Baturaja (ANTARA) - Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) yang merupakan salah satu dari 17 kabupaten/kota di Sumatera Selatan, memiliki berbagai macam objek wisata alam maupun objek wisata sejarah dan budaya.
Berdasarkan data, Kabupaten OKU memiliki lebih dari 40 objek wisata. Objek wisata tersebut di antaranya adalah Gua Putri di Desa Padang Bindu, Air Terjun Kambas di Desa Ulak Lebar, Air Panas Gemuhak di Desa Gunung Tiga, Batu Lesung Bintang di Desa Laya, serta Rantai Kupai di Desa Tungku Jaya.
Objek wisata lainnya, Wisata Alam Mendingin di Desa Mendingin, Bukit Pelawai yang berada di Desa Laya, Desa Pusar, Desa Batu Kuining dan Desa Karang Agung, serta Gua Harimau di Desa Padang Bindu.
Dari objek wisata itu, Gua Putri dan Gua Harimau yang berada dalam satu desa yakni Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji --sekitar 35 kilometer dari Ibu Kota OKU, Baturaja-- tidak hanya memiliki panorama goa yang eksotis akan tetapi objek wisata ini juga menyimpan legenda turun-temurun dan sejarah budaya.
Gua Putri dan juga Gua Harimau menjadi ikon wisata Kabupaten OKU. Objek wisata ini menawarkan perpaduan wisata alam dengan wisata sejarah budaya. Gua Putri kental dengan legenda Si Pahit Lidah dan Putri Dayang Merindu, sedangkan Gua Harimau dikenal dengan "rumah peradaban" karena gua ini penuh dengan penemuan situs yang berasal dari ribuan tahun lalu.
Objek wisata gua ini juga banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah pada liburan panjang masa Lebaran.
Gua Putri
Gua Putri terletak di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji atau berjarak sekitar 200 kilometer dari Kota Palembang dan 35 kilometer dari Baturaja, Ibu Kota Kabupaten OKU.
Gua Putri memiliki kedalaman sekitar 150 meter dengan ketinggian 20 meter dan lebar 20-30 meter. Di komplek goa ini mengalir anak Sungai Sumuhun yang konon apabila pengunjung mandi atau mencuci muka di aliran sungai tersebut, semua keinginannya akan terwujud.
Menurut legenda yang diyakini masyarakat sekitar, keberadaan Gua Putri bermula dari kehidupan seorang putri bernama Dayang Merindu yang merupakan selir dari Prabu Amir Rasyid, penguasa Kerajaan Ogan yang hidup di zaman dahulu kala.
Suatu pagi, sang putri mandi di muara Sungai Sumuhun dan saat itu melintas seorang pengembara bernama Serunting Sakti atau lebih dikenal dengan nama Si Pahit Lidah yang ingin sekali menyapa putri berparas cantik tersebut.
Tapi, kehadiran Serunting Sakti tidak diperhatikan oleh Putri Dayang Merindu, bahkan terkesan sombong, sehingga membuat pengembara sakti asal Sumatera Selatan tersebut mengutuk sang putri dan seluruh kerajaannya menjadi batu.
"Si Pahit Lidah ini adalah seorang tokoh pendekar sakti yang terkenal di Sumatera Selatan yang konon katanya setiap dia berucap akan terwujud, termasuk mengutuk apapun menjadi batu," kata Riswan, salah seorang warga sekitar. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya peninggalan-peninggalan Kerajaan Ogan yang berubah menjadi batu di dalam gua tersebut yang abadi hingga saat ini.
Selain pemandangan alam yang indah, Gua Putri juga memiliki banyak stalaktit dan stalagmit yang menarik. Jika dinding gua terpapar cahaya, maka akan tampak warna-warni yang indah dan tatanan batu yang terdapat di bagian dalam pun sangat menarik.
Menurut cerita, batu-batu tersebut secara alami terbentuk menyerupai sebuah tempat peristirahatan, singgasana, pedapuran untuk memasak, dan pembaringan (Dayang Merindu) yang di bawahnya mengalir air Sungai Semuhun.
Wisatawan biasanya menelusuri gua ini sampai ke sebuah kolam yang diyakini sebagai tempat pemandian Putri Dayang Merindu. Konon, apabila mandi atau mencuci muka di aliran sungai ini semua keinginan dapat terwujud.
Setiap tamu yang ingin masuk ke dalam Gua Putri diharuskan mengetuk dinding goa sebanyak tiga kali yang menandakan salam untuk para leluhur dan menjaga sikap, perkataan serta perbuatan selama berada di dalam goa agar penunggunya tidak marah.
Setiap pengunjung yang masuk ke dalam gua diminta menjaga sopan santun dan tidak boleh sembarang berucap untuk menghormati penghuni di dalamnya.
Gua Harimau
Sementara itu, Gua Harimau yang hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi Gua Putri, menyimpan peninggalan peradaban manusia kuno yang hidup sekitar 3.500 tahun lalu.
Untuk menuju objek wisata ini para pengunjung harus menyeberangi Sungai Ogan melalui jembatan gantung tua, kemudian menelusuri jalan setapak sejauh 4 kilometer melewati Sungai Haman (Aek Haman).
Sebanyak 35 kerangka manusia kuno dari Ras Mongoloid berhasil ditemukan di mulut Gua Harimau oleh Tim Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI yang dipimpin Prof Trauman Simanjuntak pada 2014 silam.
Menurut Prof Trauman Simanjuntak saat itu, kerangka manusia yang ditemukan tidak lagi termasuk dalam kategori manusia purba melainkan manusia kuno. Dikategorikan manusia kuno mengingat secara fisik bentuknya seperti manusia modern dan mereka juga sudah mengenal senjata yang dibuat dari batu. Makannya juga sudah omnivora.
Analisis Tim Puslit Arkenas pun menyatakan, kerangka manusia yang ditemukan di Gua Harimau termasuk dalam ras mongoloid karena adanya ciri-ciri morfologi yang ditemukan, yaitu bentuk tengkorak yang meninggi dan membundar (brachy cephal) serta bagian tengkorak belakang yang datar.
Selain itu, juga ada ciri morfologi gigi seri berbentuk orbit mata, kedalaman tulang hidung (nasal) serta postur tulang dan tubuh mereka yang khas mongoloid.
Selain fosil, para arkeolog juga menemukan benda-benda bernilai sejarah tinggi seperti gerabah, biji kemiri yang telah menjadi fosil, batu pemukul serta beliung batu yang diperkirakan berasal dari 2.000-3.500 tahun yang lalu.
Situs Gua Harimau merupakan salah satu situs cagar budaya yang ada di Kabupaten OKU. Situs ini ditemukan pada tahun 1997 dan telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) oleh pemerintah pusat.
Potensi wisata
Tingginya animo masyarakat dari berbagai daerah untuk berkunjung ke dua objek wisata andalan di Kabupaten OKU tersebut, mendorong pemerintah daerah setempat mengambil langkah untuk meningkatkan sarana dan prasarana demi kenyamanan pengunjung ke Gua Putri dan Gua Harimau.
Sejauh ini sudah banyak pembangunan infrastruktur di Gua Putri seperti seperti fasilitas umum, tourist information, art trade, fasilitas jalan, transportasi, akomodasi, dan pos pengamanan serta akses penerangan yang dibangun sejak beberapa tahun silam.
Pemkab OKU juga telah memperbaiki akses infrastruktur jalan menuju Situs Cagar Budaya Gua Harimau di Desa Padang Bindu, sehingga objek wisata tersebut kini lebih mudah dijangkau wisatawan.
Para pengunjung dapat melihat secara langsung fosil dan puluhan kerangka manusia purba berusia 3.500 tahun lalu dari dua ras yakni Neomongolit hingga Autoromenalisia.
Fosil dan kerangka manusia ini menceritakan perjalanan manusia purba hingga modern saat ini. Perjalanan sejarah itu dipamerkan di Museum Goa Harimau yang dibangun di sekitar objek wisata tersebut.
Setiap pengunjung harus mentaati aturan dan setiap tanda larangan yang dipasang di sekitar Gua Putri dan Gua Harimau untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini akan dipandu oleh pihak pengelola untuk memastikan keamanan dan kenyamanannya.
Berdasarkan data, Kabupaten OKU memiliki lebih dari 40 objek wisata. Objek wisata tersebut di antaranya adalah Gua Putri di Desa Padang Bindu, Air Terjun Kambas di Desa Ulak Lebar, Air Panas Gemuhak di Desa Gunung Tiga, Batu Lesung Bintang di Desa Laya, serta Rantai Kupai di Desa Tungku Jaya.
Objek wisata lainnya, Wisata Alam Mendingin di Desa Mendingin, Bukit Pelawai yang berada di Desa Laya, Desa Pusar, Desa Batu Kuining dan Desa Karang Agung, serta Gua Harimau di Desa Padang Bindu.
Dari objek wisata itu, Gua Putri dan Gua Harimau yang berada dalam satu desa yakni Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji --sekitar 35 kilometer dari Ibu Kota OKU, Baturaja-- tidak hanya memiliki panorama goa yang eksotis akan tetapi objek wisata ini juga menyimpan legenda turun-temurun dan sejarah budaya.
Gua Putri dan juga Gua Harimau menjadi ikon wisata Kabupaten OKU. Objek wisata ini menawarkan perpaduan wisata alam dengan wisata sejarah budaya. Gua Putri kental dengan legenda Si Pahit Lidah dan Putri Dayang Merindu, sedangkan Gua Harimau dikenal dengan "rumah peradaban" karena gua ini penuh dengan penemuan situs yang berasal dari ribuan tahun lalu.
Objek wisata gua ini juga banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah pada liburan panjang masa Lebaran.
Gua Putri
Gua Putri terletak di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji atau berjarak sekitar 200 kilometer dari Kota Palembang dan 35 kilometer dari Baturaja, Ibu Kota Kabupaten OKU.
Gua Putri memiliki kedalaman sekitar 150 meter dengan ketinggian 20 meter dan lebar 20-30 meter. Di komplek goa ini mengalir anak Sungai Sumuhun yang konon apabila pengunjung mandi atau mencuci muka di aliran sungai tersebut, semua keinginannya akan terwujud.
Menurut legenda yang diyakini masyarakat sekitar, keberadaan Gua Putri bermula dari kehidupan seorang putri bernama Dayang Merindu yang merupakan selir dari Prabu Amir Rasyid, penguasa Kerajaan Ogan yang hidup di zaman dahulu kala.
Suatu pagi, sang putri mandi di muara Sungai Sumuhun dan saat itu melintas seorang pengembara bernama Serunting Sakti atau lebih dikenal dengan nama Si Pahit Lidah yang ingin sekali menyapa putri berparas cantik tersebut.
Tapi, kehadiran Serunting Sakti tidak diperhatikan oleh Putri Dayang Merindu, bahkan terkesan sombong, sehingga membuat pengembara sakti asal Sumatera Selatan tersebut mengutuk sang putri dan seluruh kerajaannya menjadi batu.
"Si Pahit Lidah ini adalah seorang tokoh pendekar sakti yang terkenal di Sumatera Selatan yang konon katanya setiap dia berucap akan terwujud, termasuk mengutuk apapun menjadi batu," kata Riswan, salah seorang warga sekitar. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya peninggalan-peninggalan Kerajaan Ogan yang berubah menjadi batu di dalam gua tersebut yang abadi hingga saat ini.
Selain pemandangan alam yang indah, Gua Putri juga memiliki banyak stalaktit dan stalagmit yang menarik. Jika dinding gua terpapar cahaya, maka akan tampak warna-warni yang indah dan tatanan batu yang terdapat di bagian dalam pun sangat menarik.
Menurut cerita, batu-batu tersebut secara alami terbentuk menyerupai sebuah tempat peristirahatan, singgasana, pedapuran untuk memasak, dan pembaringan (Dayang Merindu) yang di bawahnya mengalir air Sungai Semuhun.
Wisatawan biasanya menelusuri gua ini sampai ke sebuah kolam yang diyakini sebagai tempat pemandian Putri Dayang Merindu. Konon, apabila mandi atau mencuci muka di aliran sungai ini semua keinginan dapat terwujud.
Setiap tamu yang ingin masuk ke dalam Gua Putri diharuskan mengetuk dinding goa sebanyak tiga kali yang menandakan salam untuk para leluhur dan menjaga sikap, perkataan serta perbuatan selama berada di dalam goa agar penunggunya tidak marah.
Setiap pengunjung yang masuk ke dalam gua diminta menjaga sopan santun dan tidak boleh sembarang berucap untuk menghormati penghuni di dalamnya.
Gua Harimau
Sementara itu, Gua Harimau yang hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi Gua Putri, menyimpan peninggalan peradaban manusia kuno yang hidup sekitar 3.500 tahun lalu.
Untuk menuju objek wisata ini para pengunjung harus menyeberangi Sungai Ogan melalui jembatan gantung tua, kemudian menelusuri jalan setapak sejauh 4 kilometer melewati Sungai Haman (Aek Haman).
Sebanyak 35 kerangka manusia kuno dari Ras Mongoloid berhasil ditemukan di mulut Gua Harimau oleh Tim Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI yang dipimpin Prof Trauman Simanjuntak pada 2014 silam.
Menurut Prof Trauman Simanjuntak saat itu, kerangka manusia yang ditemukan tidak lagi termasuk dalam kategori manusia purba melainkan manusia kuno. Dikategorikan manusia kuno mengingat secara fisik bentuknya seperti manusia modern dan mereka juga sudah mengenal senjata yang dibuat dari batu. Makannya juga sudah omnivora.
Analisis Tim Puslit Arkenas pun menyatakan, kerangka manusia yang ditemukan di Gua Harimau termasuk dalam ras mongoloid karena adanya ciri-ciri morfologi yang ditemukan, yaitu bentuk tengkorak yang meninggi dan membundar (brachy cephal) serta bagian tengkorak belakang yang datar.
Selain itu, juga ada ciri morfologi gigi seri berbentuk orbit mata, kedalaman tulang hidung (nasal) serta postur tulang dan tubuh mereka yang khas mongoloid.
Selain fosil, para arkeolog juga menemukan benda-benda bernilai sejarah tinggi seperti gerabah, biji kemiri yang telah menjadi fosil, batu pemukul serta beliung batu yang diperkirakan berasal dari 2.000-3.500 tahun yang lalu.
Situs Gua Harimau merupakan salah satu situs cagar budaya yang ada di Kabupaten OKU. Situs ini ditemukan pada tahun 1997 dan telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) oleh pemerintah pusat.
Potensi wisata
Tingginya animo masyarakat dari berbagai daerah untuk berkunjung ke dua objek wisata andalan di Kabupaten OKU tersebut, mendorong pemerintah daerah setempat mengambil langkah untuk meningkatkan sarana dan prasarana demi kenyamanan pengunjung ke Gua Putri dan Gua Harimau.
Sejauh ini sudah banyak pembangunan infrastruktur di Gua Putri seperti seperti fasilitas umum, tourist information, art trade, fasilitas jalan, transportasi, akomodasi, dan pos pengamanan serta akses penerangan yang dibangun sejak beberapa tahun silam.
Pemkab OKU juga telah memperbaiki akses infrastruktur jalan menuju Situs Cagar Budaya Gua Harimau di Desa Padang Bindu, sehingga objek wisata tersebut kini lebih mudah dijangkau wisatawan.
Para pengunjung dapat melihat secara langsung fosil dan puluhan kerangka manusia purba berusia 3.500 tahun lalu dari dua ras yakni Neomongolit hingga Autoromenalisia.
Fosil dan kerangka manusia ini menceritakan perjalanan manusia purba hingga modern saat ini. Perjalanan sejarah itu dipamerkan di Museum Goa Harimau yang dibangun di sekitar objek wisata tersebut.
Setiap pengunjung harus mentaati aturan dan setiap tanda larangan yang dipasang di sekitar Gua Putri dan Gua Harimau untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini akan dipandu oleh pihak pengelola untuk memastikan keamanan dan kenyamanannya.