Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat mengatakan areal Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya di kawasan Sweta dilirik investor untuk dijadikan pusat pengolahan sampah plastik menjadi biji plastik.

Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Kamis, mengatakan investor tersebut berasal dari Jakarta dan tertarik memanfaatkan TPST Sandubaya sebagai pusat pembuatan biji plastik.

"Investor ini tertarik karena melihat lokasi TPST Sandubaya sangat strategis dan fasilitas hanggar sudah ada. Jadi mereka tinggal bawa mesin saja," katanya.

Investor tersebut melirik TPST Sandubaya ketika datang ke TPST modern Sandubaya yang merupakan pengalihan pengiriman sampah dari TPST Sandubaya lama.

Baca juga: TPST Sandubaya, solusi limbah plastik dan sumber PAD baru di Mataram

Dengan beroperasi TPST modern Sandubaya secara otomatis TPST Sandubaya di Sweta tidak lagi dimanfaatkan, sehingga investor tersebut ingin memanfaatkan sebagai tempat pembuatan biji plastik.

"Apa yang diinginkan investor tersebut, sudah kami sampaikan ke pimpinan dan akan dilakukan kajian terhadap dampak positif serta manfaat yang didapat Kota Mataram," katanya.

Setelah aktivitas pengolahan sampah di TPST Sandubaya dialihkan ke TPST modern Sandubaya, katanya, TPST Sandubaya resmi ditutup namun tetap berstatus TPST cadangan, TPST alternatif atau lokasi transit sampah.

Artinya, katanya, ketika terjadi peningkatan volume sampah saat ada kegiatan-kegiatan besar tertentu, sampah bisa disimpan di TPST Sandubaya lama sebelum di bawa ke TPST modern Sandubaya atau tempat pembuangan akhir (TPA).

"Selain itu, TPST Sandubaya dimanfaatkan sebagai penampungan sementara ketika ada kebijakan penutupan TPA Kebon Kongok akibat sesuatu dan lain hal," katanya.

Baca juga: TPST modern Mataram mampu kelola 46 ton sampah dengan residu 9 ton

Namun demikian, ujarnya, apabila TPST Kebon Talo Ampenan selesai terbangun pada 2025, kemungkinan masalah-masalah sampah tersebut bisa terakomodasi di TPST Kebon Talo.

"TPST Kebon Talo didesain untuk dapat menampung 120 ton sampah. Jadi tawaran investor itu mungkin bisa diakomodasi," katanya.

Dengan demikian dari aktivitas investor di TPST Sandubaya, Pemerintah Kota Mataram bisa mendapatkan retribusi sewa lahan dan pembagian keuntungan lainnya.

"Selama proses perizinan dari pemerintah pusat dan daerah sudah klop, kami rasa pembukaan pabrik biji plastik di kawasan tersebut bisa terealisasi dan tidak akan mengganggu aktivitas sekitar," katanya.

Selain itu, ujarnya, sampah plastik di Kota Mataram bisa langsung diserap oleh investor untuk diolah menjadi biji plastik.

Baca juga: Presiden Jokowi dijadwalkan resmikan TPST modern di Mataram

Data DLH Kota Mataram mencatat volume sampah di enam kecamatan di Kota Mataram mencapai 240 ton per hari, dengan komposisi 60 persen sampah organik, 30 persen sampah plastik, dan sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan lainnya.

Tapi, khusus di Kecamatan Cakranegara dan Sandubaya volume sampah plastik lebih besar dari sampah organik yakni dari 46 ton volume per hari, 18 ton sampah tersebut merupakan sampah organik dan sisanya 28 ton sampah plastik atau sekitar 61 persen.

"Kondisi itu, terjadi karena dua kecamatan tersebut merupakan pusat jasa dan perdagangan sehingga produksi sampah plastik lebih tinggi," katanya.

Baca juga: DLH alihkan sampah ke TPST Sandubaya dampak penutupan TPA Mataram

Pewarta : Nirkomala
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024