Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat membutuhkan dana sebesar Rp45 miliar untuk pemasangan atau pembangunan pengaman tanggul atau "riprap" di sepanjang objek wisata Pantai Ampenan.
"Dana tersebut telah kita usulkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RI melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) NTB," kata Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Jumat.
Dikatakan, sepanjang 9,1 kilometer garis Pantai Kota Mataram menjadi prioritas dipasang riprap, hanya saja untuk tahap pertama pemasangan riprap ini diusulkan khusus di objek wisata Pantai Ampenan atau bekas Pelabuhan Ampenan dari muara Jangkuk hingga ke batas Pertamina.
Pertimbangannya, karena pada kawasan tersebut menjadi titik potensi gelombang pasang tertinggi, selain itu terdapat instalasi vital yakni Pertamina, dan kawasan pemukiman warga.
Di samping itu, pemasangan riprap bisa menjadi kesatuan program revitalisasi Pantai Ampenan yang dilaksanakan tahun ini dengan bantuan pemerintah pusat sebesar Rp4,5 miliar.
Dalam desain perencanaan revitalisasi itu, penataan pedestrian termasuk riprap tidak terakomodasi, sementara riprap ini menjadi infrastruktur utama pengaman tanggul. Bahkan saat ini, ada beberapa titik pedestrian jebol akibat gelombang pasang.
"Jadi kita tidak mau, setelah pedagang kaki lima dan fasilitas publik di Pantai Ampenan kita tata rapi, amburadul karena konstruksi pengaman tanggul tidak kuat," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning sebelumnya mengatakan, sebelumnya di Pantai Ampenan sudah di pasang riprap dengan panjang sekitar 50 meter untuk mencegah erosi di pesisir pantai.
Pengaman tanggul yang dipasang menggunakan teknis riprap berupa tumpukan batu-batu besar yang disusun berlapis dengan volume satu bongkahan batu yang digunakan diupayakan bisa mencapai satu kubik.
Dikatakan, jika melihat efektivitas, pemasangan riprap sebagai pengaman garis pantai jauh lebih efektif dibandingkan dengan beronjong.
"Apalagi, batu-batu yang digunakan untuk membuat riprap merupakan batu dengan berukuran besar sehingga tidak bergeser ketika terjadi gelombang pasang," katanya.
Bahkan, lanjut Lale, dari hasil evaluasi dari pemasangan riprap di Pantai Ampenan, Mapak Indah dan Loang Baloq, riprap dinilai efektif dan memberikan dampak signifikan yakni tidak bergeser-nya garis pantai meskipun terjadi gelombang pasang.
"Karenanya, ke depan titik-titik pesisir pantai yang tidak ada riprap perlu kita prioritaskan, karena garis pantai mulai terkikis," katanya.
"Dana tersebut telah kita usulkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RI melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) NTB," kata Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Jumat.
Dikatakan, sepanjang 9,1 kilometer garis Pantai Kota Mataram menjadi prioritas dipasang riprap, hanya saja untuk tahap pertama pemasangan riprap ini diusulkan khusus di objek wisata Pantai Ampenan atau bekas Pelabuhan Ampenan dari muara Jangkuk hingga ke batas Pertamina.
Pertimbangannya, karena pada kawasan tersebut menjadi titik potensi gelombang pasang tertinggi, selain itu terdapat instalasi vital yakni Pertamina, dan kawasan pemukiman warga.
Di samping itu, pemasangan riprap bisa menjadi kesatuan program revitalisasi Pantai Ampenan yang dilaksanakan tahun ini dengan bantuan pemerintah pusat sebesar Rp4,5 miliar.
Dalam desain perencanaan revitalisasi itu, penataan pedestrian termasuk riprap tidak terakomodasi, sementara riprap ini menjadi infrastruktur utama pengaman tanggul. Bahkan saat ini, ada beberapa titik pedestrian jebol akibat gelombang pasang.
"Jadi kita tidak mau, setelah pedagang kaki lima dan fasilitas publik di Pantai Ampenan kita tata rapi, amburadul karena konstruksi pengaman tanggul tidak kuat," katanya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning sebelumnya mengatakan, sebelumnya di Pantai Ampenan sudah di pasang riprap dengan panjang sekitar 50 meter untuk mencegah erosi di pesisir pantai.
Pengaman tanggul yang dipasang menggunakan teknis riprap berupa tumpukan batu-batu besar yang disusun berlapis dengan volume satu bongkahan batu yang digunakan diupayakan bisa mencapai satu kubik.
Dikatakan, jika melihat efektivitas, pemasangan riprap sebagai pengaman garis pantai jauh lebih efektif dibandingkan dengan beronjong.
"Apalagi, batu-batu yang digunakan untuk membuat riprap merupakan batu dengan berukuran besar sehingga tidak bergeser ketika terjadi gelombang pasang," katanya.
Bahkan, lanjut Lale, dari hasil evaluasi dari pemasangan riprap di Pantai Ampenan, Mapak Indah dan Loang Baloq, riprap dinilai efektif dan memberikan dampak signifikan yakni tidak bergeser-nya garis pantai meskipun terjadi gelombang pasang.
"Karenanya, ke depan titik-titik pesisir pantai yang tidak ada riprap perlu kita prioritaskan, karena garis pantai mulai terkikis," katanya.