Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengintenstifkan pengawasan dan pendampingan terhadap kasus balita "stunting" di Kecamatan Sekarbela yang menjadi kecamatan penyumbang angka stunting tertinggi di kota itu.
"Pengawasan dan pendampingan dilakukan oleh petugas gizi di puskesmas setempat termasuk untuk pendampingan ke poliklinik stunting di RSUD Kota Mataram," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr H Emirald Isfihan di Mataram, Senin.
Menurutnya, Kecamatan Sekarbela menjadi prioritas dilakukan pengawasan dan pendampingan stunting karena kecamatan tersebut menjadi kecamatan penyumbang kasus stunting tertinggi di Kota Mataram, yakni sebesar 18,01 persen.
Sementara kasus stunting di Kota Mataram per 20 November 2023 sudah mencapai 11,98 persen dari sebelumnya 14,77 persen. Dari jumlah itu, Kecamatan Sekarbela menjadi penyumbang tertinggi dibandingkan enam kecamatan lainnya.
"Karena itu, saat ini kita lebih intensifkan memantau, mengawasi, dan intervensi terhadap balita stunting di kecamatan tersebut," katanya.
Dikatakan, untuk saat ini penanganan stunting di Kecamatan Sekarbela masih menggunakan pola yang sama dengan kecamatan lain yakni dengan pemberian makanan tambahan, telur, susu, edukasi pola asuh, dan lainnya karena terbukti sudah ada hasil.
"Jadi program-program itu kita lanjutkan dulu untuk melihat hasil sampai akhir tahun ini. Januari 2024, kita agendakan untuk program kunjungan langsung ke lingkungan dengan kasus stunting tertinggi secara berkala," katanya.
Sementara Camat Sekarbela Kota Mataram Cahya Samudra mengakui, Sekerbela menjadi penyumbang angka stunting tertinggi di Kota Mataram sehingga hal itu menjadi motivasi terus melakukan inovasi guna menurunkan angka stunting tersebut.
"Meskipun sebenarnya, angka stunting di Sekarbela sebesar 18,01 persen itu sudah turun dari angka sebelumnya yang mencapai 29 persen," katanya.
Menurutnya, dari lima kelurahan di Sekarbela kasus stunting di Kecamatan Sekarbela tertinggi ditemukan pada dua kelurahan yakni Kelurahan Jempong Baru dan Karang Pule.
Dua kelurahan tersebut saat ini memang tercatat memiliki keluarga kategori miskin tertinggi sehingga mempengaruhi angka stunting. Misalnya di Kelurahan Jempong Baru tercatat ada 385 balita stunting, sedangkan bayi bawah dua tahun (baduta) sebanyak 70 anak.
Baca juga: Maros kolaborasi Poltani dan Unhas tekan prevalensi stunting
Baca juga: Pekalongan Jateng salurkan paket bahan pangan tekan stunting
"Bayi bawah dua tahun inilah yang akan menjadi fokus penanganan kami sebab proses perbaikan gizi bisa lebih cepat. Tujuannya, agar target Kota Mataram tahun 2024 menurunkan angka stunting di bawah 10 persen bisa tercapai," katanya.
"Pengawasan dan pendampingan dilakukan oleh petugas gizi di puskesmas setempat termasuk untuk pendampingan ke poliklinik stunting di RSUD Kota Mataram," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr H Emirald Isfihan di Mataram, Senin.
Menurutnya, Kecamatan Sekarbela menjadi prioritas dilakukan pengawasan dan pendampingan stunting karena kecamatan tersebut menjadi kecamatan penyumbang kasus stunting tertinggi di Kota Mataram, yakni sebesar 18,01 persen.
Sementara kasus stunting di Kota Mataram per 20 November 2023 sudah mencapai 11,98 persen dari sebelumnya 14,77 persen. Dari jumlah itu, Kecamatan Sekarbela menjadi penyumbang tertinggi dibandingkan enam kecamatan lainnya.
"Karena itu, saat ini kita lebih intensifkan memantau, mengawasi, dan intervensi terhadap balita stunting di kecamatan tersebut," katanya.
Dikatakan, untuk saat ini penanganan stunting di Kecamatan Sekarbela masih menggunakan pola yang sama dengan kecamatan lain yakni dengan pemberian makanan tambahan, telur, susu, edukasi pola asuh, dan lainnya karena terbukti sudah ada hasil.
"Jadi program-program itu kita lanjutkan dulu untuk melihat hasil sampai akhir tahun ini. Januari 2024, kita agendakan untuk program kunjungan langsung ke lingkungan dengan kasus stunting tertinggi secara berkala," katanya.
Sementara Camat Sekarbela Kota Mataram Cahya Samudra mengakui, Sekerbela menjadi penyumbang angka stunting tertinggi di Kota Mataram sehingga hal itu menjadi motivasi terus melakukan inovasi guna menurunkan angka stunting tersebut.
"Meskipun sebenarnya, angka stunting di Sekarbela sebesar 18,01 persen itu sudah turun dari angka sebelumnya yang mencapai 29 persen," katanya.
Menurutnya, dari lima kelurahan di Sekarbela kasus stunting di Kecamatan Sekarbela tertinggi ditemukan pada dua kelurahan yakni Kelurahan Jempong Baru dan Karang Pule.
Dua kelurahan tersebut saat ini memang tercatat memiliki keluarga kategori miskin tertinggi sehingga mempengaruhi angka stunting. Misalnya di Kelurahan Jempong Baru tercatat ada 385 balita stunting, sedangkan bayi bawah dua tahun (baduta) sebanyak 70 anak.
Baca juga: Maros kolaborasi Poltani dan Unhas tekan prevalensi stunting
Baca juga: Pekalongan Jateng salurkan paket bahan pangan tekan stunting
"Bayi bawah dua tahun inilah yang akan menjadi fokus penanganan kami sebab proses perbaikan gizi bisa lebih cepat. Tujuannya, agar target Kota Mataram tahun 2024 menurunkan angka stunting di bawah 10 persen bisa tercapai," katanya.