL PTLS tidak bisa berfungsi," katanya.
Nazaruddin sebelumnya mengatakan, penggunaan PJL dengan tenaga surya sudah dicoba pada 2022 di 13 titik rumah susun sewa di Kota Mataram.
"PJL dari tenaga surya memang bagus, tapi pemeliharaan harus rutin agar bertahan lama," katanya.
Menurut dia, untuk satu unit penerang jalan umum (PJU) dengan menggunakan tenaga surya memang relatif mahal yakni berkisar Rp27 juta sampai Rp30 juta per titik, tapi jauh lebih hemat karena bisa digunakan hingga sekitar lima tahun.
"Yang penting panelnya tetap dirawat dan dilap. Kita tinggal ganti baterai lima tahun sekali," katanya.
Sementara jika menggunakan PJU konvensional memang jauh lebih murah, tapi ada beban pembayaran tagihan bulanan. "Karena itu, jika menggunakan PJU konvensional kita minta diterapkan sistem meter agar penggunaan bisa terukur," katanya.
Data Disperkim sebelumnya menyebutkan kebutuhan PJL di Mataram sekitar 5.000 titik di 325 lingkungan.