Mataram (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyerahkan bantuan 5.000 bibit ikan air tawar jenis nila pada kelompok budi daya ikan melalui program pemanfaatan pekarangan di Kelurahan Pejeruk Ampenan.
"Bantuan tersebut kami terima langsung dari DKP, untuk dibagi ke kelompok budi daya," kata Lurah Pejeruk Mataram Lalu Bagus Afriady di Mataram, Selasa.
Pemberian bibit ikan nila itu, sebagai bentuk pembinaan dan motivasi DKP kepada kelompok yang melaksanakan program budi daya dengan memanfaatkan pekarangan yakni sekitar 5-6 warga.
"Selama ini DKP aktif memberikan pendampingan, pembinaan bagaimana melakukan pembibitan, perawatan hingga panen," katanya.
Baca juga: DKP Mataram menyiapkan program bantuan nelayan tingkatkan kesejahteraan
Karena itu, sebanyak 5.000 bibit ikan nila tersebut, akan dibagi untuk dua kelompok yakni kelompok budi daya melalui program pemanfaatan pekarangan dan kelompok budi daya keramba pada aliran Sungai Jangkuk.
Menurutnya, program pemanfaatan pekarangan dengan budi daya ikan air tawar jenis nila yang mulai dikembangkan tahun 2023 dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi ikan sekaligus peningkatan pendapatan keluarga.
Manfaat dari program itu kini sudah mulai dirasakan para anggota kelompok, karena dalam sekali panen dalam waktu 3-4 bulan mereka bisa menghasilkan 40 kilogram.
Untuk budi daya dengan skala pemanfaatan pekarangan, produksi ikan yang dihasilkan warga itu termasuk banyak, begitu juga untuk budidaya di keramba.
Baca juga: Cuaca ekstrem tak pengaruhi produksi ikan di Mataram
Ketika panen, lanjut Bagus, hasilnya rata-rata dijual dengan harga Rp30.000-Rp33.000 per kilogram.
"Uang hasil penjualan, diputar kembali untuk membeli bibit dan pakan sehingga warga punya dana kelompok yang digunakan untuk berbagai kebutuhan," katanya.
Ia mengatakan, dari hasil evaluasi pengembangan ikan nila menggunakan keramba lebih cepat panen yakni sekitar 3 bulan karena dikembangkan pada air sungai mengalir.
"Sedangkan yang berada di kolam pekarangan baru bisa panen setelah empat bulan karena menggunakan mesin sehingga sirkulasi air terbatas," katanya.
Diharapkan, program budi daya ikan air tawar dengan pemanfaatan pekarangan ini bisa menjadi contoh untuk warga lainnya, sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
"Program budi daya itu tujuan utamanya adalah memanfaatkan pekarangan rumah menjadi lebih produktif," katanya.
"Bantuan tersebut kami terima langsung dari DKP, untuk dibagi ke kelompok budi daya," kata Lurah Pejeruk Mataram Lalu Bagus Afriady di Mataram, Selasa.
Pemberian bibit ikan nila itu, sebagai bentuk pembinaan dan motivasi DKP kepada kelompok yang melaksanakan program budi daya dengan memanfaatkan pekarangan yakni sekitar 5-6 warga.
"Selama ini DKP aktif memberikan pendampingan, pembinaan bagaimana melakukan pembibitan, perawatan hingga panen," katanya.
Baca juga: DKP Mataram menyiapkan program bantuan nelayan tingkatkan kesejahteraan
Karena itu, sebanyak 5.000 bibit ikan nila tersebut, akan dibagi untuk dua kelompok yakni kelompok budi daya melalui program pemanfaatan pekarangan dan kelompok budi daya keramba pada aliran Sungai Jangkuk.
Menurutnya, program pemanfaatan pekarangan dengan budi daya ikan air tawar jenis nila yang mulai dikembangkan tahun 2023 dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi ikan sekaligus peningkatan pendapatan keluarga.
Manfaat dari program itu kini sudah mulai dirasakan para anggota kelompok, karena dalam sekali panen dalam waktu 3-4 bulan mereka bisa menghasilkan 40 kilogram.
Untuk budi daya dengan skala pemanfaatan pekarangan, produksi ikan yang dihasilkan warga itu termasuk banyak, begitu juga untuk budidaya di keramba.
Baca juga: Cuaca ekstrem tak pengaruhi produksi ikan di Mataram
Ketika panen, lanjut Bagus, hasilnya rata-rata dijual dengan harga Rp30.000-Rp33.000 per kilogram.
"Uang hasil penjualan, diputar kembali untuk membeli bibit dan pakan sehingga warga punya dana kelompok yang digunakan untuk berbagai kebutuhan," katanya.
Ia mengatakan, dari hasil evaluasi pengembangan ikan nila menggunakan keramba lebih cepat panen yakni sekitar 3 bulan karena dikembangkan pada air sungai mengalir.
"Sedangkan yang berada di kolam pekarangan baru bisa panen setelah empat bulan karena menggunakan mesin sehingga sirkulasi air terbatas," katanya.
Diharapkan, program budi daya ikan air tawar dengan pemanfaatan pekarangan ini bisa menjadi contoh untuk warga lainnya, sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
"Program budi daya itu tujuan utamanya adalah memanfaatkan pekarangan rumah menjadi lebih produktif," katanya.