Mataram (ANTARA) - Kepala Dinas Perindustrian (Kadisperin) Nusa Tenggara Barat Hj Nuryanti memastikan pembangunan smelter atau fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam yang dibangun di Kabupaten Sumbawa Barat segera rampung.
Dalam keterangan resmi di Mataram, Selasa, ia mengatakan jika pembangunan smelter tersebut selesai, maka perlu segera didorong pengembangan kawasan industri Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.
"Hingga saat ini, kawasan industri tersebut belum memiliki perusahaan pengelola dan diharapkan PT AMNT atau PT AMIN Group dapat menjadi pengelola kawasan industri mengingat AMMAN menguasai lahan seluas 850 hektare," katanya.
Ia juga berharap agar smelter yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut bisa menjadi kawasan industri yang dapat masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
Hal itu disampaikan Nuryanti, saat mendampingi Komisi VII DPR RI dalam kunjungan kerja ke Provinsi NTB untuk melihat langsung perkembangan pembangunan proyek smelter tembaga Amman di Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau kemajuan proyek yang akan menjadi kawasan industri Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.
Sementara itu, Presiden Direktur PT AMNT, Rahmat Makasau menyampaikan pemaparan mengenai kemajuan proyek smelter hingga 15 Juli 2024.
Menurutnya, tambang Batu Hijau disebut sebagai salah satu tambang tembaga dan emas terbesar kedua di dunia yang belum dikembangkan.
"Pertumbuhan bisnis dan operasi Amman diproyeksikan meningkat signifikan setelah smelter selesai tahun ini, mengubah Amman menjadi bisnis penambangan hingga peleburan yang terintegrasi, didukung oleh infrastruktur dan logistik transportasi yang kuat," katanya.
Ia menyebutkan berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh PT Sucofindo pada periode Mei 2024, total progres kumulatif smelter mencapai 95,50 persen dan PMR 86,30 persen, dengan tahap commissioning dimulai pada Juni 2024.
Sementara tingkat komponen dalam negeri (TKDN) proyek periode 2023 oleh surveyor Indonesia adalah 29,35 persen.
"Smelter tembaga direncanakan menghasilkan katoda tembaga pertama pada paruh kedua 2024, dengan produksi komersial tembaga katoda mencapai 60 persen kapasitas pada Desember 2024," ucap Rahmat.
Dalam keterangan resmi di Mataram, Selasa, ia mengatakan jika pembangunan smelter tersebut selesai, maka perlu segera didorong pengembangan kawasan industri Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.
"Hingga saat ini, kawasan industri tersebut belum memiliki perusahaan pengelola dan diharapkan PT AMNT atau PT AMIN Group dapat menjadi pengelola kawasan industri mengingat AMMAN menguasai lahan seluas 850 hektare," katanya.
Ia juga berharap agar smelter yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut bisa menjadi kawasan industri yang dapat masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
Hal itu disampaikan Nuryanti, saat mendampingi Komisi VII DPR RI dalam kunjungan kerja ke Provinsi NTB untuk melihat langsung perkembangan pembangunan proyek smelter tembaga Amman di Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau kemajuan proyek yang akan menjadi kawasan industri Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.
Sementara itu, Presiden Direktur PT AMNT, Rahmat Makasau menyampaikan pemaparan mengenai kemajuan proyek smelter hingga 15 Juli 2024.
Menurutnya, tambang Batu Hijau disebut sebagai salah satu tambang tembaga dan emas terbesar kedua di dunia yang belum dikembangkan.
"Pertumbuhan bisnis dan operasi Amman diproyeksikan meningkat signifikan setelah smelter selesai tahun ini, mengubah Amman menjadi bisnis penambangan hingga peleburan yang terintegrasi, didukung oleh infrastruktur dan logistik transportasi yang kuat," katanya.
Ia menyebutkan berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh PT Sucofindo pada periode Mei 2024, total progres kumulatif smelter mencapai 95,50 persen dan PMR 86,30 persen, dengan tahap commissioning dimulai pada Juni 2024.
Sementara tingkat komponen dalam negeri (TKDN) proyek periode 2023 oleh surveyor Indonesia adalah 29,35 persen.
"Smelter tembaga direncanakan menghasilkan katoda tembaga pertama pada paruh kedua 2024, dengan produksi komersial tembaga katoda mencapai 60 persen kapasitas pada Desember 2024," ucap Rahmat.