Denpasar (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra menanggapi catatan BPS Bali terkait data Februari 2024 yang menunjukkan peningkatan impor komoditas serelia beras dari Thailand.
Dewa Indra di Denpasar, Senin, mengatakan hal impor tersebut wajar karena pada musim tertentu Bali defisit beras, apalagi meskipun komoditas utamanya beras ada potensi komoditas dalam kelompok serelia yang lain turut meningkat.
“Impor kita kan tidak hanya beras, ada banyak serelia termasuk jagung dan biji-bijian, kalau beras hitung-hitungan produksi kita dengan kebutuhannya tidak kurang hanya ada musim panen yang mundur,” kata dia.
Pemprov Bali mengaku sudah merancang solusi untuk mengantisipasi defisit beras, seperti mengenalkan teknologi-teknologi di bidang pertanian dengan mengenalkan bibit baru yang lebih efektif.
“Kita mengenalkan bibit baru nutrizinc yang lebih bagus dari yang biasa, kalau biasa menghasilkan 7,5 ton tapi bibit nutrizinc 8,5 ton per hektar, ini bisa menaikkan produktifitas jadi stok gabah kita meningkat,” ucap dia.
Untuk menjalankan strategi ini, Pemprov Bali berupaya mengenalkan ke petani, selain itu menghubungkan petani ke pembeli gabahnya, sehingga tak ada keraguan penggunaan metode baru itu.
Dewa Indra menyadari untuk menambah luas lahan pertanian sulit saat ini, sehingga metode-metode baru harus dikenalkan sebagai solusi menekan impor beras. Diketahui, Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani dalam kegiatan yang sama membacakan hasil perhitungannya terkait ekspor impor Bali.
Baca juga: Jelang Ramadhan, Pemprov NTB keluarkan stok cadangan tekan harga beras di pasaran
Baca juga: Disdag pastikan ketersediaan stok beras di Kota Mataram
BPS Bali mencatat nilai impor Bali Februari 2024 mencapai 19,75 dolar AS atau meningkat 82,78 persen dari Januari 2024. “Pada bulan Februari 2024 impor barang dari Thailand senilai 6,7 juta dolar AS merupakan yang tertinggi dan mengalami peningkatan tertinggi yaitu 3.690,52 persen dibanding sebelumnya, ini disebabkan oleh naiknya impor produk serelia berupa beras,” ujar Endang.
Dalam catatan impor Bali, disampaikan ada empat komoditas lain yang mendominasi masuk Bali selain beras, yaitu mesin dan peralatan mekanis, mesin dan peralatan elektrik, instrumen optik fotografi, dan barang dari kulit samak.
Dewa Indra di Denpasar, Senin, mengatakan hal impor tersebut wajar karena pada musim tertentu Bali defisit beras, apalagi meskipun komoditas utamanya beras ada potensi komoditas dalam kelompok serelia yang lain turut meningkat.
“Impor kita kan tidak hanya beras, ada banyak serelia termasuk jagung dan biji-bijian, kalau beras hitung-hitungan produksi kita dengan kebutuhannya tidak kurang hanya ada musim panen yang mundur,” kata dia.
Pemprov Bali mengaku sudah merancang solusi untuk mengantisipasi defisit beras, seperti mengenalkan teknologi-teknologi di bidang pertanian dengan mengenalkan bibit baru yang lebih efektif.
“Kita mengenalkan bibit baru nutrizinc yang lebih bagus dari yang biasa, kalau biasa menghasilkan 7,5 ton tapi bibit nutrizinc 8,5 ton per hektar, ini bisa menaikkan produktifitas jadi stok gabah kita meningkat,” ucap dia.
Untuk menjalankan strategi ini, Pemprov Bali berupaya mengenalkan ke petani, selain itu menghubungkan petani ke pembeli gabahnya, sehingga tak ada keraguan penggunaan metode baru itu.
Dewa Indra menyadari untuk menambah luas lahan pertanian sulit saat ini, sehingga metode-metode baru harus dikenalkan sebagai solusi menekan impor beras. Diketahui, Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani dalam kegiatan yang sama membacakan hasil perhitungannya terkait ekspor impor Bali.
Baca juga: Jelang Ramadhan, Pemprov NTB keluarkan stok cadangan tekan harga beras di pasaran
Baca juga: Disdag pastikan ketersediaan stok beras di Kota Mataram
BPS Bali mencatat nilai impor Bali Februari 2024 mencapai 19,75 dolar AS atau meningkat 82,78 persen dari Januari 2024. “Pada bulan Februari 2024 impor barang dari Thailand senilai 6,7 juta dolar AS merupakan yang tertinggi dan mengalami peningkatan tertinggi yaitu 3.690,52 persen dibanding sebelumnya, ini disebabkan oleh naiknya impor produk serelia berupa beras,” ujar Endang.
Dalam catatan impor Bali, disampaikan ada empat komoditas lain yang mendominasi masuk Bali selain beras, yaitu mesin dan peralatan mekanis, mesin dan peralatan elektrik, instrumen optik fotografi, dan barang dari kulit samak.