Mataram (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat berhasil mengangkut sekitar enam ton sampah sisa banjir yang terjadi pada Rabu malam (3/7/2024) akibat luapan air sungai di daerah itu.
"Untuk hasil pengangkutan sampah dari tadi malam sampai siang ini, sudah mencapai sekitar 5-6 ton," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Kamis.
Ia menjelaskan, sebanyak 300 petugas dari Dinas PUPR langsung diturunkan menyebar pada berapa titik rawan terjadi banjir yang berdampak pada tiga wilayah di Kota Mataram, yakni Kecamatan Sandubaya, Mataram, dan Sekarbela.
Para petugas memantau titik-titik rawan yang menghambat arus air sungai maupun di saluran. Jika ditemukan, petugas langsung melakukan evakuasi atau pengangkatan.
Baca juga: Sebanyak 50 warga terdampak banjir Mataram sudah kembali ke rumah
Seperti di Sungai Brenyok, katanya, tadi malam terbukti ada batang kayu besar yang tersangkut sehingga memicu terhambatnya arus air. Batang kayu tersebut kemudian diangkat bersama dengan tim menggunakan alat berat.
"Jadi petugas kami, dari malam sampai pagi dan siang ini masih bekerja untuk mengangkut sampah yang menghambat saluran air dan sisa dari banjir," katanya.
Dia juga mengatakan, sebanyak 5-6 ton sampah sisa banjir tersebut dibuang langsung ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) di wilayah Bagek Kembar Kecamatan Sekarbela, sebab Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok Lombok Barat masih ditutup karena adanya perbaikan.
"Kami menargetkan, kegiatan pembersihan sampah sisa banjir selesai hari ini," katanya.
Baca juga: Petugas bersihkan sampah lumpur sisa banjir di Mataram
Sementara terkait dengan kegiatan normalisasi, menurut Lale, sudah menjadi program rutin dan dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum masuk musim hujan.
Normalisasi dengan pengangkatan sedimen dan sampah dilakukan secara rutin oleh petugas baik di sungai maupun saluran air, sehingga ketika musim hujan tiba dapat berfungsi maksimal menampung volume air.
Tapi kondisi kemarin itu, katanya, luapan sungai terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, lama, dan merata. Jadi sungai dan saluran air/drainase tidak dapat menampung volume air sehingga meluap.
"Apalagi kita berada di wilayah hilir. Kalau hujan normal, Insya Allah tidak ada banjir," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi
"Untuk hasil pengangkutan sampah dari tadi malam sampai siang ini, sudah mencapai sekitar 5-6 ton," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Kamis.
Ia menjelaskan, sebanyak 300 petugas dari Dinas PUPR langsung diturunkan menyebar pada berapa titik rawan terjadi banjir yang berdampak pada tiga wilayah di Kota Mataram, yakni Kecamatan Sandubaya, Mataram, dan Sekarbela.
Para petugas memantau titik-titik rawan yang menghambat arus air sungai maupun di saluran. Jika ditemukan, petugas langsung melakukan evakuasi atau pengangkatan.
Baca juga: Sebanyak 50 warga terdampak banjir Mataram sudah kembali ke rumah
Seperti di Sungai Brenyok, katanya, tadi malam terbukti ada batang kayu besar yang tersangkut sehingga memicu terhambatnya arus air. Batang kayu tersebut kemudian diangkat bersama dengan tim menggunakan alat berat.
"Jadi petugas kami, dari malam sampai pagi dan siang ini masih bekerja untuk mengangkut sampah yang menghambat saluran air dan sisa dari banjir," katanya.
Dia juga mengatakan, sebanyak 5-6 ton sampah sisa banjir tersebut dibuang langsung ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) di wilayah Bagek Kembar Kecamatan Sekarbela, sebab Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok Lombok Barat masih ditutup karena adanya perbaikan.
"Kami menargetkan, kegiatan pembersihan sampah sisa banjir selesai hari ini," katanya.
Baca juga: Petugas bersihkan sampah lumpur sisa banjir di Mataram
Sementara terkait dengan kegiatan normalisasi, menurut Lale, sudah menjadi program rutin dan dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum masuk musim hujan.
Normalisasi dengan pengangkatan sedimen dan sampah dilakukan secara rutin oleh petugas baik di sungai maupun saluran air, sehingga ketika musim hujan tiba dapat berfungsi maksimal menampung volume air.
Tapi kondisi kemarin itu, katanya, luapan sungai terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, lama, dan merata. Jadi sungai dan saluran air/drainase tidak dapat menampung volume air sehingga meluap.
"Apalagi kita berada di wilayah hilir. Kalau hujan normal, Insya Allah tidak ada banjir," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi