Mataram (ANTARA) - Geliat industri pariwisata di destinasi Gili Trawangan, Meno dan Air (Tramena) Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), terancam mati suri karena krisis air bersih yang belum bisa diselesaikan oleh pemerintah daerah.
"Informasi yang saya terima, ada 3.000-an wisatawan datang ke tiga gili setiap hari. Itu mau diapakan, kok pemerintah tidak ada solusi mengurus sekedar air," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Ni Ketut Wolini, yang dihubungi di Mataram, Selasa.
Baca juga: Perubahan iklim ancam keberadaan pulau-pulau kecil di NTB
Ia juga sangat menyayangkan belum adanya jalan keluar terkait masalah krisis air bersih di Gili Tramena, yang menjadi Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KSPN).
"Tiga gili itu kan pulau kecil, masa tidak bisa dicarikan jalan keluar. Harus mentok seperti ini. Itu yang sangat saya sayangkan," ujarnya.
Wolini juga membenarkan bahwa industri pariwisata di Gili Tramena, baik dari perhotelan, restoran dan jasa lainnya mampu menyumbang sebesar 70 persen dari total pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lombok Utara setiap tahunnya.
"Kan andalan nomor satu dari pariwisata untuk PAD, kenapa tidak bisa dicarikan solusi," ucapnya.
Selain masalah krisis air bersih, PHRI NTB juga menyoroti masih kurangnya perhatian pemerintah daerah untuk menyisihkan sebagian PAD dari sektor pariwisata untuk membangun fasilitas kesehatan yang layak untuk menunjang destinasi tiga gili.
Baca juga: Kunjungan wisatawan di Gili Tramena Lombok meningkat
Pihaknya sudah menyuarakan agar pemerintah daerah membangun fasilitas Kesehatan berstandar internasional. Sebab, kawasan wisata tiga gili sebagian besar dikunjungi wisatawan dari berbagai negara.
"Di sana mayoritas wisatawan asing, jadi harus berstandar internasional. Misalnya ada kejadian orang tenggelam, bagaimana penanganan secara internasional. Itu sampai sekarang belum, sekarang masalah air lagi, numpuk permasalahan di sana," ucap Wolini.
PHRI NTB, kata dia, terus berusaha bagaimana yang terbaik bagi para pelaku usaha pariwisata di tiga gili agar mereka mampu melewati masalah krisis air bersih yang masih dihadapi saat ini.
Pihaknya juga tidak ingin masalah tersebut merusak citra pariwisata NTB, khususnya Gili Tramena yang tidak hanya dikenal secara nasional, tapi sudah mendunia.
"Solusi kita butuhkan, karena nama baik pariwisata, bukan gili saja, tapi NTB, dan nama Indonesia juga karena gili ini sudah mendunia, tidak nasional lagi, sudah dunia mengenal," tegasnya.
Ketua Asosiasi Hotel Gili, Lalu Kusnawan, juga mempertanyakan lambannya penanganan krisis air bersih di kawasan wisata tiga gili, mengingat air bersih merupakan kebutuhan vital bagi industri pariwisata.
Ia mendesak pemerintah agar mengambil langkah konkret dan cepat untuk menyelesaikan krisis air bersih.
"Solusi jangka Panjang juga diperlukan untuk memastikan pasokan air bersih yang berkelanjutan dan terhindar dari gangguan di masa depan," ujarnya.
"Informasi yang saya terima, ada 3.000-an wisatawan datang ke tiga gili setiap hari. Itu mau diapakan, kok pemerintah tidak ada solusi mengurus sekedar air," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Ni Ketut Wolini, yang dihubungi di Mataram, Selasa.
Baca juga: Perubahan iklim ancam keberadaan pulau-pulau kecil di NTB
Ia juga sangat menyayangkan belum adanya jalan keluar terkait masalah krisis air bersih di Gili Tramena, yang menjadi Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KSPN).
"Tiga gili itu kan pulau kecil, masa tidak bisa dicarikan jalan keluar. Harus mentok seperti ini. Itu yang sangat saya sayangkan," ujarnya.
Wolini juga membenarkan bahwa industri pariwisata di Gili Tramena, baik dari perhotelan, restoran dan jasa lainnya mampu menyumbang sebesar 70 persen dari total pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lombok Utara setiap tahunnya.
"Kan andalan nomor satu dari pariwisata untuk PAD, kenapa tidak bisa dicarikan solusi," ucapnya.
Selain masalah krisis air bersih, PHRI NTB juga menyoroti masih kurangnya perhatian pemerintah daerah untuk menyisihkan sebagian PAD dari sektor pariwisata untuk membangun fasilitas kesehatan yang layak untuk menunjang destinasi tiga gili.
Baca juga: Kunjungan wisatawan di Gili Tramena Lombok meningkat
Pihaknya sudah menyuarakan agar pemerintah daerah membangun fasilitas Kesehatan berstandar internasional. Sebab, kawasan wisata tiga gili sebagian besar dikunjungi wisatawan dari berbagai negara.
"Di sana mayoritas wisatawan asing, jadi harus berstandar internasional. Misalnya ada kejadian orang tenggelam, bagaimana penanganan secara internasional. Itu sampai sekarang belum, sekarang masalah air lagi, numpuk permasalahan di sana," ucap Wolini.
PHRI NTB, kata dia, terus berusaha bagaimana yang terbaik bagi para pelaku usaha pariwisata di tiga gili agar mereka mampu melewati masalah krisis air bersih yang masih dihadapi saat ini.
Pihaknya juga tidak ingin masalah tersebut merusak citra pariwisata NTB, khususnya Gili Tramena yang tidak hanya dikenal secara nasional, tapi sudah mendunia.
"Solusi kita butuhkan, karena nama baik pariwisata, bukan gili saja, tapi NTB, dan nama Indonesia juga karena gili ini sudah mendunia, tidak nasional lagi, sudah dunia mengenal," tegasnya.
Ketua Asosiasi Hotel Gili, Lalu Kusnawan, juga mempertanyakan lambannya penanganan krisis air bersih di kawasan wisata tiga gili, mengingat air bersih merupakan kebutuhan vital bagi industri pariwisata.
Ia mendesak pemerintah agar mengambil langkah konkret dan cepat untuk menyelesaikan krisis air bersih.
"Solusi jangka Panjang juga diperlukan untuk memastikan pasokan air bersih yang berkelanjutan dan terhindar dari gangguan di masa depan," ujarnya.