Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melaporkan ada 84 kejadian bencana yang melanda Nusa Tenggara Barat sejak 1 Januari hingga 30 September 2024.
"Bencana paling sering terjadi adalah banjir bandang dengan 26 kejadian dan cuaca ekstrem atau angin puting beliung sebanyak 29 kejadian," kata Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahmadi di Mataram, Selasa.
Ahmadi menuturkan bencana yang juga banyak terjadi di Nusa Tenggara Barat adalah tanah longsor sebanyak 8 kejadian, kebakaran hutan dan lahan ada 6 kejadian, gelombang pasang 4 kejadian, gempa bumi 2 kejadian, serta kekeringan melanda 9 kabupaten/kota.
BPBD Nusa Tenggara Barat mencatat 84 kejadian bencana alam itu berdampak terhadap 31.279 jiwa dengan rincian 17 orang luka-luka dan 1 orang meninggal dunia.
Baca juga: Dinsos siapkan empat langkah dalam hadapi kekeringan di NTB
Selain berdampak terhadap keselamatan penduduk, dampak bencana alam tersebut juga merusak 149 rumah, 1 fasilitas pendidikan, 2 fasilitas ibadah, serta 12 hektare hutan, dan 65,5 hektare sawah.
Kejadian bencana alam selama sembilan bulan itu juga merusak 1 bendungan, 7 tanggul, 1 perkantoran, 7 pertokoan, 5 jembatan, dan 1 titik jalan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada dasarian III September 2024 (21-30 September) sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat terjadi hujan dengan kategori rendah sebesar 20 hingga 50 milimeter per dasarian.
Baca juga: Krisis air bersih di wilayah NTB diprediksi sampai Desember 2024
Hujan kategori rendah itu terjadi di sebagian Kota Mataram, Lombok Barat bagian utara, Lombok Tengah bagian utara, Sumbawa Barat dan sebagian Kabupaten Sumbawa bagian barat dengan profitabilitas 20-80 persen.
"Saat ini seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat masih dalam periode musim kemarau," kata Ahmadi.
BPBD Nusa Tenggara Barat mengimbau masyarakat untuk menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien, serta mewaspadai bencana kebakaran hutan dan lahan yang terjadi akibat kekeringan pada periode musim kemarau tahun ini.
Informasi BPBD dan BMKG harus selalu menjadi perhatian masyarakat guna mengantisipasi dampak bencana maupun kerugian dalam perencanaan kegiatan ke depan.
Baca juga: BPBD sarankan petani di NTB untuk efisiensi air
"Bencana paling sering terjadi adalah banjir bandang dengan 26 kejadian dan cuaca ekstrem atau angin puting beliung sebanyak 29 kejadian," kata Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahmadi di Mataram, Selasa.
Ahmadi menuturkan bencana yang juga banyak terjadi di Nusa Tenggara Barat adalah tanah longsor sebanyak 8 kejadian, kebakaran hutan dan lahan ada 6 kejadian, gelombang pasang 4 kejadian, gempa bumi 2 kejadian, serta kekeringan melanda 9 kabupaten/kota.
BPBD Nusa Tenggara Barat mencatat 84 kejadian bencana alam itu berdampak terhadap 31.279 jiwa dengan rincian 17 orang luka-luka dan 1 orang meninggal dunia.
Baca juga: Dinsos siapkan empat langkah dalam hadapi kekeringan di NTB
Selain berdampak terhadap keselamatan penduduk, dampak bencana alam tersebut juga merusak 149 rumah, 1 fasilitas pendidikan, 2 fasilitas ibadah, serta 12 hektare hutan, dan 65,5 hektare sawah.
Kejadian bencana alam selama sembilan bulan itu juga merusak 1 bendungan, 7 tanggul, 1 perkantoran, 7 pertokoan, 5 jembatan, dan 1 titik jalan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada dasarian III September 2024 (21-30 September) sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat terjadi hujan dengan kategori rendah sebesar 20 hingga 50 milimeter per dasarian.
Baca juga: Krisis air bersih di wilayah NTB diprediksi sampai Desember 2024
Hujan kategori rendah itu terjadi di sebagian Kota Mataram, Lombok Barat bagian utara, Lombok Tengah bagian utara, Sumbawa Barat dan sebagian Kabupaten Sumbawa bagian barat dengan profitabilitas 20-80 persen.
"Saat ini seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat masih dalam periode musim kemarau," kata Ahmadi.
BPBD Nusa Tenggara Barat mengimbau masyarakat untuk menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien, serta mewaspadai bencana kebakaran hutan dan lahan yang terjadi akibat kekeringan pada periode musim kemarau tahun ini.
Informasi BPBD dan BMKG harus selalu menjadi perhatian masyarakat guna mengantisipasi dampak bencana maupun kerugian dalam perencanaan kegiatan ke depan.
Baca juga: BPBD sarankan petani di NTB untuk efisiensi air