Pasteur, Jawa Barat (ANTARA) - Organisasi berbasis gizi, Nutrition International (NI) mengatakan bahwa program Better Investment for stunting (BISA) yang digagas bersama Save The Children dapat membantu pemerintah memutus siklus lahirnya anak stunting antar generasi.

“Apapun yang kami lakukan selalu fokus pada bagaimana mereka bisa terhindar dari kekurangan gizi. Lalu segmennya ada beberapa grup ada ibu hamil, remaja, anak balita dan perempuan serta ibu hamil kelompok yang sangat perlu perhatian,” kata Country Director Nutrition International Indonesia Herrio Hattu dalam konferensi pers di Pasteur, Jawa Barat, Selasa.

Herrio menuturkan pada ibu hamil dan bayi yang baru lahir, program tersebut menekankan pentingnya wanita untuk mendapatkan gizi yang baik sehingga dapat memiliki kehamilan yang lebih aman untuk melahirkan bayi yang lebih sehat. Hal ini dinilai dapat menjadi langkah awal dalam memutus siklus kemiskinan dalam keluarga yang menjadi salah satu faktor risiko penyebab anak terkena stunting.

Selanjutnya pada kelompok anak balita, BISA mendorong seluruh anak mendapatkan asupan gizi yang baik. Hal ini dilakukan dengan memasifkan edukasi gizi melalui sejumlah media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

“Bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, BISA mengembangkan modul pelatihan tentang gizi ibu dan anak selama 1.000 hari pertama kehidupan, yang menekankan pentingnya suplementasi gizi mikro untuk mencegah cacat lahir. Modul ini memberikan informasi yang lengkap kepada petugas kesehatan di Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mereka,” ujarnya.

Kemudian pada usia remaja, BISA mengajak sekolah untuk memberikan tablet tambah darah yang bertujuan untuk mencegah remaja putri terkena anemia dan melahirkan anak stunting. Dengan demikian, kesempatan mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya di masa depan dapat meningkat karena kesehatannya makin terjaga.

“Kemudian terakhir pada kelompok perempuan, hal fundamental dalam pendekatan kami adalah kesetaraan gender untuk mengatasi beban malnutrisi yang tidak proporsional yang ditanggung oleh perempuan dan anak perempuan dan mengatasi kebutuhan gizi khusus mereka,” kata dia.

Senior Program Officer NI Indonesia Handayani Wasti Sagala menambahkan bahwa program BISA sudah dijalankan di dua daerah seperti Sumedang, Jawa Barat,  dan Nusa Tenggara Timur.

Program tersebut memiliki area intervensi yang dibagi menjadi tiga lingkup. Pertama masyarakat dan keluarga. Dalam hal ini BISA fokus pada teknik komunikasi perubahan perilaku dan sosial terkait pemberian makan bayi dan anak (PMBA) dan praktik yang tepat dalam aspek kebersihan berupa cuci tangan pakai sabun, memperbaiki pola hidup remaja, ibu hamil dan menyusui hingga pola pengasuhan anak di bawah dua tahun.

Selanjutnya dalam sistem kesehatan, BISA mendorong pemerintah untuk meningkatkan kapasitas para tenaga kesehatan, staf pengawas dan pemangku kepentingan. Di kabupaten dan provinsi, program tersebut membantu pemerintah dalam memberikan layanan gizi berkualitas yang berkesinambungan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga mengolah panganan lokal.

Baca juga: Perubahan perilaku pengaruhi percepatan penurunan stunting
Baca juga: Expect Widodo's W Java visit to spur anti-stunting efforts: official

Sedangkan terkait dengan kerja sama bersama pemerintah, Handayani menjelaskan program itu mendukung implementasi kebijakan nasional di tingkat pemerintahan yang lebih rendah, dengan mengembangkan kemampuan pemerintah lokal dalam merencanakan, menganggarkan dan memperkuat koordinasi para pemangku kepentingan.

“Sebagai contoh capaian program kami berupa mendukung pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang untuk membentuk TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) di kabupaten yang memungkinkan tindakan konvergensi yang terkoordinasi, termasuk pemantauan rutin di tingkat kabupaten dan desa,” katanya.


 


Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024