Mataram (ANTARA) - Wali Kota Mataram Nusa Tenggara Barat H Mohan Roliskana meminta agar tim kesehatan tetap siaga di sejumlah titik lokasi yang terdampak banjir pada Rabu malam (3/7-2024), sebagai upaya antisipasi gangguan kesehatan di masyarakat.
"Kami sudah minta petugas kesehatan siaga di lokasi terdampak banjir, agar petugas bisa memberikan layanan cepat terhadap potensi gangguan kesehatan warga," katanya di Mataram, Kamis.
Hal tersebut disampaikan wali kota sebagai langkah antisipasi gangguan kesehatan warga yang terdampak banjir di beberapa kelurahan pada tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sandubaya, Mataram, dan Sekarbela akibat luapan Sungai Brenyok dan Unus.
Baca juga: Dinas PUPR angkut enam ton sampah sisa banjir di Mataram
Ketika banjir terjadi, kata wali kota yang juga turun langsung ke tengah masyarakat, semua masyarakat turun dan keluar dari rumah untuk mencari tempat yang lebih aman dan menelusuri banjir yang airnya kotor karena bercampur dengan sampah dan lainnya.
"Kondisi itu itu berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat terutama untuk penyakit kulit seperti gatal-gatal dan lainnya," katanya.
Terkait dengan itu, tambahnya, peran dari Dinas Kesehatan sangat penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada warga yang terdampak banjir.
Menurut wali kota, banjir yang melanda tiga kecamatan itu murni terjadi karena debit air hujan tinggi, berlangsung lama dan merata sehingga dua sungai yang ada tidak bisa menampung debit air dari hulu.
Baca juga: Sebanyak 50 warga terdampak banjir Mataram sudah kembali ke rumah
Banjir terjadi bukan karena kondisi sungai yang dangkal, karena dari Dinas PUPR jauh-jauh sebelum masuk musim hujan sudah rutin melakukan normalisasi sungai dan saluran air.
Tujuannya agar ketika musim hujan tiba, sungai dan saluran bisa berfungsi optimal. Namun kondisi kemarin volume air terlalu tinggi sehingga sungai tidak bisa menampung ditambah lagi dengan gelombang pasang air laut.
"Saya sudah turun dan lihat sendiri, Dinas PUPR sudah melakukan normalisasi selama dua bulan," katanya.
Menurut Roliskana pula, saat banjir Rabu malam, ada tim kesehatan yang turun termasuk dari BNPB NTB, namun sifatnya memantau sebab dengan kondisi debit air yang masih besar, tidak banyak yang bisa dilakukan.
"Kita turun untuk memberikan keamanan dan menjaga situasi jika diperlukan untuk evakuasi darurat dan lainnya," katanya.
Baca juga: Petugas bersihkan sampah lumpur sisa banjir di Mataram
Tapi seiring dengan hujan reda, banjir juga mulai berangsur surut pada pukul 03.00 WITA Kamis pagi, sehingga aktivitas masyarakat tetap ada meskipun masih ada keresahan kemungkinan hujan kembali turun.
"Hari ini sedang dilakukan gotong royong pembersihan sampah dan lumpur sisa banjir, agar masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi
"Kami sudah minta petugas kesehatan siaga di lokasi terdampak banjir, agar petugas bisa memberikan layanan cepat terhadap potensi gangguan kesehatan warga," katanya di Mataram, Kamis.
Hal tersebut disampaikan wali kota sebagai langkah antisipasi gangguan kesehatan warga yang terdampak banjir di beberapa kelurahan pada tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sandubaya, Mataram, dan Sekarbela akibat luapan Sungai Brenyok dan Unus.
Baca juga: Dinas PUPR angkut enam ton sampah sisa banjir di Mataram
Ketika banjir terjadi, kata wali kota yang juga turun langsung ke tengah masyarakat, semua masyarakat turun dan keluar dari rumah untuk mencari tempat yang lebih aman dan menelusuri banjir yang airnya kotor karena bercampur dengan sampah dan lainnya.
"Kondisi itu itu berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat terutama untuk penyakit kulit seperti gatal-gatal dan lainnya," katanya.
Terkait dengan itu, tambahnya, peran dari Dinas Kesehatan sangat penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada warga yang terdampak banjir.
Menurut wali kota, banjir yang melanda tiga kecamatan itu murni terjadi karena debit air hujan tinggi, berlangsung lama dan merata sehingga dua sungai yang ada tidak bisa menampung debit air dari hulu.
Baca juga: Sebanyak 50 warga terdampak banjir Mataram sudah kembali ke rumah
Banjir terjadi bukan karena kondisi sungai yang dangkal, karena dari Dinas PUPR jauh-jauh sebelum masuk musim hujan sudah rutin melakukan normalisasi sungai dan saluran air.
Tujuannya agar ketika musim hujan tiba, sungai dan saluran bisa berfungsi optimal. Namun kondisi kemarin volume air terlalu tinggi sehingga sungai tidak bisa menampung ditambah lagi dengan gelombang pasang air laut.
"Saya sudah turun dan lihat sendiri, Dinas PUPR sudah melakukan normalisasi selama dua bulan," katanya.
Menurut Roliskana pula, saat banjir Rabu malam, ada tim kesehatan yang turun termasuk dari BNPB NTB, namun sifatnya memantau sebab dengan kondisi debit air yang masih besar, tidak banyak yang bisa dilakukan.
"Kita turun untuk memberikan keamanan dan menjaga situasi jika diperlukan untuk evakuasi darurat dan lainnya," katanya.
Baca juga: Petugas bersihkan sampah lumpur sisa banjir di Mataram
Tapi seiring dengan hujan reda, banjir juga mulai berangsur surut pada pukul 03.00 WITA Kamis pagi, sehingga aktivitas masyarakat tetap ada meskipun masih ada keresahan kemungkinan hujan kembali turun.
"Hari ini sedang dilakukan gotong royong pembersihan sampah dan lumpur sisa banjir, agar masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram menetapkan status siaga bencana hidrometeorologi