Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakinkan para investor terkait ketahanan perekonomian Indonesia yang konsisten tumbuh di kisaran 5 persen di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sebagai informasi di triwulan-I 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 secara tahunan (yoy) dengan inflasi bulan Juni 2024 terkendali dalam rentang sasaran, yakni 2,5 persen (yoy).
“Di mana lagi Anda melihat pertumbuhan dan situasi seperti itu secara global? Saya pikir Indonesia berada di posisi tiga besar di antara negara G20 dalam hal pertumbuhan dan inflasi. Dan utang Pemerintah juga di bawah 40 persen,” kata Airlangga dalam acara "Macro Day Event" di Jakarta, Senin.
Di hadapan para investor dalam dan luar negeri, Airlangga menjelaskan bahwa pada paruh kedua tahun 2024, sektor konsumsi tetap menjadi pendorong pertumbuhan yang kuat.
Kebijakan pemerintah mengenai stabilitas harga dan program perlindungan sosial diarahkan untuk turut mendukung pertumbuhan tersebut.
Sektor riil juga tumbuh kuat di mana PMI Manufaktur Indonesia ekspansif selama 34 bulan berturut-turut serta sektor eksternal, yakni neraca perdagangan yang terus menunjukkan surplus selama 50 bulan berturut-turut.
Dari segi kinerja makro fiskal, rasio pajak secara konsisten tumbuh sebesar dua digit sejak tahun 2022 diiringi dengan defisit fiskal tetap terjaga di bawah 3 persen dari PDB pascapandemi COVID-19.
Sementara itu, sektor keuangan yakni pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan tren meningkat dan pertumbuhan kredit perbankan berada di atas 11 persen tahun ini.
Selain itu, Indonesia tahun ini juga mencapai tonggak penting dengan naik ke peringkat 27 dari sebelumnya di peringkat 34 dalam peringkat daya saing global. Seluruh lembaga pemeringkat besar juga telah mempertahankan Indonesia pada level investment grade.
“Salah satu pendorong utama kami adalah dari infrastruktur. Lalu efisiensi bisnis, efisiensi Pemerintah, dan kinerja ekonomi. Salah satu hal yang juga kami kuatkan adalah di pasar tenaga kerja. Dan pasar tenaga kerja, sebenarnya, kita nomor dua dari seluruh negara. Itu karena kami memperkenalkan Undang-Undang Cipta Kerja,” ujarnya.
Lebih lanjut, Airlangga memaparkan terkait visi Indonesia Emas 2045 di mana Indonesia bertujuan untuk mencapai PDB nominal sebesar 9,8 triliun dolar AS dan berada di antara lima negara dengan perekonomian teratas secara global.
“Berikut adalah hal yang akan terus kami kembangkan ke depan, yakni tiga mesin pertumbuhan. Salah satunya adalah konvensional, hilirisasi. Hilirisasi sudah banyak kita lakukan. Termasuk pada mineral nikel. Dan juga melalui proyek infrastruktur, proyek strategis nasional. Kemudian tentu saja kerja sama internasional dan ketahanan pangan,” jelas Airlangga.
Baca juga: Warga Spanyol bantah lakukan penipuan investasi di Gili Air Lombok Utara
Baca juga: AS menggali potensi investasi mineral penting di Indonesia
Di samping itu, tambahnya, pemerintah terus berkomitmen untuk mendukung sektor teknologi dan manufaktur yang lebih luas, termasuk dengan mengembangkan industri terkait komponen semikonduktor seperti produksi komponen kendaraan listrik (EV).
Indonesia juga berkomitmen terhadap inisiatif pengurangan emisi dan transisi energi, salah satunya melalui Asian Zero Emission Community (AZEC) yang telah memberikan pendanaan untuk beberapa proyek di Indonesia seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi, konservasi lahan, dan panel surya.
Sebagai informasi di triwulan-I 2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 secara tahunan (yoy) dengan inflasi bulan Juni 2024 terkendali dalam rentang sasaran, yakni 2,5 persen (yoy).
“Di mana lagi Anda melihat pertumbuhan dan situasi seperti itu secara global? Saya pikir Indonesia berada di posisi tiga besar di antara negara G20 dalam hal pertumbuhan dan inflasi. Dan utang Pemerintah juga di bawah 40 persen,” kata Airlangga dalam acara "Macro Day Event" di Jakarta, Senin.
Di hadapan para investor dalam dan luar negeri, Airlangga menjelaskan bahwa pada paruh kedua tahun 2024, sektor konsumsi tetap menjadi pendorong pertumbuhan yang kuat.
Kebijakan pemerintah mengenai stabilitas harga dan program perlindungan sosial diarahkan untuk turut mendukung pertumbuhan tersebut.
Sektor riil juga tumbuh kuat di mana PMI Manufaktur Indonesia ekspansif selama 34 bulan berturut-turut serta sektor eksternal, yakni neraca perdagangan yang terus menunjukkan surplus selama 50 bulan berturut-turut.
Dari segi kinerja makro fiskal, rasio pajak secara konsisten tumbuh sebesar dua digit sejak tahun 2022 diiringi dengan defisit fiskal tetap terjaga di bawah 3 persen dari PDB pascapandemi COVID-19.
Sementara itu, sektor keuangan yakni pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan tren meningkat dan pertumbuhan kredit perbankan berada di atas 11 persen tahun ini.
Selain itu, Indonesia tahun ini juga mencapai tonggak penting dengan naik ke peringkat 27 dari sebelumnya di peringkat 34 dalam peringkat daya saing global. Seluruh lembaga pemeringkat besar juga telah mempertahankan Indonesia pada level investment grade.
“Salah satu pendorong utama kami adalah dari infrastruktur. Lalu efisiensi bisnis, efisiensi Pemerintah, dan kinerja ekonomi. Salah satu hal yang juga kami kuatkan adalah di pasar tenaga kerja. Dan pasar tenaga kerja, sebenarnya, kita nomor dua dari seluruh negara. Itu karena kami memperkenalkan Undang-Undang Cipta Kerja,” ujarnya.
Lebih lanjut, Airlangga memaparkan terkait visi Indonesia Emas 2045 di mana Indonesia bertujuan untuk mencapai PDB nominal sebesar 9,8 triliun dolar AS dan berada di antara lima negara dengan perekonomian teratas secara global.
“Berikut adalah hal yang akan terus kami kembangkan ke depan, yakni tiga mesin pertumbuhan. Salah satunya adalah konvensional, hilirisasi. Hilirisasi sudah banyak kita lakukan. Termasuk pada mineral nikel. Dan juga melalui proyek infrastruktur, proyek strategis nasional. Kemudian tentu saja kerja sama internasional dan ketahanan pangan,” jelas Airlangga.
Baca juga: Warga Spanyol bantah lakukan penipuan investasi di Gili Air Lombok Utara
Baca juga: AS menggali potensi investasi mineral penting di Indonesia
Di samping itu, tambahnya, pemerintah terus berkomitmen untuk mendukung sektor teknologi dan manufaktur yang lebih luas, termasuk dengan mengembangkan industri terkait komponen semikonduktor seperti produksi komponen kendaraan listrik (EV).
Indonesia juga berkomitmen terhadap inisiatif pengurangan emisi dan transisi energi, salah satunya melalui Asian Zero Emission Community (AZEC) yang telah memberikan pendanaan untuk beberapa proyek di Indonesia seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi, konservasi lahan, dan panel surya.