Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama pemerintah 10 kabupaten dan kota bersepakat menyediakan 10 ribu hektar lahan baru untuk menanam cabai pada 2024.
"Jadi kita sudah bersepakat bersama teman-teman kabupaten dan kota untuk membagi area tanam cabai. Target kita 10.000 ha areal tanam cabai baru di seluruh NTB untuk 2024," kata Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, Fathul Gani di Kantor Gubernur NTB di Mataram, Kamis.
Ia menjelaskan luas areal tanam baru untuk cabai ini nantinya dibagi secara proporsional di masing-masing kabupaten dan kota di NTB.
"Kita target 2024 itu kabupaten dan kota sudah siap. Untuk luasnya kita bagi secara proporsional tergantung luas lahan di masing-masing kabupaten dan kota," ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB ini, mengatakan untuk Pulau Sumbawa dipilih Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sebagai sentra produksi cabai.
Sementara, Kabupaten Bima, Kota Bima, Dompu dan Sumbawa sudah menjadi sentra tanaman bawang, jagung. Sedangkan, di Pulau Lombok, sentra cabai ada di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.
"Harapan kita di 2024 sentra penopang cabai di Pulau Sumbawa itu ada di KSB," kata Fathul Gani.
Fathul mengakui penyediaan lahan baru untuk tanaman cabai ini, sebagai langkah mengantisipasi naiknya harga cabai yang setiap tahun selalu terjadi akibat masih sedikitnya pasokan.
"Karena cabai ini sangat sensitif isunya. Sekarang aja harga di pasaran di kisaran Rp60.000 - Rp70 ribu per kilogram. Itu baru harga NTB, kalau di luar NTB sudah tembus Rp100 ribu per kilogram," terangnya.
Menurutnya, saat ini hasil produksi cabai di NTB mencapai 60 ribu ton, namun dari jumlah itu terdapat surplus 30-40 ribu ton dari luas lahan mencapai 5.700 hektar.
"Surplus itu yang di bawa keluar, tetapi kita patut syukuri cabai produksi petani kita tembus hingga keluar daerah. Tapi k`arena banyak keluar harga cabai di daerah menjadi naik," ungkapnya.
Oleh karena itu, untuk menekan lonjakan harga cabai tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) bersama pemerintah kabupaten/kota kembali mengajak masyarakat untuk menggalakkan menanam cabai di pekarangan rumah masing-masing.
Baca juga: Pemprov NTB mengajak warga galakkan tanam cabai tekan kenaikan harga
Baca juga: Jayapura luncurkan gerakan tanam cabai dan bawang merah
"Jadi selain masyarakat umum, ASN kita juga kita untuk menanam cabai di pekarangan-nya masing-masing, kalau tidak ada pekarangan dengan menggunakan media tanaman seperti pot. Kita harap, target 10 ribu hektar lahan cabai itu bisa tercapai di 2024," katanya.
"Jadi kita sudah bersepakat bersama teman-teman kabupaten dan kota untuk membagi area tanam cabai. Target kita 10.000 ha areal tanam cabai baru di seluruh NTB untuk 2024," kata Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, Fathul Gani di Kantor Gubernur NTB di Mataram, Kamis.
Ia menjelaskan luas areal tanam baru untuk cabai ini nantinya dibagi secara proporsional di masing-masing kabupaten dan kota di NTB.
"Kita target 2024 itu kabupaten dan kota sudah siap. Untuk luasnya kita bagi secara proporsional tergantung luas lahan di masing-masing kabupaten dan kota," ujarnya.
Mantan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB ini, mengatakan untuk Pulau Sumbawa dipilih Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sebagai sentra produksi cabai.
Sementara, Kabupaten Bima, Kota Bima, Dompu dan Sumbawa sudah menjadi sentra tanaman bawang, jagung. Sedangkan, di Pulau Lombok, sentra cabai ada di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah dan Lombok Barat.
"Harapan kita di 2024 sentra penopang cabai di Pulau Sumbawa itu ada di KSB," kata Fathul Gani.
Fathul mengakui penyediaan lahan baru untuk tanaman cabai ini, sebagai langkah mengantisipasi naiknya harga cabai yang setiap tahun selalu terjadi akibat masih sedikitnya pasokan.
"Karena cabai ini sangat sensitif isunya. Sekarang aja harga di pasaran di kisaran Rp60.000 - Rp70 ribu per kilogram. Itu baru harga NTB, kalau di luar NTB sudah tembus Rp100 ribu per kilogram," terangnya.
Menurutnya, saat ini hasil produksi cabai di NTB mencapai 60 ribu ton, namun dari jumlah itu terdapat surplus 30-40 ribu ton dari luas lahan mencapai 5.700 hektar.
"Surplus itu yang di bawa keluar, tetapi kita patut syukuri cabai produksi petani kita tembus hingga keluar daerah. Tapi k`arena banyak keluar harga cabai di daerah menjadi naik," ungkapnya.
Oleh karena itu, untuk menekan lonjakan harga cabai tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) bersama pemerintah kabupaten/kota kembali mengajak masyarakat untuk menggalakkan menanam cabai di pekarangan rumah masing-masing.
Baca juga: Pemprov NTB mengajak warga galakkan tanam cabai tekan kenaikan harga
Baca juga: Jayapura luncurkan gerakan tanam cabai dan bawang merah
"Jadi selain masyarakat umum, ASN kita juga kita untuk menanam cabai di pekarangan-nya masing-masing, kalau tidak ada pekarangan dengan menggunakan media tanaman seperti pot. Kita harap, target 10 ribu hektar lahan cabai itu bisa tercapai di 2024," katanya.