Mataram (ANTARA) - Kepolisian Resor Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menerima hasil visum almarhumah santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah berinisial NI (13) yang diduga menjadi korban penganiayaan.
Kepala Satreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama di Mataram, Senin, mengatakan bahwa hasil visum tersebut kini menjadi dasar pihak kepolisian melakukan penyidikan.
"Jadi, para pihak yang sebelumnya kami undang untuk memberikan keterangan kami panggil lagi sebagai saksi untuk jalani pemeriksaan, hari ini kami layangkan panggilan," kata Yogi.
Baca juga: Diduga dianiaya, Santriwati Ponpes Aziziyah Lombok Barat meninggal
Para pihak tersebut, kata dia, tidak hanya dari orang tua korban, tetapi pemeriksaan juga mengarah pada pihak Ponpes Al-Aziziyah.
"Tenaga medis yang pernah menangani perawatan korban dari poliklinik, puskesmas, sampai RSUD dr. Raden Soedjono juga kami agendakan untuk menjelaskan soal visum," ujarnya.
Kasatreskrim menjelaskan bahwa hasil visum yang menjadi dasar peningkatan status penanganan perkara ke tahap penyidikan ini berasal dari poliklinik dan puskesmas.
"Nanti hasil visum yang dari RSUD dr. Raden Soedjono kami minta dalam agenda pemeriksaan," katanya.
Baca juga: Ponpes Aziziyah tak temukan bukti penganiayaan santriwati asal NTT
Meskipun enggan mengungkapkan hasilnya, Yogi memastikan pihaknya telah menemukan indikasi perbuatan melawan hukum dari penanganan laporan di tahap penyelidikan.
Perihal autopsi jenazah NI, pihak kepolisian belum mendapatkan hasil resmi dari Rumah Sakit Bhayangkara Mataram.
"Jadi, hasil autopsi masih kami tunggu, nantinya akan jadi kelengkapan alat bukti," ucap dia.
Baca juga: Polisi minta rekam medis santriwati korban penganiayaan ke RS Soedjono Lotim
Santriwati NI meninggal pada Sabtu pagi (29/6) usai menjalani perawatan medis selama 16 hari, mulai dari poliklinik, pindah ke puskesmas, dan berakhir di RSUD dr. Raden Soedjono Kabupaten Lombok Timur.
Anak gadis asal Ende, Nusa Tenggara Timur, itu meninggal menyisakan pertanyaan orang tua dan publik. Oleh karena itu, orang tua korban memilih melakukan autopsi terhadap jenazah NI di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram untuk mengungkap penyebab NI meninggal.
Dalam penanganan laporan, polisi menerima adanya informasi dari orang tua korban bahwa santriwati NI sempat mendapat perilaku kekerasan dari sejumlah orang di Ponpes Al-Aziziyah.
Dugaan itu berkaitan dengan pemukulan menggunakan balok kayu dan sajadah. Hal itu yang mengakibatkan korban mengalami pembengkakan di mata kiri dan benjolan di bagian kepala sebelah kanan.
Baca juga: Santriwati korban penganiayaan di Ponpes Aziziyah Lombok Barat punya riwayat penyakit
Baca juga: Penganiayaan santriwati terjadi di Ponpes Aziziyah Lombok Barat
Kepala Satreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama di Mataram, Senin, mengatakan bahwa hasil visum tersebut kini menjadi dasar pihak kepolisian melakukan penyidikan.
"Jadi, para pihak yang sebelumnya kami undang untuk memberikan keterangan kami panggil lagi sebagai saksi untuk jalani pemeriksaan, hari ini kami layangkan panggilan," kata Yogi.
Baca juga: Diduga dianiaya, Santriwati Ponpes Aziziyah Lombok Barat meninggal
Para pihak tersebut, kata dia, tidak hanya dari orang tua korban, tetapi pemeriksaan juga mengarah pada pihak Ponpes Al-Aziziyah.
"Tenaga medis yang pernah menangani perawatan korban dari poliklinik, puskesmas, sampai RSUD dr. Raden Soedjono juga kami agendakan untuk menjelaskan soal visum," ujarnya.
Kasatreskrim menjelaskan bahwa hasil visum yang menjadi dasar peningkatan status penanganan perkara ke tahap penyidikan ini berasal dari poliklinik dan puskesmas.
"Nanti hasil visum yang dari RSUD dr. Raden Soedjono kami minta dalam agenda pemeriksaan," katanya.
Baca juga: Ponpes Aziziyah tak temukan bukti penganiayaan santriwati asal NTT
Meskipun enggan mengungkapkan hasilnya, Yogi memastikan pihaknya telah menemukan indikasi perbuatan melawan hukum dari penanganan laporan di tahap penyelidikan.
Perihal autopsi jenazah NI, pihak kepolisian belum mendapatkan hasil resmi dari Rumah Sakit Bhayangkara Mataram.
"Jadi, hasil autopsi masih kami tunggu, nantinya akan jadi kelengkapan alat bukti," ucap dia.
Baca juga: Polisi minta rekam medis santriwati korban penganiayaan ke RS Soedjono Lotim
Santriwati NI meninggal pada Sabtu pagi (29/6) usai menjalani perawatan medis selama 16 hari, mulai dari poliklinik, pindah ke puskesmas, dan berakhir di RSUD dr. Raden Soedjono Kabupaten Lombok Timur.
Anak gadis asal Ende, Nusa Tenggara Timur, itu meninggal menyisakan pertanyaan orang tua dan publik. Oleh karena itu, orang tua korban memilih melakukan autopsi terhadap jenazah NI di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram untuk mengungkap penyebab NI meninggal.
Dalam penanganan laporan, polisi menerima adanya informasi dari orang tua korban bahwa santriwati NI sempat mendapat perilaku kekerasan dari sejumlah orang di Ponpes Al-Aziziyah.
Dugaan itu berkaitan dengan pemukulan menggunakan balok kayu dan sajadah. Hal itu yang mengakibatkan korban mengalami pembengkakan di mata kiri dan benjolan di bagian kepala sebelah kanan.
Baca juga: Santriwati korban penganiayaan di Ponpes Aziziyah Lombok Barat punya riwayat penyakit
Baca juga: Penganiayaan santriwati terjadi di Ponpes Aziziyah Lombok Barat