Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merencanakan pembangunan 11 kawasan strategis provinsi yang tersebar di 10 kabupaten dan kota di wilayah itu.

Penjabat Gubernur Provinsi NTB, Lalu Gita Ariadi, mengatakan, pembangunan 11 kawasan strategis provinsi yang tersebar di 10 kabupaten dan kota di NTB ini dilaksanakan guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata serta kesejahteraan masyarakat di wilayah itu.

"Adanya 11 kawasan strategis provinsi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata NTB," ujarnya di Mataram, Jumat.

Ia menyebutkan, 11 kawasan strategis provinsi ini, memiliki kekhususan tersendiri sesuai dengan potensi yang di miliki. Ke 11 kawasan itu, meliputi Mataram Raya mencakup tiga gili di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Barat serta Kota Mataram. Integrasi kawasan ini berbasis ekonomi unggulan seperti perdagangan, jasa, industri, pariwisata dan perikanan.

Selanjutnya, Kuta Mandalika dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Tengah. Kawasan pariwisata, perikanan, dan industri berbasis potensi sumber daya alam yang mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Kemudian, agrobisnis Pototano Gili Balu di Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa, yakni kawasan agrobisnis dengan sektor unggulan agroindustri perikanan, peternakan dan pariwisata.

Selain itu, kawasan industri Sumbawa Barat. Kawasan pendukung dan penyangga kawasan industri Maluk berbasis sektor unggulan pertambangan dan turunannya, perikanan serta pariwisata. Selanjutnya, Puncak Ngengas Selalu Legini, yakni kawasan dengan nilai konservasi tinggi berbasis mitigasi bencana di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat.

Kemudian Teluk Saleh Moyo Tambora (Samota). Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSC) Samota yang berbasis sektor perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri (minaindustri, agroindustri, energi) di Kabupaten Sumbawa, Dompu dan Bima.

Teluk Cempi, Hu'u kawasan pertumbuhan baru dengan sektor unggulan pariwisata, perikanan, industri, pertambangan dan energi berada di Sumbawa dan Dompu. Ekosistem Gunung Tambora, yakni kawasan "geoedukasi", "geoheritage" dan geowisata yang berbasis keragaman geologi (geodiversity) keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (cultural diversity) berada di Kabupaten Dompu dan Bima.

Selanjutnya, Ekosistem Hutan Parado yakni kawasan penyangga dan perlindungan tata air berada di Dompu dan Bima. Teluk Bima DSK yakni kawasan pariwisata, perikanan, industri serta perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan dan berbasis kemasyarakatan berada di Kabupaten Bima, Kota Bima dan Dompu. Kemudian Wawaroda Sape yakni kawasan pertumbuhan baru di wilayah timur berbasis sektor perikanan, pariwisata dan industri.

"Untuk status kawasan ini apakah berstatus kawasan ekonomi khusus, kawasan industri, apakah perdagangan bebas maka syaratnya akan terjadi kemudahan berinvestasi bila ini terbentuk," ucap Miq Gite sapaan akrabnya.

Rencana pembangunan 11 kawasan strategis provinsi ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) NTB 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Teknokratik 2025-2029.

Baca juga: NTB peroleh 5.100 pompa air hidupkan lahan kering
Baca juga: Pemprov NTB terima penghargaan pengelolaan lingkungan hidup dari KLHK

"Hadirnya kawasan ekonomi berstatus diharapkan dapat memudahkan berinvestasi di NTB sesuai RPJMD dan RPJP sehingga terintegrasi dengan target," ujarnya.

Untuk itu, ia berharap pembangunan ini selaras dengan visi daerah tahun 2025 - 2045 adalah NTB EMAS (ekonomi maju, manusia kuat, aman berkelanjutan, daerah sejahtera). Termasuk menjadi visi bersama provinsi dan kabupaten kota menuju Indonesia Emas.

"Kita telah merumuskan visi NTB Emas 2045 yaitu menuju Indonesia Emas 2045, dengan memperhatikan capaian pembangunan dalam 20 tahun terakhir, kita masih menghadapi berbagai isu, dalam bidang ekonomi, sosial, lingkungan dan tata kelola. Ini lah yang akan kita dorong untuk terus di bangun," katanya.



 

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024