Jakarta (ANTARA) - Mantan Ketua Umum Perhimpunan Alumni Jerman Osco Olfriady Letunggamu menyebut Presiden Jokowi melakukan diplomasi hijau, dalam pertemuan dengan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Andreas Bjelland Eriksen di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (2/6).
"Pertemuan semacam itu menjadi penting, karena membahas strategi dan kolaborasi antar negara dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi lingkungan," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan Norwegia dikenal sebagai salah satu negara yang aktif dalam upaya perlindungan lingkungan dan pengurangan emisi karbon.
Menurut dia, kerja sama antara Indonesia dan Norwegia dalam hal pendanaan untuk penurunan emisi dari defrorestasi dan degradasi hutan, tertuang dalam kesepakatan REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) tahun 2010 dan berakhir pada 2021. Tetapi, hal itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap komitmen Indonesia terhadap pemenuhan target pengurangan emisi.
Kata dia, Indonesia berhasil menurunkan emisi karbon sejak tahun 2020 hingga 2023. Bahkan Indonesia berhasil melampaui target komitmen penurunan emisi karbon dari tahun 2020 sebanyak 945 juta ton sampai pada tahun 2022 sebesar 875 juta ton.
“Pak Jokowi ingin membuat Norwegia sebagai mitra politik hijau yang strategis. Secara paralel Jokowi menyampaikan kepada dunia internasional, bahwa Indonesia mempunyai atensi yang sangat tinggi terhadap emisi karbon, tata kelola dana lingkungan hidup dan niaga karbon kredit," jelasnya.
Baca juga: Bapanas sebut Presiden Jokowi setujui bantuan beras 10 kilogram dilanjutkan
Baca juga: Jokowi bakal resmikan ruang kerja Kantor Berita ANTARA di IKN
Menurut dia, pencapaian Indonesia pada target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink untuk tahun 2030 terkait penggunaan hutan dan lahan akan memberikan manfaat ganda. Kata dia, Indonesia memenuhi target pengurangan emisi dan mendukung pembangunan berkelanjutan di berbagai sektor, termasuk pertanian, kehutanan, dan energi.
"Secara keseluruhan, pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Menteri Eriksen merupakan langkah positif dalam memperkuat kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan perubahan iklim," katanya menegaskan.
"Pertemuan semacam itu menjadi penting, karena membahas strategi dan kolaborasi antar negara dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi lingkungan," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan Norwegia dikenal sebagai salah satu negara yang aktif dalam upaya perlindungan lingkungan dan pengurangan emisi karbon.
Menurut dia, kerja sama antara Indonesia dan Norwegia dalam hal pendanaan untuk penurunan emisi dari defrorestasi dan degradasi hutan, tertuang dalam kesepakatan REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) tahun 2010 dan berakhir pada 2021. Tetapi, hal itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap komitmen Indonesia terhadap pemenuhan target pengurangan emisi.
Kata dia, Indonesia berhasil menurunkan emisi karbon sejak tahun 2020 hingga 2023. Bahkan Indonesia berhasil melampaui target komitmen penurunan emisi karbon dari tahun 2020 sebanyak 945 juta ton sampai pada tahun 2022 sebesar 875 juta ton.
“Pak Jokowi ingin membuat Norwegia sebagai mitra politik hijau yang strategis. Secara paralel Jokowi menyampaikan kepada dunia internasional, bahwa Indonesia mempunyai atensi yang sangat tinggi terhadap emisi karbon, tata kelola dana lingkungan hidup dan niaga karbon kredit," jelasnya.
Baca juga: Bapanas sebut Presiden Jokowi setujui bantuan beras 10 kilogram dilanjutkan
Baca juga: Jokowi bakal resmikan ruang kerja Kantor Berita ANTARA di IKN
Menurut dia, pencapaian Indonesia pada target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink untuk tahun 2030 terkait penggunaan hutan dan lahan akan memberikan manfaat ganda. Kata dia, Indonesia memenuhi target pengurangan emisi dan mendukung pembangunan berkelanjutan di berbagai sektor, termasuk pertanian, kehutanan, dan energi.
"Secara keseluruhan, pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Menteri Eriksen merupakan langkah positif dalam memperkuat kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan perubahan iklim," katanya menegaskan.