Palembang (ANTARA) - Mata rantai keberadaan Kerajaan Sriwijaya dinilai sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional semakin jelas dengan semakin intensifnya penemuan berbagai benda yang diwariskan kerajaan tersohor pada abad VII tersebut.
Namun masyarakat diminta jangan hanya memandang keberadaan kerajaan tersebut dari penemuan keraton atau istana tetapi dengan ditemukan berbagai barang peninggalan, seperti prasasti dan timbikar itu sudah merupakan salah satu eksistensi keberadaan Kerajaan Sriwijaya, kata Kepala Bidang Data dan Publikasi Puslitbang Arkeologi Nasional, Sonny C Wibisono ketika dijumpai disela-sela pameran arkeologi dan seminar kebudayaan "Archaeology Goes to Mall", di Palembang, belum lama ini.
Menurut dia, selama beberapa dekade ini telah ditemukan berbagai barang yang membuktikan eksistensi Kerajaan Sriwijaya yang sempat berjaya di masa lampau.
Penemuan prasasti, situs dan berbagai barang yang dijadikan sarana menunjang kehidupan di jaman itu serta perhiasan, seperti gelang dan manik yang sebagian besar terbuat dari tanah liat dan tembaga membuktik peradaban di masa tersebut, katanya.
Ia mengatakan, selain peninggalan berupa barang pihaknya juga bisa menyimpulkan keberadaan suatu peradaban dilihat dari faktor lingkungan mulai dari komoditas yang terdapat dalam hutan tropis tersebut.
Sehingga bisa dipastikan Kerajaan Sriwijaya bukanlah sejarah yang hanya karangan tetapi memang eksistensi terbukti dan sampai kini mata rantainya mulai jelas, ujarnya.
Sementara itu, sampai kini penemuan sejumlah benda bersejarah di masa Kerajaan Sriwijaya lebih banyak di wilayah Kota Palembang tetapi bukan berarti pusat kerajaan tersebut di kota pempek.
Sebab berdasarkan penelurusan dan penelitian mereka kemungkinan besar pusat Kerajaan Sriwijaya berada tidak jauh dari Selat Bangka kearah Sungai Musi.
Pameran arkeologi tersebut dilaksanakan pada salah satu mall di Kota Palembang yang berlangsung pada 4-8 Desember 2008, pameran dengan tema "Jejak Peradaban Nusantara Abad VII sampai XIII, Menapak Siguntang hingga tiba di Bukit Budur".
Selain replika prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya pengunjung bisa menyaksikan langsung replika Candi Borobudur di arena tersebut dan deskripsi sejarah dan penemuan benda yang berkaitan dengan kerajaan tersebut yang disampaikan melalui media tulis yang disusun didinding pameran.(*)
Namun masyarakat diminta jangan hanya memandang keberadaan kerajaan tersebut dari penemuan keraton atau istana tetapi dengan ditemukan berbagai barang peninggalan, seperti prasasti dan timbikar itu sudah merupakan salah satu eksistensi keberadaan Kerajaan Sriwijaya, kata Kepala Bidang Data dan Publikasi Puslitbang Arkeologi Nasional, Sonny C Wibisono ketika dijumpai disela-sela pameran arkeologi dan seminar kebudayaan "Archaeology Goes to Mall", di Palembang, belum lama ini.
Menurut dia, selama beberapa dekade ini telah ditemukan berbagai barang yang membuktikan eksistensi Kerajaan Sriwijaya yang sempat berjaya di masa lampau.
Penemuan prasasti, situs dan berbagai barang yang dijadikan sarana menunjang kehidupan di jaman itu serta perhiasan, seperti gelang dan manik yang sebagian besar terbuat dari tanah liat dan tembaga membuktik peradaban di masa tersebut, katanya.
Ia mengatakan, selain peninggalan berupa barang pihaknya juga bisa menyimpulkan keberadaan suatu peradaban dilihat dari faktor lingkungan mulai dari komoditas yang terdapat dalam hutan tropis tersebut.
Sehingga bisa dipastikan Kerajaan Sriwijaya bukanlah sejarah yang hanya karangan tetapi memang eksistensi terbukti dan sampai kini mata rantainya mulai jelas, ujarnya.
Sementara itu, sampai kini penemuan sejumlah benda bersejarah di masa Kerajaan Sriwijaya lebih banyak di wilayah Kota Palembang tetapi bukan berarti pusat kerajaan tersebut di kota pempek.
Sebab berdasarkan penelurusan dan penelitian mereka kemungkinan besar pusat Kerajaan Sriwijaya berada tidak jauh dari Selat Bangka kearah Sungai Musi.
Pameran arkeologi tersebut dilaksanakan pada salah satu mall di Kota Palembang yang berlangsung pada 4-8 Desember 2008, pameran dengan tema "Jejak Peradaban Nusantara Abad VII sampai XIII, Menapak Siguntang hingga tiba di Bukit Budur".
Selain replika prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya pengunjung bisa menyaksikan langsung replika Candi Borobudur di arena tersebut dan deskripsi sejarah dan penemuan benda yang berkaitan dengan kerajaan tersebut yang disampaikan melalui media tulis yang disusun didinding pameran.(*)