Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan progres pembangunan bank sampah induk di Kecamatan Ampenan, yang merupakan bantuan pemerintah pusat sebesar Rp800 juta, saat ini sudah mencapai sekitar 60 persen.
"Alhamdulillah, progres pembangunan bank sampah induk yang dimulai Agustus 2024 sudah mencapai sekitar 60 persen," kata Kepala Bidang (Kabid) Persampahan DLH Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya, di Mataram, Kamis.
Dengan melihat realisasi pekerjaan pembangunan bank sampah induk tersebut, pihaknya optimistis proyek tersebut bisa selesai sesuai kontrak pada 20 Desember 2024.
Baca juga: DLH Kota Mataram bangun bank sampah induk
Ia mengatakan anggaran pembangunan bank sampah induk tersebut bersumber dari bantuan pemerintah pusat sebesar Rp800 juta.
Dalam konsepnya, kata dia, bank sampah induk akan dibangun seperti sebuah kantor sebagai pusat transaksi antara masyarakat dengan petugas DLH untuk menerima tabungan sampah plastik dari masyarakat.
Masyarakat yang akan menabung di bank sampah induk ini, lanjutnya, boleh warga dari mana saja, tidak mesti warga Kota Mataram. Apalagi lokasi pembangunan bank sampah induk tersebut berada di wilayah perbatasan Kota Mataram dengan Kabupaten Lombok Barat.
"Silakan, siapapun boleh nabung sampah di Bank Sampah Induk Mataram," katanya.
Ia mengatakan bank sampah induk itu khusus sebagai lokasi penerimaan dan pencatatan tabungan sampah dari masyarakat, sementara untuk pengolahan dan proses selanjutnya dilakukan di Mataram Maggot Center (MMC).
Baca juga: Mataram dapat bantuan Rp800 juta untuk bangun bank sampah induk
Dengan demikian fasilitas bank sampah induk bisa memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat yang ingin menabung sampah plastik.
"Kalau proses penerimaan dan pengolahan digabung, kasian warga yang akan nabung sampah, khawatir dengan keamanan karena truk-truk yang keluar masuk bawa sampah ke MMC," katanya.
Keberadaan Bank Sampah Induk Mataram, lanjut Vidi, menjadi alternatif pilihan masyarakat yang ingin menjual atau menabung sampah plastik yang selama ini biasanya dijual ke pengepul. Hanya saja, Bank Sampah Induk Mataram memberikan layanan menabung sampah yang hasilnya dapat diakumulasi dan uangnya bisa diambil kapan saja mereka butuhkan.
"Harga beli sampah plastik dari warga kami samakan dengan pengepul, misalnya jika di pengepul dijual Rp1.400 per kilogram, kami juga akan bayar seperti itu," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram siapkan anggaran Rp800 juta membangun bank sampah
Sampah-sampah plastik dari masyarakat yang ditabung melalui Bank Sampah Induk Mataram akan diolah di MMC sesuai jenisnya. Misalnya untuk jenis botol air mineral yang diterima dalam kondisi kotor dari warga, akan dibersihkan. Kemudian tutup dan plastik kemasan atau merek yang melekat pada botol akan dipisah.
"Kalau botol sudah bersih, harganya bisa lebih yakni sekitar Rp2.400 per kilogram dari harga Rp1.400 per kilogram dalam kondisi kotor," katanya.
Nilai lebih itulah, kata dia, yang menjadi keuntungan dan bisa menjadi potensi pendapatan daerah.
"Untuk penjualan sampah plastik, selama ini kami bekerja sama dengan pengusaha dari Lombok Timur. Kadang kami titip di pengelola TPA Kebon Kongok yang sudah ada kerja sama dengan pengusaha di Surabaya," katanya.
Baca juga: BI NTB latih pokdarwis kembangkan wisata hijau dan standar sarhunta
"Alhamdulillah, progres pembangunan bank sampah induk yang dimulai Agustus 2024 sudah mencapai sekitar 60 persen," kata Kepala Bidang (Kabid) Persampahan DLH Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya, di Mataram, Kamis.
Dengan melihat realisasi pekerjaan pembangunan bank sampah induk tersebut, pihaknya optimistis proyek tersebut bisa selesai sesuai kontrak pada 20 Desember 2024.
Baca juga: DLH Kota Mataram bangun bank sampah induk
Ia mengatakan anggaran pembangunan bank sampah induk tersebut bersumber dari bantuan pemerintah pusat sebesar Rp800 juta.
Dalam konsepnya, kata dia, bank sampah induk akan dibangun seperti sebuah kantor sebagai pusat transaksi antara masyarakat dengan petugas DLH untuk menerima tabungan sampah plastik dari masyarakat.
Masyarakat yang akan menabung di bank sampah induk ini, lanjutnya, boleh warga dari mana saja, tidak mesti warga Kota Mataram. Apalagi lokasi pembangunan bank sampah induk tersebut berada di wilayah perbatasan Kota Mataram dengan Kabupaten Lombok Barat.
"Silakan, siapapun boleh nabung sampah di Bank Sampah Induk Mataram," katanya.
Ia mengatakan bank sampah induk itu khusus sebagai lokasi penerimaan dan pencatatan tabungan sampah dari masyarakat, sementara untuk pengolahan dan proses selanjutnya dilakukan di Mataram Maggot Center (MMC).
Baca juga: Mataram dapat bantuan Rp800 juta untuk bangun bank sampah induk
Dengan demikian fasilitas bank sampah induk bisa memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat yang ingin menabung sampah plastik.
"Kalau proses penerimaan dan pengolahan digabung, kasian warga yang akan nabung sampah, khawatir dengan keamanan karena truk-truk yang keluar masuk bawa sampah ke MMC," katanya.
Keberadaan Bank Sampah Induk Mataram, lanjut Vidi, menjadi alternatif pilihan masyarakat yang ingin menjual atau menabung sampah plastik yang selama ini biasanya dijual ke pengepul. Hanya saja, Bank Sampah Induk Mataram memberikan layanan menabung sampah yang hasilnya dapat diakumulasi dan uangnya bisa diambil kapan saja mereka butuhkan.
"Harga beli sampah plastik dari warga kami samakan dengan pengepul, misalnya jika di pengepul dijual Rp1.400 per kilogram, kami juga akan bayar seperti itu," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram siapkan anggaran Rp800 juta membangun bank sampah
Sampah-sampah plastik dari masyarakat yang ditabung melalui Bank Sampah Induk Mataram akan diolah di MMC sesuai jenisnya. Misalnya untuk jenis botol air mineral yang diterima dalam kondisi kotor dari warga, akan dibersihkan. Kemudian tutup dan plastik kemasan atau merek yang melekat pada botol akan dipisah.
"Kalau botol sudah bersih, harganya bisa lebih yakni sekitar Rp2.400 per kilogram dari harga Rp1.400 per kilogram dalam kondisi kotor," katanya.
Nilai lebih itulah, kata dia, yang menjadi keuntungan dan bisa menjadi potensi pendapatan daerah.
"Untuk penjualan sampah plastik, selama ini kami bekerja sama dengan pengusaha dari Lombok Timur. Kadang kami titip di pengelola TPA Kebon Kongok yang sudah ada kerja sama dengan pengusaha di Surabaya," katanya.
Baca juga: BI NTB latih pokdarwis kembangkan wisata hijau dan standar sarhunta